Oshin. Generasi 1980-an pasti tak asing dengan drama legendaris Jepang yang berjudul Oshin ini. Dorama Jepang yang pernah tayang di Indonesia pada tahun 1983-1984 itu sangat booming di zamannya.
Siapa yang masih ingat dengan gadis kecil berpipi gembil dan ranum yang hidupnya penuh penderitaan namun ia tetap tabah dan ceria? Ya, siapa lagi kalau bukanDorama Oshin adalah kisah yang menggugah dan mendalam tentang perjuangan seorang wanita Jepang bernama Oshin. Drama yang pertama kali tayang sebagai serial televisi pada tahun 1983 ini kemudian diadaptasi menjadi film layar lebar. Berikut adalah klasifikasi Dorama Oshin :
1. Sinopsis Oshin :
  - Oshin lahir pada awal abad ke-20 dan dibesarkan dalam kemiskinan yang ekstrem di sebuah desa kecil di Jepang.
  - Ayahnya meninggal ketika dia masih kecil, dan ibunya terpaksa bekerja keras sebagai pelayan untuk memberi makan keluarganya.
  - Oshin memutuskan untuk bekerja sebagai pelayan di rumah keluarga Shima yang kaya.
  - Meskipun menghadapi perlakuan tidak adil dan cobaan bertubi-tubi, Oshin tidak pernah kehilangan semangat dan terus berjuang untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik.
2. Tema dan Pesan :
  - Dorama ini mengeksplorasi tema ketabahan, keteguhan hati, serta pengorbanan melalui karakter-karakter yang kompleks.
  - Oshin adalah contoh inspiratif tentang bagaimana seseorang bisa mengatasi cobaan hidup dengan tekad dan semangat yang tak kenal lelah.
3. Pengaruh Global :
  - Dorama Oshin memiliki penggemar setia di seluruh dunia dan membantu memutar-balikkan sentimen anti-Jepang.
  - Selain itu, dorama ini memberikan wawasan mendalam tentang budaya dan tradisi Jepang.
Di drama tersebut, Oshin lahir di awal abad 18 sebagai anak petani miskin yang begitu susah menyediakan nasi untuk makan keluarga. Oshin tumbuh sebagai anak yang rajin, penurut, serta mengerti kesulitan orangtua. Demi membantu kebutuhan pangan keluarganya--yang terdiri dari ayah, ibu, adik, kakak, serta nenek--ia rela bekerja jadi pelayan di rumah seorang saudagar kaya. Meski baru berusia tujuh tahun, namun Oshin berusaha bekerja sebaik mungkin.
Dalam serial tersebut, dari kecil hingga tua, secara berurutan Oshin diperankan oleh Ayako Kobayashi, Yuko Tanaka, dan Nobuko Otowa. Peran Ayako Kobayashi sebagai Oshin kecil amat berkesan dan terus diingat orang. Pada Oktober 2013, Oshin versi film dirilis. Film ini hanya fokus pada masa kecil Oshin yang diperankan oleh Kokone Hamada. Kisah Oshin si pekerja keras rupanya menarik minat banyak penonton. Serial sepanjang 297 episode---yang tiap episode berdurasi 15 menit ini---berkali-kali ditayangkan di Jepang dan negara-negara berkembang di Asia dan Amerika latin.
Di Indonesia, Oshin ditayangkan sejak November 1986. Para pemirsa TVRI selalu menanti penayangannya. Orde Baru menggunakan serial ini untuk mendidik rakyat Indonesia agar tegar dalam menghadapi penderitaan hidup dan tak kenal menyerah, serta maju seperti Oshin.
Kisah Oshin terinspirasi dari sosok nyata dalam dunia bisnis Jepang. Majalah Asia Week volume 19, 14 April 1993 menyebutkan bahwa Oshin adalah gambaran kehidupan pengusaha wanita Katsu Wada yang wafat pada 28 Maret 1993. Kisah asli Katsu Wada sebetulnya tidak semenderita Oshin, meski sama-sama pekerja keras.
Peter B. Clarke dalam Japanese New Religions in Global Perspective (2013:51) menyebut Katsu Wada lahir pada 1906 dari pasangan pedagang sayur. Orangtuanya menjalankan warung sayur kecil bernama Yaohan di Odawara, sebuah kota kecil di Prefektur Kanagawa---100 km dari Tokyo. Mereka hendak menikahkan Katsu Wada dengan pegawai warungnya yang bernama Wada Ryohei. Katsu lebih tertarik menjadi guru ketimbang melanjutkan bisnis keluarga. Namun, ia akhirnya meneruskan bisnis orangtuanya.
Karena dijodohkan merekapun menikah. Kedua pasangan ini kemudian membuka toko kelontong pertama pada 1930. Setelah itu, bisnis mereka berkembang menjadi salah satu pengecer terbesar asal Jepang yang paling aktif di Asia.