Selain Ikiw, salah satu narasumber yang kami temui pada bulan November di Desa Hegarmanah, Kecamatan Jatinangor pun angkat bicara, jika stigma dalam profesi pertanian bisa datang kapan saja dan menyerang dari arah mana saja. Salah satu yang E rasakan adalah lemahnya ilmu pengetahuannya tentang profesi lain, manakala menjadi petani penggarap lahan merupakan profesi yang paling mudah ia kerjakan di masa tua sekarang.
Kurangnya adaptasi terhadap teknologi dan latar belakang pendidikan yang terbatas membuat E hidup secukupnya dengan upah seadanya melalui bidang tani. Ia terus-menerus melakukan hal tersebut demi mencukupi kebutuhan sehari-harinya dan mengisi waktu luangnya kini. Ia mengaku sudah hampir kebingungan untuk memilih profesi serabutan mana lagi yang harus ia cari dan kerjakan, selain satu-satunya tempat bergantung, yakni bertani, walau lahan yang ia garap bukan miliknya sekali pun, ia tidak apa-apa.
Menurut penuturan E, "Latar Pendidikan saya tidak cukup memenuhi kriteria untuk melamar pekerjaan selain menjadi seorang petani, ditambah umur saya juga yang sudah tua. Walaupun ya sebenarnya mah saya juga pengen alih profesi, tetapi tidak bisa."
Jika menelaah dari sudut pandang Ikiw, ia masih mempunyai sisi optimis dalam dirinya. Ikiw juga masih mempunyai banyak proyeksi dan rencana di masa depan yang dijamin bisa meningkatkan minat peternak dan petani muda untuk lebih banyak berkontribusi bagi negeri.Â
Salah satu cara yang diandalkan adalah harus adanya treatment pendekatan ulang ke arah para pemuda di masa kini yang mulai tertarik dengan bidang peternakan dan pertanian. Menurutnya, program dari Pemprov Jabar tentang petani millennial bisa menjadi stimulus utama yang baik untuk menarik minat para generasi muda.
"Hal-hal demikian seperti adanya Petani Millennial, lalu disambung oleh saya yang mencoba mendirikan rumah peternakan, saya rasa itu bisa memberikan informasi bahwa peternak dan petani bisa dijadikan mata pencaharian dan mencukupi kebutuhan kita. Hanya saja, hal ini harus kita kembangkan lagi strateginya supaya semakin kuat menarik atensi dan minat para pemuda." Tutur Ikiw, menjelaskan.
Selain bentuk sosialisasi dan program yang menarik dari kedua bidang tersebut, peran serta jurnalis pun sebaiknya ditingkatkan dalam hal publikasi kepada khalayak, supaya semakin banyak kalangan masyarakat yang mengetahui dan mencari tahu lebih banyak lagi, sebagaimana fungsi pers menurut Laswell, yakni to inform & to educate.
Bidang media massa dan jurnalistik harus bisa mendukung dan terus menerus menerbitkan karya-karya perkembangan program kekinian (update) dari bidang pertanian maupun peternakan supaya isu ini bisa terus diolah agar masyarakat sadar bahwa stigma tentang petani dan peternak di masa kini bisa diminimalisir karena regenerasi terbukti bisa membuahkan hasil dengan adanya bentuk gerakan-gerakan petani dan peternak muda yang semakin inovatif dan kreatif demi menjaga ketahanan pangan nasional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H