Mohon tunggu...
Nirvana
Nirvana Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

aku lagi diet

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Diet Selalu Gagal, Kenapa? Simak Pembahasannya Melalui Teori Disonansi Kognitif

24 September 2023   23:21 Diperbarui: 24 September 2023   23:25 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kelebihan berat badan merupakan suatu kecemasan bagi setiap orang karena dapat menimbulkan berbagai macam efek buruk yang merugikan bagi tubuh dan psikologis manusia. Efek yang dapat tercipta akibat kelebihan berat badan yaitu antara lain kecemasan sosial akibat bentuk tubuh yang lebih besar dibandingkan mayoritas orang lainnya, dan apabila sudah mencapai tahap obesitas maka seseorang akan berpotensi tinggi untuk mengidap penyakit-penyakit merugikan seperti diabetes tipe dua, penyakit jantung, dan bahkan bisa menyebabkan penyakit kanker.

Oleh karena itu, orang yang berat badannya telah mencapai tingkat berlebihan berbondong-bondong untuk melakukan penurunan berat badan dengan berbagai macam cara, seperti diet dan olahraga. Diet sendiri merupakan salah satu cara yang sering dilakukan orang dalam upaya untuk mencapai berat badan yang ideal karena hanya dengan mengurangi porsi makan, mengatur pola makan dan mengurangi makanan yang tidak sehat dapat menjadi suatu cara untuk mengurangi berat badan. Namun, agar dapat berhasil seseorang harus konsisten dalam melakukan proses diet tersebut, karena jika tidak konsisten maka diet tersebut akan berujung pada kegagalan. Bagi sebagian orang, hal tersebut merupakan hal yang sulit karena untuk mengubah pola dan gaya hidup tidak dapat se gampang yang dipikirkan.

"Mengapa itu sulit? Padahal kan hanya mengurangi makan saja, hanya merubah pola makan dan meninggalkan kebiasaan yang tidak sehat." Pemikiran seperti itu seringkali terlintas pada beberapa orang jika memikirkan mengapa banyak orang yang gagal dalam melakukan diet. Biasanya, pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan "Tidak semudah itu !" atau "Makanan diet itu tidak enak". Namun ternyata, fenomena tersebut dapat dibahas dengan memakai teori disonansi kognitif yang akan kita bahas pada artikel ini.

Teori disonansi kognitif merupakan sebuah konsep yang menjelaskan mengenai bagaimana individu merespons persepsi atas dua keyakinan yang bertentangan satu sama lain, yang mana disonansi  merupakan sebuah ketidakseimbangan dan kognisi merupakan suatu pandangan yang dihasilkan dari proses berpikir. Dalam teori ini, individu menyadari adanya konflik antara dua pemikiran atau keyakinan yang berlawanan di dalam benak atau pikiran, yang disebabkan oleh inkonsistensi antara keyakinan dan tindakan. Hal ini membuat munculnya ketidaknyamanan psikologis yang mendorong mereka untuk mencari cara agar dapat mengurangi disonansi ini. Ini adalah upaya untuk menjaga konsistensi dalam pemikiran dan keyakinan mereka, dan teori ini memiliki implikasi yang signifikan dalam psikologi sosial dan pengambilan keputusan manusia. Teori ini dapat dikaitkan dengan bagaimana pola pikir seseorang saat ia gagal dalam melakukan diet. Biasanya, kegagalan dalam melakukan diet terjadi karena ketidakmampuan diri dalam menahan hasrat untuk tetap memakan makanan dalam porsi yang biasanya dikonsumsi, dan ketidakmampuan dalam menahan diri untuk memakan makanan yang tidak sehat yang menjadi salah satu pemicu kenaikan berat badan.

Hidup itu dipenuhi dengan keputusan, dan keputusan (sebagai aturan umum) menimbulkan disonansi. (Perloff, 2017) Bagaimana seseorang menginginkan dirinya untuk lebih sehat dengan melakukan diet pada akhirnya terganggu karena adanya disonansi atau keseimbangan dalam pikirannya yang akhirnya menciptakan dua persepsi yang berbeda dalam dirinya, yaitu antara ia ingin terus konsisten dalam menjalani diet agar lebih sehat atau tetap melanjutkan pola hidup lamanya dengan terus mengonsumsi makanan yang tidak sehat dan tidak menjaga porsi makan.

Pada akhirnya untuk mengurangi ketidaknyamanan yang tercipta akibat ia tidak dapat menahan hasratnya dalam mengonsumsi makanan yang dia inginkan, maka seseorang tersebut mencoba untuk membenarkan suatu keputusan yang dapat membuat ia merasa nyaman, walaupun keputusan itu dapat menimbulkan penyesalan dan perasaan bersalah, dan berujung pada kegagalan dalam melakukan diet. Hal tersebut semakin jelas dapat dikaitkan dengan teori disonansi kognitif karena sejalan dengan gagasan para ahli teori bahwa, orang lebih memilih cara yang lebih mudah daripada cara yang lebih sulit untuk mengubah elemen kognitif  (Simon et al., 1995). Sebagian orang yang gagal diet merasa tersiksa dalam proses dietnya tersebut karena masih belum bisa terlepas dari keinginannya untuk mengonsumsi makanan yang menurutnya lezat,

Pada akhirnya, teori ini dapat menimbulkan kejelasan mengenai kenapa sebagian orang kesulitan untuk konsisten dalam melakukan diet, bahwa karena terdapatnya dua pemikiran yang berbeda yang sulit untuk dipilih seseorang, yang mana pada akhirnya dapat membuat seseorang memilih jalan termudahnya. Kognisi yang ada bahwa "makan enak & banyak dapat membuat saya bahagia" tidak sejalan dengan disonansi bahwa makanan enak dengan porsi yang berlebih itu tidak menyehatkan bagi tubuh.

Sumber:

Perloff, Richard M. (2017). The Dynamics of Persuasion: Communication and Attitudes in the 21st Century, Sixth Edition. New York: Routledge

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun