Mohon tunggu...
Mukhlis
Mukhlis Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Penulis Buku: Teknik Penulisan Puisi, Teori, Aplikasi dan Pendekatan , Sastra, Pendidikan dan Budaya dalam Esai, Antologi Puisi: Lukisan Retak, Kupinjam Resahmu, dan Kutitip Rinridu Lewat Angin. Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi IGI Wilayah Aceh dan Owner Sastrapuna.Com . Saat ini Bertugas sebagai Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Peran dan Fungsi Peribahasa dalam Bahasa Indonesia

20 April 2024   11:21 Diperbarui: 20 April 2024   11:26 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
  Sumber gambar: Pixabay 

Oleh: Mukhlis, S.Pd., M.Pd. 

Peribahasa merupakan salah satu warisan budaya masyarakat Indonesia yang masih hidup sampai kini. Penciptaan baru memang jarang ditemui, tetapi peribahasa lama tersebut masih dipakai dalam berbagai kesempatan. Peribahasa tidak saja merupakan mutiara bahasa, bunga bahasa, tetapi juga suatu kalimat yang memberikan pengertian yang dalam, luas dan tepat. Peribahasa disampaikan dengan halus untuk semua orang dan segala zaman. 

Dalam hal ini Djamaris (1998:26) mengemukakan sebagai berikut  peribahasa itu ibarat universal, berlaku untuk semua orang dan segala zaman, peribahasa itu dapat ditafsirkan banyak sesuai dengan suasana dan mempunyai arti kiasan, peribahasa itu merupakan suatu perumpamaan mutiara bahasa, mestika bahasa, bunga bahasa, keindahan bahasa, dan peribahasa itu dianggap sebagai bahasa diplomasi.

Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa kedudukan peribahasa dalam masyarakat adalah sebagai mutiara bahasa, bunga bahasa, dan keindahan bahasa. Ia berlaku untuk semua orang dan segala zaman dan dipakai dalam setiap kesempatan. Sesuai dengan kedudukannya yang begitu penting, peribahasa ini sering digunakan sebagai nasihat, sindiran-sindiran (cacian halus), pujian dan sebagai bahasa diplomasi.

Peribahasa sebagai Nasihat

Nasihat yang diucapkan secara terus terang ada kalanya kasar dan melukai perasaan orang yang dinasihati. Namun, apabila nasihat itu disampaikan melalui peribahasa, sekalipun pahit tidak kejam kedengarannya. Selain itu, nasihat yang menggunakan peribahasa, orang yang dinasihati tidak merasa langsung dinasihati.

 Misalnya, orang yang akan pergi merantau dikatakan dengan peribahasa ”Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung, di sana adat dipakai”. Nasihat yang disampaikan melalui peribahasa itu agar orang yang pergi merantau dapat menyesuaikan diri, menghormati, dan mengikuti adat istiadat daerah yang ditempatinya kelak.

Jika hendak menasihati orang yang suka menceritakan aib atau kejelekan keluarganya kepada orang lain, maka digunakan peribahasa ”Menepuk air di dada”. Nasihat yang disampaikan melalui peribahasa itu ialah agar seseorang tidak suka menjelek-jelekkan keluarganya kepada orang lain karena itu merupakan aib dan kejelekannya sendiri.

Peribahasa Sebagai Sindiran atau Cacian Halus

Menyindir atau mencaci seseorang yang berbuat salah dan bersifat kurang baik dapat disampaikan melalui peribahasa. Dalam hal ini, peribahasa digunakan dengan maksud menghindari pemakaian kata yang kasar dan tajam ketika mencaci perbuatan atau sifat seseorang, agar tidak melukai hati orang yang dimaksud.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun