Mohon tunggu...
Joko Siswonov
Joko Siswonov Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

i am antiteori ..... Memandang sesuatu dg sudut berbeda Antitempo Antiseeword Anticebong Antipartaineraliansikomunis Antisurveibayaran

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Saatnya (Pensiunan) Pak Tjip, (Buruh) Mas Wefi Berjaya di Kompasianival

8 November 2014   02:49 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:21 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mendengar kata pensiun, maka mungkin bagi sebagian manyarakat terdengar menjadi kata yang berkonotasi negatif. Bahwa para pensiunan adalah orang-orang yang telah habis masa berkaryanya. Di Malaysia untuk pensiunan disebut "Laskar tak beeguna".
*
Namun, banyak kita lihat di sekitar kita, mereka yang usianya secara zahir telah masuk atau melebihi usia pensiunan (60 tahun ke atas), sangat mobile beraktifitas. Masih sanggup berkarya nyata. Menjadi panutan, sumber inspirasi bagi orang lain.
*
Kita lihat ada beberapa menteri kabinet SBY/Jokowi, ada yang usianya melebihi 60 tahun. Anggota MPR juga ada beberapa yang kita kenal usianya lebih dari 60 tahun. Bahkan usia Pak Budiono saat menjabat wapres, ketika itu 67 tahun. Dan kita sekarang memiliki wapres yang berusia 72 tahun.
*
Patut kita berbangga, seorang kompasianer yang dari usia mungkin tidak muda lagi (70th), terus terang telah pensiun dari yang namanya pekerjaan (bisnis), yang memiliki banyak pengalaman hidup, pernah berkunjung di beberapa negara (berjalan keliling di bumi Tuhan), yang mau berbagi tips dan informasi bagaimana hidup menjadi lebih baik lagi. Bersinergi dengan alam dan sekitar, menjadi manusia bermamfaat bagi sesama. Dan kompasianer itu ialah Pak Tjip.
*
Dalam setiap tulisannya Pak Tjip, banyak memberikan pencerahan bagi pembacanya. Tips dan informasi yang beliau bagi, merupakan pengalaman hidup beliau. Bukan habis baca sebuah berita di koran, televisi, media online, lalu membuat sebuah opini/prasangka.
*
Dan tidak salah jika beliau menjadi salah satu kandidat kompasianer terbaik di kompasianival. Selamat Pak Tjip. Semoga terpilih. Banyak yang dukung Anda .
*
*
Mungkin jika mendengar kata 'buruh', sebagian orang akan berpendapat bahwa kata tersebut berkonotasi negatif. Bukan negatif dalam bentuk perbuatan, tapi konotasi bahwa pekerjaan buruh bagaikan sebuah profesi yang nomor 2. Jauh dari kata profesi 'dokter','PNS', Jaksa, Auditor, Pengusaha, Hakim, Polisi atau profesi lainnya yang dianggap favorit.
*
Namun, jika mau jujur, kita semuanya ini buruh. Atau istilahnya pekerja. Bekerja menjualkan barang atau jasa sebuah perusahaan baik luar atau dalam negeri.
*
Kita patut berbangga kepada seorang kompasianer yang bernama Ahmad Suwefi. Di tengah pekerjaannya sebagai buruh pabrik (pengakuannya sendiri di beberapa tulisannya), ia menyempatkan dirinya untuk menulis di kompasiana. Kegemarannya akan olahraga, terutama sepakbola, membuat Mas Wefi selalu mengisi tulisan di kanal sepakbola kompasiana. Informasi atau ulasan sepakbola baik lokal maupun mancanegara ia infokan. Postingan sepakbola menjadi ciri khas Mas Wefi.
*
Atas kekonsistenannya menulis di kanal sepakbola, para juri di kompasianival memilihnya menjadi kandidat di kategori Best Of opinion "Kompasianer Terbaik pengisi opini". Tidak salah juri memilihnya. Meski terlihat bahwa keempat kandidat lainnya di versi best opinion memiliki tim hore vote, sedang Mas Wefi tidak, saya pribadi yakin, dengan waras juri di kompasianival memilihnya. Semoga Mas Wefi terpilih.
*
Btw, saatnya seseorang berusia 70 tahun (usia pensiun), namun produktif berbagi ilmu dan pengalaman (Pak Tjip), dan seorang buruh pabrik, namun rajin menulis, menulis sesuai kegemarannya akan sepakbola (Ahmad Suwefi), terpilih menjadi Kompasiner terbaik dan kompasianer terbaik dalam opini.
*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun