Tema “Amalkan Pancasila: Makin Adil, Makin Beradab” mendapat tantangan nyata dalam mewujudnyatakannya dalam dua peristiwa besar di tahun ini, Pemilihan Gubernur Jakarta dan Bom Kampung Melayu. Marilah jadikan sila kedua ini sebagai pegangan kita untuk menjalin relasi dengan orang di luar diri kita dan di luar kelompok, serta mengembangkan kehidupan bersama yang saling menghargai.
Gereja Katolik Indonesia
Sekadar catatan kecil terkait 201 tahun KAJ, hal ini bermula dari 8 Mei 1807 saat Paus Pius VII menjadikan Batavia sebagai Prefek Apostolik dengan mengangkat Pastor Jacobus Nelissen sebagai Prefectus Apostolicus dan Pastor Lambertus Prinsen sebagai Misionaris. Perfektur Apostolik adalah bentuk otoritas rendah untuk suatu wilayah pelayanan dalam Gereja Katolik Roma yang dibentuk di sebuah daerah misi dan di negara yang belum memiliki keuskupan. Prefektur Apostolik dipimpin oleh seorang pastor dan bukan uskup.
Dalam perjalanan waktu, Prefektur Apostolik ditingkatkan menjadi Vikariat Apostolik Batavia pada tanggal 3 April 1842 dengan Vikaris Apostolik pertamanya Mgr. I. Groff. Kemudian, sejak 3 Januari 1961 wilayah Vikariat Apostolik Jakarta mengalami ‘perubahan’ bentuk hierarki menjadi Keuskupan Agung Jakarta. Sampai di usia 210 tahun ini, Keuskupan Agung Jakarta telah memiliki 66 Paroki yang tersebar di Jakarta, Bekasi, dan sebagian Tangerang. Gereja tertua adalah Gereja Santa Perawan Maria Diangkat Ke Surga (Paroki Katedral). Sedangkan Gereja termuda atau Paroki ke-66 adalah Gereja Santo Ambrosius (Paroki Villa Melati Mas, Serpong).
Pada awal mula keberadaannya, saya sepakat kalau KAJ bisa disebut sebagai Gereja Katolik di Indonesia. Inilah periode di mana Gereja belum mengakar dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Umatnya pun sebagian besar adalah orang asing yang notabene adalah penjajah, mulai dari Portugis sampai Belanda. Maka jangan heran, banyak orang kala itu mengatakan bahwa Gereja adalah Agama Penjajah.
Namun dalam masa pergerakan kemerdekaan sampai sekarang, Gereja telah bertransformasi menjadi Gereja Katolik Indonesia. Di sinilah Gereja mulai menemukan jati dirinya sebagai pengikut Yesus Kristus yang menghidupi budaya Indonesia, bahkan ikut berjuang dan mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia. “100 persen Katolik dan 100 persen Indonesia,” kata Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ (1896- 1963), Uskup Agung Semarang sekaligus Pahlawan Nasional (1963).
Gereja Katolik Indonesia ini pun terus bertransformasi sampai sekarang dan kali ini secara konkret KAJ mengajak seluruh umatnya untuk memperkuat ke-Indonesiaan-nya dengan kembali pada Pancasila dan mengamalkannya dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H