Kamboja merupakan negara kerajaan yang terletak di Kawasan Asia Tenggara dengan mayoritas penduduknya memeluk Agama Buddha, sebanyak 96,9% dari total penduduk. Kemudian persentase diikuti oleh Agama Islam, Kristen, Kepercayaan lain, dan Atheis. Negara Kamboja juga merupakan negara bekas jajahan Perancis selama hampir 90 tahun dengan tanggal kemerdekaan 9 November 1953. Namun meskipun telah merdeka dari Perancis, ternyata Negara Kamboja harus mengalami penjajahan lagi dari pemimpinnya sendiri pada tahun 1975. Pemimpin tersebut bernama Pol Pot atau dikenal juga dengan rezim Khmer Merah.
Pol Pot menjalani pemerintahan di Kamboja dengan idealogi komunis sebagaimana yang dia anut sedari muda. Maka di bawah kepemimpinannya, Kamboja dengan cepat bertransformasi menjadi negara satu partai yang disebut Democratic Kampuchea. Pol pot ingin menjadikan Kamboja sebagai negara yang komunis sehingga seluruh umat beragama disuruh bekerja paksa dan dilarang beribadah. Gereja -- gereja tua dihancurkan, masjid dirobohkan, biksu -- biksu tua dibunuh, hingga umat muslim yang dipaksa memakan daging babi.
Hal itu dilakukan oleh Pol Pot sebagai bentuk menjalankan visinya yaitu masyarakat sosialis-agraris yang akan berkembang menjadi masyarakat komunis. Gaya kepemimpinan Pol Pot ini dinilai sangat kejam dan dijuluki sebagai diktator, akibat banyaknya rakyat yang tewas. Rezim Pol Pot yang disebut Rezim Khmer Merah ini menyebabkan kematian 1,5 hingga 2 juta jiwa rakyat Kamboja. Dengan kata lain, Pol Pot bersama pemerintahannya menyebabkan kematian atas 25 persen dari seluruh penduduk Kamboja.
Akibatnya banyak eksistensi yang hilang. Seperti jumlah umat muslim yang menurun drastis hingga masjid dan gereja tua bersejarah yang hancur. Padahal sebelum Pol Pot berkuasa, Islam sedang berkembang dan memenuhi Kamboja. Terjadinya pembantaian oleh Pol Pot menjadikan populasi umat muslim berkurang yang akhirnya menjadikannya minoritas sampai sekarang.
Namun di era modern seperti sekarang, pemerintah Negara Kamboja tentunya sudah belajar banyak dari sejarah kelam negara mereka. Dengan penduduk yang menganut beragam agama mengharuskan pemerintah negara ini lebih adil dalam segala aspek. Seperti mulai memerhatikan terkait kehalalan makanan di negara tersebut meskipun Islam adalah agama minoritas. Selain sebagai bentuk kepedulian terhadap umat minoritas di negaranya, pelabelan halal pada makanan juga membantu negara dalam menarik wisatawan asing. "Kami memuji perhatian terhadap produk pariwisata yang akan lebih mempersiapkan kami untuk menyambut turis Muslim setelah situasi Covid-19 membaik.Â
Kami akan memiliki lebih banyak produk yang tersedia untuk melayani sektor pariwisata," kata Sivlin, Presiden Asosiasi Agen Perjalanan Kamboja (CATA) dilansir dari The Phnom Penh Post, Selasa (26/1/21). Pengelolaan yang tepat terkait pelabelan halal, terutama makanan akan sangat berperan penting dalam membuat wisatawan muslim maupun non muslim untuk betah dan berkeliling di Kamboja lebih lama. Karena banyak wisatawan non muslim yang juga menyukai makanan halal karena dianggap lebih bersih dan sehat. Sehingga wisatawan dapat berjalan -- jalan di Kamboja tanpa khawatir terkait makanannya di sana.
Selain segi makanan, pelabelan halal juga melingkupi beberapa hal seperti produk kosmetik hingga wisata. Ya, karena dikenal sebagai negara yang mayoritas beragama Budhha membuat Kamboja dikenal hanya dengan wisata kuil -- kuilnya. Hal ini tentu tidak menimbulkan begitu banyak minat pada wisatawan muslim. Alhasil beberapa tahun belakangan ini, pemerintah Kamboja telah mengupayakan wisata halal yang dapat menarik minat wisatawan muslim dari mancanegara. Salah satu wisata halal yang sudah populer di Kamboja adalah satu desa muslim di Siem Reap. Desa Muslim di Siem Reap terletak di Phum Steung May, sebelah barat Sungai Siem Reap, dan pusat perbelanjaan Psar Chas.
Komunitas Muslim terpusat di Masjib Al Neakma, sekolah, dan pemakaman desa, sehingga suara adzan berkumandang dapat didengar dengan jelas dari Masjid Al Neakma di jantung Siem Reap. Makanan halal dan penginapan juga tersedia di desa ini sehingga para wisatawan dapat mengeksplor desa ini lebih lama dengan nyaman. Selain menyusuri sisi Islami dari desa tersebut, para wisatawan juga dapat melakukan berbagai aktivitas lainnya. Seperti mendalami kehidupan pedesaan Kamboja lebih dalam dengan menghabiskan waktu dan tinggal bersama warga setempat di rumah mereka.Â
Wisatawan akan diajari cara menyiapkan makanan ala Kamboja yang terkenal seperti Chicken Amok. Selain itu, para wisatawan juga dapat menaiki gerobak sapi yang akan membawa wisatawan ke persawahan yang indah. Tidak perlu khawatir dengan bahasa, karena beberapa muslim Kamboja di Desa Siem Reap bisa berbahasa Melayu, Arab, dan Inggris.
Wisata ini terdengar sangat menarik bagi wisatawan yang ingin mengenal Islam lebih dalam dengan cara yang tradisional. Bahkan untuk wisatawan muslim pun akan terdengar menarik menyusuri desa muslim yang memiliki banyak sejarah dengan suasana pedesaan yang masih asri. Selain memberikan keuntungan kepada pendapatan negara, hadirnya wisatawan ke desa muslim di Kamboja ini juga akan menjadi suatu hal yang baik bagi warga desa tersebut. Terjadinya pertukaran ilmu, budaya, bahkan pengalaman yang indah akan membekas di ingatan mereka.
Memerhatikan wisata halal juga merupakan upaya Pemerintah Kamboja dalam memulihkan rasa sakit yang dialami umat Islam terdahulu yang harus merasakan kekejian Pol Pot. Maka dari itu perhatian dari Pemerintah Kamboja terhadap umat Islam saat ini akan sangat berharga sehingga para umat Islam yang minoritas ini tidak terlupakan atau dibelakangi oleh negara. Karena sesungguhnya semua warga sipil dari sebuah negara harus mendapatkan perlakuan yang baik dan seadil -- adilnya. Tanpa memandang agama, ras, suku, dan gender.