Film The Flu merupakan cerita tentang penyakit yang menyebar secara cepat film yang saya tonton 2013 tetapi masih teringat di pikiran saya. Film ini di sutradarai oleh Kim Sung Su  yang merupakan film asal Korea Selatan yang dirilis pada tahun 2013.
Film ini berawal dari Dua bersaudara Ju Byung Woo dan Ju Byung Ki menyelundupkan imigran gelap ke Korea Selatan pakai kontainer. Namun semua imigran meninggal karena terkena penyakit misterius, kecuali 1 imigran bernama Monssai.
Byung Woo dan Byung Ki membawa Monssai. Di tengah perjalanan, Monssai berhasil kabur, dan bertemu dengan Mi reu (anak kecil) sedangkan Byung Woo mulai menunjukkan gejala batuk dan demam lalu dibawa ke klinik dan ditangani Dr. Kim In Hae, tapi nyawanya sudah tidak bisa diselamatkan. Dari sinilah wabah virus akhirnya menyebar ke seluruh kota. Besoknya, mulai banyak orang yang menunjukkan gejala yang sama seperti Byung Woo.
Penelitian pun akhirnya menunjukkan bahwa virus berbahaya tersebut adalah H5N1 yang bermutasi dan bisa membunuh dalam waktu 36 jam saja. Hal ini pemerintah menyuruh segera melakukan karantina wilayah. Banyak orang panik dengan kemunculan virus mematikan ini. Rumah-rumah warga mulai kosong, jalanan sepi, sedangkan pihak militer terus berjaga-jaga agar warga Bundang tidak keluar dari batas karantina.
Dr. Kim In Hae kehilangan putrinya, Mi Reu, di tengah kekacauan akibat virus. Kemudian dibantu oleh Kang Ji Goo, seorang pemadam kebakaran, Sayangnya tidak lama setelah itu Mi Reu menunjukkan gejala terpapar virus. In Hae mati-matian menyelamatkan Mi Reu putrinya yang kondisinya semakin melemah. In Hae juga menyembunyikan dari semua orang bahwa putrinya terkena virus tersebut. Satu-satunya imigran gelap yang selamat diketahui memiliki antibodi untuk melawan virus. Ia berusaha menyelamatkan putrinya dengan memanfaatkan darah Monssai. Tapi keberadaan Monssai memicu konflik lain hingga terjadi pertumpahan darah.
Keadaan semakin kacau ketika pemerintah setempat memutuskan untuk membunuh semua yang kena virus di Bundang. Mereka beralasan bahwa langkah tersebut dilakukan demi mencegah penyebaran virus yang lebih luas.
Ide ini mengundang perdebatan dan ditentang keras oleh banyak pihak, termasuk tim medis yang berusaha mengembangkan obat. Tapi sepertinya keputusan menghancurkan kota sudah tidak bisa diubah lagi. Nyawa In Hae, Ji Goo, Mi Reu, dan warga kota Bundang pun kini dalam bahaya.
Pemerintah akhirnya luluh ketika Mi Reu berlari kepada ibunya dan berkata "jangan bunuh ibu saya, jangan bunuh kami" dengan menghadap cctv. Semua orang yang menyaksikan cctv tersebut menggeretak hatinya untuk tidak jadi adanya penembakan massal. Tentara yang sudah sigap menembak pun luluh hatinya. Akhirnya semua orang yang terkena virus tidak jadi di tembak massal. Part tersedih dibagian ini, saya benar benar tidak bisa melupakannya.
Menurut saya kekurangan film ini ada yang tidak masuk akal di bagian Mi reu sudah tergulung oleh plastik untuk di bakar hidup hidup di tempat pembuangan sampah karena film ini bukan genre fantasi jadi tidak masuk akal jika ia masih hidup. Kelebihannya film ini bagus banget menurut saya ini film untuk pelajaran hidup agar tidak panik buying dan egois dan masih banyak lagi. Saya sangat suka film ini karena masih berhubungan sama pemerintah terlihat sekali kejadian di film itu terjadi seperti kemarin covid 19 saya benar benar langsung teringat film the flu karena menurut saya hampir mirip se olah olah olah film the flu untuk kejadian di masa depan. Film ini seperti film yang berdasarkan kisah nyata.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI