Mohon tunggu...
Martin Dennise Silaban
Martin Dennise Silaban Mohon Tunggu... Wiraswasta - Community Organizer

A learner. Who's interested by social issues, Theology, Philosophy, and Community Empowerment.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Menikah lah (untuk) Bercerai Kemudian?

8 Juli 2023   15:14 Diperbarui: 8 Juli 2023   15:20 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.marriage.com

Lantas apakah ada keluarga yang tidak mungkin bertengkar ? Jawabannya tentu saja tidak. Namun, mengapa pertengkaran harus menyebabkan perpisahan? Adakah alasan logis terhadap hal ini? Lantas seberapa efektif proses bimbingan pra nikah yang diupayakan pemerintah sebagai upaya mengurangi kasus perceraian? 

 Mungkin, kita harus melihat dahulu beberapa tahapan yang diajukan oleh seorang konselor pernikahan bernama Dawn J Lipthrott. Ia pernah mengajukan ada 5 tahap dalam perkembangan kehidupan pernikahan.  Menariknya, hanya segelintir pasangan yang sampai pada tahap ke 5 dan sisanya berkutat pada tahap ke 2. 

Dawn J Lipthrott :  5 tahap dalam perkembangan kehidupan pernikahan 

  • Tahap 1 : Romantic Love

Ini adalah tahap pertama dalam kehidupan pernikahan. Seperti pada umumnya, bahwa hal pertama biasanya  selalu menarik. Misalnya saja  ketika kita  mendapatkan pekerjaan pertama selepas lulus. Semuanya terasa sangat mendebarkan dan membuat kita sangat antusias.  Semua terasa baik-baik saja, segala hal yang kurang baik akan kita sangkal. Kita kemudian berharap agar hal tersebut akan berjalan dengan mulus hingga selamanya. Begitu juga dalam kehidupan pernikahan. Setelah sebelumnya kita berada di fase berpacaran (bagi yang mengalami fase pacaran, mengingat beberapa ada yang berkomitmen dahulu baru kemudian berpacaran.) kini untuk pertama kalinya masuk dalam fase pernikahan. Satu sama lain kini hidup dan tinggal bersama.  

Dalam masa pertama ini, kita akan merasa sangat antusias, hati kita penuh dengan cinta dan kita pun merasakan bahwa pasangan kita mencintai kita. Tubuh kita dipenuhi hormone Endorphin yang membuat kita dipenuhi dengan perasaan sukacita maupun perasaan bahagia. Kita dan pasangan pun melakukan perjalanan honey-moon untuk merayakan ikatan baru yang tercipta. Kita bahagia karena pasangan kita tampaknya akan membahagiakan kita selamanya.

  • Tahap 2 :  Disappointment or Distress

Masa ini seringkali disebut sebagai masa untuk bertumbuh. Salah satu ilusi dari tahap pertama yaitu ketika banyak pasangan berharap bahwa masa tersebut akan berlangsung dengan selamanya jika kita menemukan pasangan yang benar. Sering pula kita mendengar bahwa cinta akan terus tumbuh tanpa kita mengupayakannya. Ketika banyak orang pada akhirnya berhenti di tahap ini, mereka akan mulai berpikir bahwa mereka telah menikah dengan orang yang keliru. Pada momen ini, hormone endorphin sudah mulai berkurang dan karena sebelumnya kita melihat orang lain sebagai sumber kebahagiaan, kita pun mulai menyalahkannya jika sebaliknya yang terjadi.

 Pada tahap ini pula kita mulai menyalahkan pasangan kita. Kita mulai menuntutnya untuk bisa kembali menjadi sumber kebahagiaan diri kita. Kata-kata tuntutan seperti "Harusnya kamu begini agar hubungan ini kembali baik" " Harusnya kamu melakukan itu dan seterusnya". Satu sama lain saling menyalahkan dan hanya ingin mencari siapa yang benar dan siapa yang salah. Satu sama lain saling berupaya menjauhi pasangannya. Mereka mungkin masih bertahan hanya karena anak atau malu karena lingkungan sekitarnya.

Sayangnya, banyak pernikahan hanya sampai pada titik ini. Di titik inilah seringkali keputusan dibuat. Melanjutkan atau berpisah. Banyak pasangan tidak mampu mengendalikan dirinya dengan persoalan yang terjadi sehingga, mereka akhirnya berhenti di tahap ini. Satu sama lain mulai  mencari pasangan lainnya dan mulai mengawali tahap awal hingga akhirnya nanti akan kembali berada di tahap ini. Kita mungkin akan menemukan banyak pasangan yang sudah menikah lebih dari satu kali dan akhirnya berpisah dengan alasan yang sama. Tidak sepemahaman. Tidak satu pendapat. Tidak cocok. They have the same reason to divorce as their past marriage.

Latar belakang masing-masing pasangan akan sangat menentukan apakah mereka akan melangkah untuk ke tahap berikutnya atau berhenti pada tahap ini. Seringkali ada banyak pasangan yang menikah tanpa pernah menyembuhkan luka batin maupun hal-hal buruk yang terjadi di dalam kehidupannya lampau. Pola didik keluarga, lingkungan, akan sangat berpengaruh terhadap dirinya. Proses denial terhadap hal ini akan cukup beresiko mengingat suatu waktu akan muncul ketika terjadi pertengkaran di antara pasangan.

Selain itu, pengalaman menghadapi persoalan, proses berdamai dengan diri sendiri, dan masa lalu juga sangat penting. Semua hal ini akan sangat kelihatan ketika terjadi pertengkaran. Jika seseorang sudah memiliki citra diri yang benar, telah aman secara psikologis maka ketika terjadi perselisihan ia akan dapat menghadapinya dengan cara yang baik. Berbeda hal jika seseorang belum selesai dengan hal-hal tersebut, maka perselisihan, pertengkaran akan menjadi satu alasan untuk perpisahan.

Meskipun, kita juga harus mengakui bahwa momen penyembuhan juga bisa terjadi pada saat pernikahan berlangsung. Artinya tidak perlu harus menunggu semuanya selesai baru menikah, mengingat luka batin maupun luka masa lalu seringkali proses penyembuhannya terjadi seumur hidup dan bersama pasangan bisa saja proses penyembuhan ini menjadi lebih cepat atau bahkan bisa juga terjadi sebaliknya.

  • Tahap 3 , Knowledge dan Awareness

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun