Awan mendung menyelimuti raga nan pendosa, tak terkecuali dia...
Namun mendungpun tak tampak memberikan tanda akan turunnya hujan, terbawa angin dan seketika hilang,
Seolah ada yang berbisik lirih, hati yang tertutup nafsu amarah, meledak tak tetahankan, mengurung dan mengekang hingga susah untuk berpaling, mencoba untuk meronta namun tak kuasa, kulangkahkan kaki ini  dan membasahi hati ini dengan air kesejukan,...air yang menentramkan dan segeralah mengadu padaNya,
Tak lama, butir-butir air mata mengalir tiada tertahan, tersungkur dalam sujud memetakan apa yang dilakukan, menerawang apa yang sudah terjadi, tentang kekalahannya dari belenggu nafsu, dalam penyesalan dan kelelahannya ia bersimpuh hingga terlelap diperaduan.
Hujanpun benar-benar turun membasahi bumi, menyegarkan yang layu dan memberikan harapan baru di hari esok yang lebih indah.
Bandung, 4 September 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H