Kerusuhan 21-22 Mei 2019 telah lewat. Namun narasi yang dihembuskan oleh banyak pihak di media dan media sosial tak berhenti sampai sekarang. Satu peristiwa yang sama, dimaknai berbeda tergantung siapa yang dia bela dan apa yang diyakininya (paling) benar. Namun demikian, apapun yang mereka narasikan atau yakini, obyeknya sama yakni manusia.
Saya ingin mengajak bahwa kemanusiaan tidak boleh dipermainkan, diperdagangkan, atau bahkan dikorbankan demi kepentingan-kepentingan politik. Semua agama meyakini bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling mulia. Tidak ada ciptaan lain yang melebihi manusia.
Dalam konteks politik, manusia juga medapatkan tempat terhormat. Aristoteles menyebut manusia sebagai zoon poticon, yakni hewan (zoon) yang bermasyarakat (politicon). Dengan istilah ini, Aristoteles berpendapat bahwa manusia secara kodrati hidup sosial, berinteraksi dengan orang lain.
Interaksi ini diperlukan untuk mewujudkan tujuan hidup manusia yakni hidup makmur dan bahagia. Inilah tujuan berpolitik yang dikemukakan oleh Plato.Â
Untuk itu, baik Aristoteles maupun Plato sepakat, supaya manusia dalam suatu sistem masyarakat/ negara mencapai kemakmuran dan kebahagian maka yang diusahakan adalah menegakkan aturan bersama dan meminimalisir konflik.
Huru-hara yang terjadi 21-22 Mei 2019 lalu, melibatkan manusia yang menghirup udara dan menginjak tanah yang sama, yakni Ibu Pertiwi. Ada manusia yang disebut aparat keamanan yakni TNI dan Polri, ada manusia yang berdemo, ada yang rusuh, ada yang usahanya tidak jalan bahkan dijarah, ada yang minta ijin tidak kerja, ada yang ngomel karena jalan diputar-putar, dan ada yang secara tidak langsung menjadi kompor. Semua itu manusia!
Pasca kerusuhan, atas nama kemanusiaan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sigap menangani para korban. Walau baru muncul 22 Mei 2019, ia tak segan mendatangi para korban meninggal dan luka di rumah sakit. Bahkan membantu mengangkat keranda korban yang meninggal.
Gerak Anies pun mendapat apresiasi dari Ujang Komarudin, pengamat sosial politik sekaligus dosen Universitas Al Azhar Indonesia. "Sebagai gubernur, Anies harus peduli. Patut diapresiasi Anies sangat responsif membantu korban kerusuhan," katanya sebagaimana diwartakan VIVA, Rabu, 22 Mei 2019.
Menurutnya, cara Anies seperti takziah hingga membesuk korban meninggal dan luka-luka memberikan contoh bahwa tugas pemimpin itu melayani masyarakat. Setidaknya berdasarkan data teraknir, ada 8 orang meninggal dan 737 orang mengalami luka-luka.Â
Apa yang dilakukan Anies berlandaskan pada kemanusiaan. Namun demikian, masih ada manusia lain yang terlibat dan terdampak pada 21-22 Mei 2019 itu.Â