Gue rasa Rocky Gerung adalah salah seorang dari 10% non muslim yang pilih Prabowo. Kalau boleh menggunakan istilah kafir, maka satu nama dari 10% orang kafir yang gak pilih Jokowi adalah Rocky Gerung.
Mengenal istilah kafir, pemuka agama hindu di Bali tidak memersalahkannya, mereka oke disebut kafir. Gue pun gak memersalahkan jika gue dicap gembala yang tersesat.
Lebih getir mana distempel kafir yang tidak mewakili sesuatu, dengan gembala yang mengarah ke hewan atau binatang.
Pantas TKN Jokowi-Amin gak berani mendeklarasikan kemenangan karena mereka tahu quick count sebenarnya Prabowo menang. Bukti wajah melongo Yunarto Widjaya, Saeful Murjani, dan para ketua lembaga survei lainnya, serta dua reporter televisi Metro-TV saat menampilkan detik-detik awal nongol di layar kaca Metro-TV Jokowi kalah, membuktikan kekagetan mereka.
Metro-TV berkilah salah input. Bagaimana mungkin media televisi sekelas MetroTV salah input berita sepenting quick count Pilpres? Sedang QC ditunda 2 jam. Pastilah penundaan itu membuat media televisi lebih waspada, teliti dan akurat.
Misalkan jadwal penerbangan Anda ditunda 2 jam, apa mungkin Anda teledor, pasti Anda lebih waspada, tidak mau melakukan kesalahan dan hati-hati, bahkan tidak tidur dalam penantian 120 menit tersebut.
Kesimpulannya, detik awal quick count nongol di layar televisi adalah hasil sebenarnya. Karena hampir semua lembaga survei pro-Jokowi akhirnya dibalik hasilnya.
Lalu mengapa sudah hampir 30% Jokowi-Amin masih unggul, dan hasilnya hampir sama quickcount, gue beritahu KPU bermain ala film Rocky. Film Rocky bukan Gerung. Jagoannya biasanya babak belur dulu, baru di akhir membalas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H