Di Indonesia, beberapa  orang yang memiliki jumlah uang di dalam rekeningnya yang melebihi gabungan dari ratusan orang. Kekayaannya berasal dari beraneka macam. Ada dari hasil usahanya berupa Perusahaan di berbagai bidang maupun hasil dari ad sense dari Youtube.
Para Artis biasanya mendapatkan dari gabungan ke duanya. Dari tayangan yang lebih bersifat memberi hiburan bagi kita yang mencoba mengalihkan perhatian dari dunia ini. Konten yang disajikan pun hanya sekedar kehidupan pribadi, show off terkait rumah, maupun harta lainnya atau bahkan hal-hal yang sebenarnya cukup diketahui secara pribadi seperti jumlah isi rekening bank.
Kita menghabiskan 4 jam bahkan lebih untuk sekedar menonton dan menyumbangkan waktu kita untuk memperkaya mereka yang pada akhirnya membuatnya mampu mengakumpulasikan jam-jam yang kita alokasikan menjadi pundi kekayaan. Jika tidak percaya, maka cobalah untuk mencari tahu, berapa banyak pundi-pundi yang dikumpulkan dengan mengkonversi jam tayang di youtube.Â
Semakin lama kita alokasikan waktu untuk menayangkan satu video ke video lainnya, semakin mereka mengeruk waktu kita dan mengkonversinya menjadi uang. Di sisi lain, kita tidak mendapatkan apa-apa selain rasa bahagia sesaat telah melarikan diri sejenak dari dunia yang penuh tipu daya.
Kita pun selalu taken for granted untuk semua aplikasi yang tersedia. Ketika di satu sisi Artis, maupun sederetan mereka yang mampu mengakumulasikan kekayaannya dari aplikasi seperti Youtube, ada sederetan organisasi yang didirikan oleh Masyarakat sipil harus terseok-seok di dalam mempertahankan organisasinya. Salah satu faktor nya adalah ketiadaan pendanaan.
Padahal seyogyanya dana itu tersedia, Â namun semuanya diserap oleh orang-orang tertentu dan kita pun turut andil dalam mendorong hal tersebut terjadi. Dana itu ada, namun kita juga berkontribusi pada terciptanya akumulasi kekayaan pada segelintir orang. Uang itu ada, namun kita lebih menyenangi hiburan daripada mengalokasikan waktu untuk mengapresiasi para aktivis maupun pemikir yang membuat video-video bernas. Uang itu ada, namun secara tidak langsung,kita lebih suka mendukung sederetan Artis untuk hidup mewah, membelanjakan barang industri yang mahal daripada menghibahkan uangnya untuk kehidupan organisasi Masyarakat sipil.
Mengapa harus organisasi Masyarakat sipil/OMS ? Tanpa OMS, kehidupan bernegara ini akan berjalan tidak karuan. Negara akan bersekongkol dengan Pasar (Perusahaan, Organisasi Profit) tanpa ada kontrol dari Masyarakat. OMS diperlukan sebagai penyeimbang agar pemerintahan tidak bertindak sewenang-wenang dan pasar yang diwakili oleh korporasi juga tidak bertindak sesuka hati dalam menindas Masyarakat.Â
Kehadiran OMS sudah dirasakan dampaknya selama ini. OMS ini pun beragam dan tergantung pada issu dan mandat organisasinya. Ada yang berkecimpung dalam dunia hukum seperti Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) membantu Masyarakat yang tidak memiliki biaya dalam proses konsultasi Hukum atas perkara mereka yang seringkali direkayasa oleh mereka yang berkuasa. Ada pula yang terkait advokasi lingkungan maupun pertambangan seperti Walhi maupun JATAM. OMS yang memberi perhatian terhadap praktik anti korupsi seperti Indonesian Corruption Watch (ICW) serta beragam issue lainnya.
Setiap hari, para OMS ini menjalankan fungsinya untuk memastikan keseimbangan terjadi di antara peran yang dilakukan Negara dan juga Pasar. Setiap harinya mereka berjibaku dengan setiap ketidakadilan maupun praktik tidak etis yang dijalankan penguasa. Setiap hari mereka mengabdikan dirinya untuk berpihak pada suara-suara Masyarakat kecil yang seringkali dibungkam.
Untuk membuat mereka tetap dapat bertahan, menolong mereka yang sering terabaikan, Â mari kita bahu membahu untuk memberi dukungan termasuk di dalam materi.