Mohon tunggu...
Bintang Satria Yudha Wilantara
Bintang Satria Yudha Wilantara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa PLB

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penerapan Metode Bermain Peran untuk Anak Autis

20 Juni 2024   11:26 Diperbarui: 20 Juni 2024   12:25 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menurut Diagnostic and Statistics of Mental Disorders V (DSM-V), Autisme dijelaskan sebagai gangguan perkembangan yang berpengaruh hingga sepanjang hidup yang memiliki dasar penyebab gangguan perkembangan pada otak (neurodevelopmental). Gangguan yang terjadi pada otak anak menyebabkan tidak berfungsinya otak dengan normal dan hal tersebut termanifestasi pada perilaku menonjol pada dua aspek, yaitu gangguan komunikasi sosial, dan perilaku dengan minat terbatas dan berulang (American Psychiatric Association, 2013). Autisme bisa dideteksi saat masih anak-anak dan berlangsung selama seumur hidup. 

Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders V (DSM-V), terdapat beberapa kriteria yang digunakan untuk mendiagnosis gejala autis, antara lain: Keterbatasan dalam berkomunikasi sosial dan berinteraksi sosial. Keterbatasan komunikasi verbal maupun nonverbal, keterbatasan dalam berhubungan sosial dan adanya pola perilaku, minat, serta aktivitas yang berulang. Dalam berkomunikasi, anak autis lebih sering menggunakan komunikasi non verbal dibandingkan dengan komunikasi verbal. Akan tetapi, tiap anak autis memiliki ciri khas yang berbeda. Terdapat anak autis yang mampu menggunakan kedua cara komunikasi tersebut, namun dalam komunikasinya mengalami permasalahan. Misalnya pada komunikasi verbalnya, anak mampu berbicara namun, terkadang anak tersebut menguluarkan kata-kata yang kurang baik atau memiliki penyimpangan dalam komunikasi verbalnya. 

Salah satu solusi yang bisa digunakan untuk mengatasi permasalahan komunikasi verbal anak autis adalah metode bermain peran. Metode bermain peran juga dikenal sebagai "role play" adalah pendekatan atau metode pembelajaran yang didalamnya siswa berpura-pura (berakting) dengan peran yang telah ditentukan. 

Tujuannya adalah mendramatisasikan dan mengekspresikan tingkah laku, ungkapan, gerak-gerik, seseorang dalam hubungan sosial antar individu. Metode bermain peran dimaksudkan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan sosial, mengembangkan ketrampilan dalam berkomunikasi, menumbuhkan rasa empati terhadap orang lain, dan mempelajari nilai-nilai sosial yang tercermin dalam diri mereka sendiri. Dengan demikian, metode role play siswa mampu menghayati peran apa yang dimainkan, dan mampu menempatkan diri dalam situasi orang lain yang dikehendaki oleh pengajar (Wahab, 2000:112). 

Analisis metode bermain peran (role play), komunikasi pada anak autis menunjukkan bahwa metode ini efektif dalam meningkatkan keterampilan komunikasi sosial. Penelitian menunjukkan bahwa kegiatan bermain peran dapat meningkatkan kemampuan anak autis dalam berkomunikasi sosial dengan orang lain. 

Dengan melibatkan siswa dalam skenario bermain peran, mereka dapat mempraktikkan kontak sosial dengan temannya, sehingga meningkatkan komunikasi sosial dan hubungan sosial yang lebih mudah dengan lingkungannya. Penelitian menekankan bahwa bermain peran adalah aktivitas menyenangkan dan menarik yang dapat berdampak signifikan terhadap perkembangan sosial anak autis, membantu mereka berkomunikasi dan berinteraksi secara lebih efektif dengan orang lain. 

Penelitian ini relevan dengan penelitian yang sudah ada sebelumnya. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini sebagai berikut: 

1. Ismaya, M. (2021) dengan judul "Bermain Peran Berbantuan Video Untuk Meningkatkan Perilaku Adaptif Dalam Berkomunikasi Anak Autis" Hasil dari penelitian yang sudah dilakukan menunjukkan bahwa bermain peran berbantuan video memberikan hasil peningkatan yang signifikan terhadap kemampuan berkomunikasi yang dimiliki anak autis di SLB Harmoni Gedangan Sidoarjo dengan nilai rata-rata sebelum diberikan perlakuan adalah 45,83 dan mengalami peningkatan setelah mendapatkan perlakuan menggunakan metode bermain peran berbantuan video dengan nilai rata-rata 71,87. 

2. Pratiwi, M. I., & Alfiyanti, D. (2018) dengan judul "Pengaruh Bermain Peran Mikro Terhadap Perkembangan Bahasa dan Personal Sosial Anak Autis di SLB Negeri Semarang " Hasil dari penelitian yang sudah dilakukan menunjukkan bahwa Perkembangan bahasa dan personal sosial anak autis di SLB Negeri Semarang setelah dilakukan terapi bermain peran mikro masih dalam kategori buruk yaitu 26 (76,5%) anak. Namun, terjadi peningkatan perkembangan dari sebelum dilakukan terapi dan sesudah dilakukan terapi yaitu dari 30 anak (88,2%) menjadi 26 (76,5%) anak dalam kategori buruk. 

Metode bermain peran cukup efektif untuk mengontrol dan mengembangkan komunikasi verbal anak autis. Hal tersebut, sudah dibuktikan dengan penelitian yang ada sebelumnya. Metode ini juga dapat meningkatkan kreativitas peserta didik, karena anak akan diajak untuk mengasah imajinasi melalui permainan dan peran.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun