Ada banyak fotografer baru, berani bilang, "Kamu punya uang berapa, sini aku fotoin." Hal ini terjadi karena banyak yang memiliki kamera, hasilnya pun bagus karena semakin ke sini produsen kamera menciptakan produknya semakin canggih.
Biaya fotografer yang anjlok membawa implikasi pada tawar-tawaran kebutuhan dokumentasi. Kalau dulu klien bertanya, "Tolong dicarikan fotografer yang bagus untuk dokumentasi 2 hari ya."Â
Sekarang bilangnya, "Budget dokumentasinya cuman segini ya." Akhirnya yang mendapat pekerjaan hanya bisa bilang, "Tolong cari orang bisa fotoin acara itu. Syaratnya dia harus punya alat sendiri."
Kenapa harus punya alat sendiri? Pertama, untuk menghemat budget karena tidak harus sewa alat. Kedua, orang sudah banyak yang punya kamera sehingga tidak perlu mendatangkan fotografer profesional yang tentu biayanya tidak murah.Â
Biaya tidak murah itu sangat dimaklumi karena menghitung pengalaman, profesionalitas, dan pendidikan fotografi yang ada di belakangnya. Ketiga, ini yang agak tidak masuk akal, ternyata ada banyak fotografer (terutama mantan wartawan foto) yang tidak punya kamera sendiri.Â
Jadi kalau mau merekrut mereka, kita harus menyewakan alat. Artinya ada biaya tambahan.
Melalui tulisan ini saya mau mengingatkan untuk menghargai kemampuan orang lain. Hargailah mereka dan kami sebagai manusia, bukan alat.Â
Setidaknya hargai kami karena mampu membeli kamera, mampu fotografi dasar karena praktik dan kursus secara serius, karena passion kami pada fotografi, mampu mengkhususkan waktu untuk fotografi di tengah kesibukan harian kami.Â
Dan yang terpenting juga, kami perlu biaya untuk memperbaiki kamera jika rusak, menambah kelengkapan kamera, atau bahkan beli kamera baru karena yang lama rusak. Bagian ini tentu tidak dipikirkan oleh sebagian fotografer profesional karena alat dari kantor.
Satu lagi. Walaupun judulnya adalah hobi fotografer yang ingin mencari penghasilan tambahan, tapi ada kata "hobi" di sana. Artinya, kami atau setidaknya saya menjalani pekerjaan ini atas dasar hobi, kesenangan pribadi. Artinya, kami tidak ngoyo mengejar biaya jasa foto.Â
Asalkan kami bisa menyalurkan hobi dan klien merasa puas, rasa capai rasanya terbayar. Kami hanya butuh dihargai sebagai manusia, jangan digampangkan.