Mohon tunggu...
Hazelhendra
Hazelhendra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UMM

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Pengaruh Media dalam Mengusut Kasus yang Sedang Viral

17 Mei 2022   14:48 Diperbarui: 17 Mei 2022   14:56 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Pada  tahun  2021  silam, terdapat  kasus  dengan  dugaan  pelecehan  dan  perudungan di KPI.  Kasus  ini  viral  lantaran korban berinisial  MS menuliskan  surat, lalu  surat  tersebut  viral di  media  sosial. Setelah  viral, polisi  mulai  menindaklanjuti  kasus tersebut.  Sebelumnya pada  tahun 2020  korban sudah  melaporkan  kasus  yang dialaminya ke  pihak  berwenang, tetapi  tidak  ada kelanjutan  setelahnya.  Lalu  dilanjut  dengan  anggota  polisi  Sektor  Pulogadung yang  menolak  laporan  korban terkait  kasus perampokan. Kasus  ini  menjadi  viral  lantaran korban yang merasa kecewa terhadap pengaduannya ke kepolisian,  kemudian menceritakan kejadian  tersebut  melalui  media  sosial. Aipda  Rudi  Panjaitan selaku  anggota  polisi  Sektor  Pulogadung  yang menolak  laporan tersebut, akhirnya   dimutasi keluar  wilayah  Polda  Metro  Jaya.

Peran  Media sebagai  wadah  untuk  mencari  segala informasi,menuangkan aspirasi, dan  sarana  interaksi.  Menjadi sangat  penting dalam  lingkungan  masyarakat. Media  menjadi kebutuhan pokok masyarakat  untuk  memberikan segala  sesuatu  yang  dibutuhkan pada  masa  sekarang. Pengaruh  media  dapat  dinilai  dari  dampak  positif  atau  negatifnya  khalayak,  tergantung  pada  siapa  yang mengkonsumsinya. Media  sosial  menjadi  salah  satu  bukti  masyarakat  dalam berinteraksi  dan  berkomunikasi. Berdasarkan laporan  We Are  Social,  terdapat  191  juta  penduduk  Indonesia  pada  tahun 2022  aktif  dalam  bermedia  sosial.

Dampak  adanya  contoh  dua  kasus  diatas. Memunculkan fenomena "No Viral No Justice" di kalangan masyarakat. Masyarakat beranggapan  bahwa  kasus  akan di proses,  jika  kasus  tersebut  viral di  media sosial. Hal  ini  juga  didukung  oleh  tagar #PercumaLaporPolisi dan #satuharisatuoknum yang  bermunculan  ramai  pada  media  sosial. Kritikan  masyarakat  terhadap  citra  kinerja  polisi  dinilai  kurang  baik. Kurang  responsifnya  polisi  dengan  aduan  masyarakat. Membuat  masyarakat  kecewa serta  ragu-ragu  untuk  melapor.

Berdasarkan  data  Badan Pusat  Statistik (BPS) jumlah  kasus  yang  terlapor  ke polisi relatif  rendah, pada  tahun 2019  dan  2020. Persentase  masyarakat di Indonesia yang  melapor ke  polisi  kurang  dari  25%. Pada  tahun  2019  persentase masyarakat  yang melapor ke polisi  terdapat  22,19%. Kemudian tahun 2020  persentase  masyarakat yang  melapor  naik  menjadi  23,46%. Lalu untuk  persentase masyarakat  yang tidak  melapor ke  polisi  pada  tahun  2019  terdapat 77,81%. Kemudian  pada tahun 2020 persentase masyarakat yang  tidak  melapor  polisi turun menjadi 76,54%.    

Kapolri  Jendral  Listyo Sigit  Prabowo   meminta  seluruh anggota  Polri  untuk  melakukan  evaluasi  serta  berbenah diri dalam menerima  laporan  pengaduan  masyarakat. Kemudian Kapolri  Sigit  Prabowo  juga  mengingatkan  kembali  jajaran anggotanya untuk  membuka  kritik  dari  masyarakat. Dia  menilai  bahwa  setiap  kritikan  masyarakat  adalah  masukan  kinerja  Polri  untuk melayani  masyarakat. Harapannya  stigma  yang  buruk  masyarakat  terhadap  Polri  mulai berkurang. 

Sudah  semestinya  rakyat  Indonesia  memiliki  hak  untuk  melapor. Hal  ini  dikuat  dalam  Pasal 108  Undang-Undang No. 8  Tahun  1981  pada Kitab  Undang-Undang Hukum  Acara  Pidana (KUHAP). Didalamnya  berbunyi  (1)  Setiap  orang  yang mengalami,melihat,menyaksikan dan  atau menjadi  korban peristiwa yang  merupakan  tindak pidana berhak  untuk  mengajukan laporan  atau pengaduan kepada  penyelidik  dan  penyidik  baik  lisan  maupun  tertulis. (2)  Setiap  orang  yang mengetahui pemufakatan jahat untuk  melakukan  tindak  pidana  terhadap  ketentraman dan  keamanan umum atau terhadap  jiwa  atau tehadap  hak  milik, wajib  seketika itu juga  melaporkan  hal tersebut kepada  penyelidik atau  penyidik. (3) Setiap  pegawai negeri dalam  rangka  melaksanakan  tugasnya yang  mengetahui  tentang terjadinya peristiwa yang  merupakan tindak pidana, wajib segera melaporkan hal  itu  kepada  penyelidik  atau  penyidik.

Pada  perkembangan  digital  saat  ini. Untuk melapor atau mengadu  tidak  perlu  mendatangi  kantor  polisi. Kita  dapat melapornya  atau  membuat  pengaduan,  melalui  aplikasi  atau  website E-Dumas. E-Dumas adalah layanan  pengaduan online masyarakat. E-Dumas juga  bagian  dari  salah satu  bentuk  pengawasan  masyarakat yang  disampaikan oleh instansi  pemerintah atau  pihak polri  berupa  pengaduan,saran,dan gagasan  yang bersifat  membangun. Melalui  aplikasi  ini  masyarakat  dapat mengetahui  sejauh  mana perkembangan informasi  pada laporannya. E-Dumas bisa  menjadi  media  masyarakat  yang  efektif dan  bermanfaat. 

Pemberitaan  pada media saat ini  bukan  hanya  sekedar  informasi saja,  tetapi  juga sebagai laporan  atau  aduan  masyarakat. Segala bentuk  kekerasan,  pelecehan, dan kejahatan yang  lainnya. Merupakan bagian dari  dampak negatifnya  masyarakat. Pihak yang  berwenang seperti  polisi  menjadi  harapan  masyarakat untuk   memberantas kejahatan. Oleh karena itu, polisi juga  harus lebih  responsif dalam  bertindak dan  menindaklanjuti laporan-laporan yang  sudah terlapor. Polisi  tidak  perlu menunggu  kasus tersebut  viral terlebih  dahulu. Karena  sudah menjadi  tugas  serta  tanggungjawab  polisi untuk mengayomi dan melayani masyarakat.   

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun