Pagi ini Bianca berangkat ke kampus dengan penuh ceria. Walaupun semalam kurang tidur, karena ada saja kerjaan. Ya, namanya juga rejeki, kan ghak baik untuk ditolak dong. Apalagi memang tuh kerjaankan buat bayar kuliah juga.
Singkat cerita, pagi ini pas kuliah Kecakapan antar Personal. Dosennya sih asyik dan gokil. Minggu kemarin saja Bianca sampai sakit perut saat ikut kuliahnya yang sering ala stand up comedy. Bianca ceritain dikit ya materinya yang menarik, tetapi sekaligus ironi dan menyedihkan.
Materinya tentang 'Membangun Empati dan Sikap Prososial'. Kata dosen sih, perasaan empati itu dan prososial itu bagian dari kecerdasan interpersonal, yang kalau orang ghak punya rasa empati dan prososial itu termasuk orang-orang yang egois.
Definisi dari empati sendiri menurut dosen, adalah kemampuan dan kesadaran seseorang untuk bisa memahami perasaan orang lain. Empati sendiri berhubungan dengan perasaan marah, sedih, benci dan gembira. Memang empati sendiri mirip-mirip dengan simpati. Hanya kalau simpati lebih ke turut merasakan, dan tidak sedalam empati yang sampai tergerak untuk bersikap.
Terus si dosen ngasih tahu caranya untuk ngetest apakah skring empati kita masih berfungsi dengan baik atau malah sudah putus. Katanya, coba tanyakan pada diri sendiri beberapa hal sebagai berikut:
- Apakah Anda merasa marah ketika ada ketidakadilan dalam penggusuran?
- Apakah Anda pernah menitikkan air mata ketika melihat film sedih?
- Apakah Anda merasa iba ketika ada pengemis tua yang terlantar?
- Apakah Anda merasa gembira ketika mengetahui teman anda mendapatkan prestasi atau keberuntungan?
- Apakkah Anda merasa marah dan sedih saat ada seseorang yang menjadi korban kejahatan orang lain?
- Apakah Anda merasa sedih saat ada seseorang yang mengalami kemalangan?
Terus si dosen nanyain, apakah saat nonton seperti film bollywood 'Kabhi Khushi Kabhie Gham' kita sedih dan menangis? Â Bianca ya nyeletuk kalau pas lagi adegan joget-joget ya ghak nangis. Semua teman pada ketawa mendengar komentar Bianca. Si dosen tersenyum juga. Dia bilang, jangan sampai salah sikap. Pas waktunya adegan joget-joget, nangis. Terus pas waktunya adegan sedih eh malah ketawa-ketiwi. Itu pasti skring empatinya konslet.
Berikutnya si dosen nampilin beberapa gambar di layar yang bikin sedih. Gambar pertama, seorang anak perempuan yang sedang terbaring dengan luka-luka dan perban di sekujur kakinya. Katanya dosen, itu anak Palestina yang kakinya terancam diamputasi karena terluka parah terkena pecahan bom. Ngeri banget sih lihatnya.
Gambar kedua, seorang ibu dan anak yang begitu kurus, item dekil. katanya dosen, itu gambar orang afrika yang negaranya juga ada perang dan mereka terancam mati kelaparan. Si anak tampak kurang gizi akut. Pesan dari si dosen, kalau kita lagi makan, jangan sampai kita buang-buang makanan, karena di belahan dunia lain, ada banyak orang yang kekurangan makan dan mati kelaparan. Jadi kalau kita ambil makanan di acara prasmanan, ambil seperlunya dan sewajarnya saja. Jangan sampai kita ambil 'porsi bunuh diri' tetapi setelah itu ghak bisa ngabisin. Iya, bener juga sih. Bianca juga sering lihat tuh orang yang datang di acara pernikahan. Ambil makanan seperti ghak pernah makan selama seminggu saja. Ujung-ujungnya, dia ghak bisa ngabisin. Entah karena kekenyangan, atau karena makanannya ghak sesuai dengan selera awalnya.
Ternyata empati itu bawaan lahir. Namun sering kali ada juga orang yang skring empatinya rusak dan putus karena pengalaman dan trauma masa lalunya yang tidak menyenangkan. Misal seseorang waktu kecilnya hidup menderita dan tidak ada orang yang mengasihinya. Dengan kata lain, orang-orang yang tidak punya empati itu karena dia sendiri kurang mendapatkan kasih sayang dari orang tua dan lingkungan sekitarnya. jadi kalau ada orang menderita, dia akan bilang pada dirinya sendiri kalau dia juga menderita dan merasa ghak perlu memberikan perhatian pada orang lain yang sedang menderita.
Pada bagian akhir, dosen memberi tips bagaimana caranya melatih untuk berempati. Saat ada sebuah peristiwa, cobalah 'bertukar peran'. Misal ada seseorang yang hamil entah karena kecelakaan, atau karena sebab lain seperti korban perkosaan. Cobalah mengatakan pada diri sendiri, 'Andai ini terjadi pada  diri saya atau keluarga saya'. Konsep ini disebut bertukar peran.
Pada bagian akhir, si dosen ngasih tugas untuk nonton film 'Hachiko' yang berkisah tentang kesetiaan seekor anjing pada tuannya. Film yang dimaksud si dosen sebenarnya sudah pernah Bianca tonton. Pemeran utamanya Richard Gere yang menjadi profesor. Bianca sampai habis tissue 1 kotak gara-gara tuh film begitu menyedihkan. Si dosen juga sempat menceritakan isi film tersebut. Eh Bianca jadi sedih lagi deh ngebayangi  tuh anjing yang duduk di depan pintu stasiun saat nunggu Si Profesor pulang dan keluar dari pintu stasiun. Tetapi karena si Profesor meninggal saat mengajar, maka dia tidak pernah lagi kembali melalui pintu stasiun yang ditungguin oleh si Hachiko.
Si Dosen terus menjelaskan materinya dengan bagaimana membangun sikap prososial. Sementara waktu kuliah sudah habis 30 menit yang lalu. Bianca dan teman-teman sudah mulai resah karena waktu makan siang telah lewat 1 jam. Rupanya si dosen lupa dengan pelajaran empati, dan tidak punya rasa empati kepada kami yang sudah mulai kelaparan... "Dia mulai lapar... dia mulai lapar..." Kata teman di sebelah yang melihat Bianca mulai lemah lunglai karena 'low-batt'. Uh sebel deh kalau ada dosen yang juga tidak punya empati pada mahasiswanya sendiri. Kuliah memang penting, tetapi menjaga kesehatan juga penting toh. Kalau penyakit lambung Bianca kambuh gara-gara telat makan gimana?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H