Namaku Rofii. Umur 22 tahun. Aku tinggal bersama ibuku. Beruntung, meski kecil, kami memiliki rumah sendiri, peninggalan dari ayahku yang meninggal 7 tahun yang lalu.
*
Susahnya mencari pekerjaan, membuat aku bekerja apa saja untuk menyambung hidup. Aku bekerja sebagai penyapu jalanan. Gajinya cukuplah untuk membuat dapur mengepul.
*
Siang hari, sekitar jam 1 siang, usai shalat zuhur, kembali aku menyapu jalanan. Setelah dirasa jalanan yang menjadi tugas area tanggung jawabku sudah bersih, aku mengaso sebentar.
*
Tiba-tiba selembar kertas terbang melayang dan tepat mengenai dadaku. Ternyata potongan lembaran dari sebuah surat kabar. Aku lalu duduk di trotoar jalan. Iseng kubaca lembaran surat kabar itu. Berita pernikahan mewah, sepasang artis, yang saking mewahnya beberapa stasiun televisi menyiarkan secara langsung akad nikah dan persepsi perkawinan-nya. Dalam akad nikah yang diselenggarakan di hotel mewah tersebut, seorang menteri menjadi saksi pernikahan.
*
Aku pun tercengung, terikat akan diriku sendiri, 5 hari lagi aku juga akan menikah dengan gadis pujaanku. Namun rencananya acaranya sangat sederhana. Usai akad nikah dilaksanakan, diadakan jamuan sederhana kepada para tamu dan handai taulan, setelah itu, karena ketiadaan biaya, tidak ada resepsi perkawinan.
*
Namun, bukan kesederhanaan pernikahan yang kurisaukan. Ataupula aku iri dengan pernikahan mewah pasangan artis yang beritanya baru kubaca. Aku belum mendapat saksi di akad nikahku. Banyak keluarga dan tetangga yang menolak saat kuminta menjadi saksi, entah apa alasan mereka itu?
*
Tiba-tiba sebuah mobil mewah berwarna hitam, berplat merah bernomor "RI1", singgah dan parkir tepat di samping trotoar di depan aku duduk.
*
Dari mobil keluar pria tinggi, langsing, kurus, berpakaian kemeja kotak hitam. Ia diikuti dua pria berbadan besar, tegap dan berotot.
*
"Ada apa anak muda, kok saya lihat kamu merenung?" kata pria berbaju kotak-kotak berwarna merah hitam."
*
Aku terkejut, aku kenal dengan orang yang ada di hadapanku, lalu terbata-bata berkata, "Bapak ...."
*
Pria tersebut tersenyum, lalu ujung telunjuk tangan kanannya di atas bibir dan berkata, "seeeeet." Berkata lagi, "Ada apa anak muda? Katakanlah! Jangan malu-malu!"
*
Lalu kuterangkan bahwa aku akan menikah 5 hari lagi dan belum mendapat saksi. Sedang besok, aku harus setor ke KUA nama saksi yang akan kuajukan. Nama dan tanggal lahirnya. Untuk fotokopi KTP menyusul.
*
Tak susangka pria itu berjanji, bahwa beliau-lah yang menjadi saksi pernikahanku, dan akan datang 5 menit sebelum akad nikahnya dilaksanakan. Di selembar kertas kecil ia menulis nama. Nama yang aku ajukan menjadi saksi. Tertera, Joko Widodo, Lahir : 21 Juni 1961 Beliau minta alamat akad nikahnya.
*
Tapi, pria itu berkata untuk supaya aku merahasiakan hal ini. Katanya, ini merupakan program 100 hari kerja beliau. Yang salah satunya, membuat orang miskin tersenyum dan gembira.
*
Nama itu-pun, aku ajukan. Kantor KUA heran akan nama saksi yang kuajukan. Kayak nama presiden kita, lahirnya pun sama. Aku bersikeras, si saksi akan datang.
*
Tibalah acara akad nikah. Semua keluarga handai taulan datang. Diadakan di rumah calon istriku, yang rumah cuma selisih lima rumah dariku. Maklum cinta lokasi. Jatuh cinta sama tetangga.
*
Aku berpakaian jas warna hitam dan celana hitam. Calon istriku berpakaian kebaya putih, dipadu jilbab putih, sangat cantik terlihat. Ayah calon istriku telah mewakilkan ke penghulu untuk pembacaan akad nikah. Saksi dari fihak wanita hadir. Tinggal saksi dari fihak pria yang belum hadir. Saksiku. Tepat jam 10 siang, rencananya akad nikah diikrarkan. 15 menit sebelum jam 10, saksiku belum datang. 10 menit, belum datang. 5 menit, belum datang.
*
Tiba-tiba dua menit kemudian gang sempit menuju rumahku, orang sedang gaduh, heboh, dan histeris menyebut seseorang. "Hore Jokowi datang. Hore Jokowi datang. Hore Jokowi datang."
*
Kulihat saksiku yang bernama Joko Widodo itu benar-benar menepati janjinya. Diiringi ratusan orang di belakang menuju rumah calon istriku. Lalu beliau masuk, dan berkata, "Nak Rofii, maafkan saya terlambat datang. Pak penghulu, ayo akad pernikahannya dilangsungkan! Saya yang menjadi saksi pemuda ini."
*
Setelah akad nikah dilaksanakan. Aku terharu, bangga, gembira, dan berbagai ungkapan perasaan yang tidan bisa diucap kata-kata. Meski aku bukan selebritis, yang memiliki kenalan menteri atau orang penting lainnya, untuk menjadi saksi dalam pernikahan mereka, namun seorang Joko Widodo telah menjadi saksi di akad pernikahanku.
*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H