Mohon tunggu...
Alya Fadia Safitri
Alya Fadia Safitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Gajah Mada

Suka berjalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Surga Tersembunyi: Pasar Kebon Empring Bintaran

13 September 2024   09:41 Diperbarui: 13 September 2024   09:42 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Pasar Kebon Empring/Dokpri

Pagi hari yang sangat sejuk di hari Sabtu, hari yang ditunggu-tunggu oleh mahasiswa untuk beristirahat sejenak dari penatnya perkuliahan. Kali ini, saya dan teman saya memutuskan untuk menjauh dari kota Yogyakarta untuk menikmati kesunyian alam dan mendengarkan aliran sungai di Desa Srimulyo, Kapanewon Piyungan. Kami berangkat pukul 07.00 WIB untuk menuju ke Desa Srimulyo untuk mengunjungi salah satu destinasi yang ada di desa tersebut. Tibalah kami di Desa Srimulyo, setelah melalui perjalanan kurang lebih 20 menit dari kota.

Di Desa Srimulyo, ada sebuah surga tersembunyi yang bernama Pasar Kebon Empring Bintaran. Sebuah surga yang tersembunyi yang terletak di bantaran Kali Gawe, destinasi wisata yang penuh dengan keunikan dan kearifan lokal. Dengan suasana pedesaan yang asri dan suasana yang menenangkan, destinasi ini menawarkan pengalaman yang berbeda dari keramaian kota. 

Mengelilingi Pasar Kebon Empring, seperti membawa kita kembali kehidupan di masa lampau, seperti kehidupan sederhana dan kebersamaan bersama masyarakat setempat yang sangat melekat. Pasar Kebon Empring ini memang bukan sekedar tempat wisata biasa. Tetapi tempat ini adalah cerminan dari kehidupan pedesaan yang damai. Di sini kami bisa merasakan keselarasan antara manusia, alam dan budaya yang berpadu dengan sempurna.

Struktur bangunan yang ada di Pasar Kebon Empring sangat khas dengan kesederhanaan yang terbuat dari bambu dan kayu, dengan jerami yang menjadi atap seperti gubuk-gubuk tradisional. Seni lokal juga menjadi hiasan di Pasar Kebon Empring yang membuat semakin menarik destinasi tersebut. Alunan musik-musik lawas yang semakin membawa kita kehidupan di masa lampau.

Sesampainya kami di tempat penitipan sepeda motor, kami menyapa masyarakat yang berada di sekitaran empat kami menitipkan motor. Kami berkesempatan berbincang dengan masyarakat setempat mengenai Pasar Kebon Empring, saya bertanya mengenai kapan Pasar Kebon Empring ini berdiri, dan salah satu masyarakat setempat menjawab “Pasar Kebon Empring ini sudah berdiri sejak tahun 2018”. Sudah 6 tahun berdiri dan kami baru mengetahui adanya Pasar Kebon Empring ini.

Kami sempat bertanya-tanya mengenai jam buka Pasar Kebon Empring, masyarakat setempat menjawab bahwa “Pasar ini dibuka setiap hari, tetapi untuk dihari sabtu dan minggu dibuka lebih pagi dibandingkan dengan hari biasanya”. Kami mendapat berbagai informasi dari berdirinya Pasar Kebon Empring hingga jam operasionalnya, agar besok ketika kami kembali lagi kami sudah mengetahui informasi-informasinya. Keramahan masyarakat setempat membuat kami merasa diterima dan membantu kami lebih memahami pasar ini.

Memasuki area Pasar Kebon Empring kami disambut dengan harumnya makanan tradisional yang langsung menyerang hidung. Berbagai makanan dan jajan pasar yang sudah jarang kami temui di kota, kini di Pasar Kebon Empring menyajikan berbagai makanan dan jajanan pasar seperti bubur cenil, klepon, dan serabi yang masih hangat yang disajikan  diatas meja bambu. Para pedagang di sini adalah masyarakat setempat, yang dengan senyum ramah menyajikan makanan-makanan yang mereka jual. Kami tak sabar untuk mencicipi makanan-makanan yang sudah mengoda kami untuk segera memakannya.
Kami membeli beberapa makanan dan jajanan yang kami jarang temui di kota seperti nasi ikan wader, es tebu yang disajikan dengan bambu, dan jajanan semasa kami kecil yang jarang kami temui yaitu jaring laba-laba. Mendengarkan aliran sungai dan udara yang sejuk yang dikelilingi pepohonan membuat kami makin menikmati makanan yang telah kami beli. Sambil melihat wisatawan lain yang sedang bermain air di tepi Kali Gawe.

Para pedagang yang sedang berjualan/Dokpri
Para pedagang yang sedang berjualan/Dokpri

Pasar Kebon Empring ini memiliki ikon yakni sungainya, karena pasar ini yang terletak di pinggiran sungai. Setelah kami menyantap makanan yang kami beli, akhirnya kami bisa bermain air di sungai yang sejak kami datang sudah memanggil untuk mengajak kami bermain. Kami seperti orang yang tidak pernah melihat air sungai, bermain air dan berfoto untuk mengabadikan moment kami untuk kami simpan sebagai kenang-kenangan.

Selain sungai, Pasar Kebon Empring juga memiliki tempat foto yang biasanya para wisatawan mengabadikan moment itu sebagai tanda mereka sudah pernah ke Pasar Kebon Empring. Tempat foto ini terbuat dari bambu yang membentuk love semakin menarik kita untuk mengabadikan moment. Selain itu, terdapat sepeda kuno yang sudah tidak terpakai yang langsung mengingatkan kita ke sepeda kakek. Sepeda kuno itu juga menjadi salah satu tempat foto yang digemari oleh wisatawan.

Menutup perjalanan kami di Pasar Kebon Empring, kami mendapatkan pengalaman yang luar biasa, tidak sekedar pengalaman berkuliner saja. Kami mendapatkan pengalaman dan pembelajaran tentang arti kebersamaan, kesederhanaan, dan melestarikan alam dan budaya. Pasar Kebon Empring ini, bukan hanya tempat untuk dikunjungi, tetapi tempat untuk dinikmati dan dicintai, karena di pasar inilah kita bisa mencintai alam dan budaya yang berbeda dari kehidupan kota. Sebuah perjalanan yang penuh makna, yang akan kami kenang dengan penuh rasa syukur.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun