Sidney P. Marland (1972) mendefinisikan Anak berbakat adalah anak yang diidentifikasi oleh orang-orang yang berkualifikasi profesional sebagai anak yang memiliki kemampuan luar biasa. Tidak sedikit orang yang beranggapan anak berbakat tidaklah di khawatirkan kemampuannya bahkan tanpa dampinganpun anak akan tetap bisa dan selalu menjadi yang terbaik karena kemampuannya yang melebihi anak normal lainnya. Padahal tidak demikian, seorng anak berbakat juga memerlukan adanya pelayanan pendidikan yang khusus pula. Hal ini di karenakan agar anak berbakat bisa menyalurkan kemampuan yang dimilikinya dengan tepat.
Keberkatan anak tidak hanya diukur dari tingkat prestasi dan keunggulan anak. Hal ini dikarenakananak berbakat berbeda dengan anak pandai yang normal pada umumnya. Seorang anak yang berbakat adalah mereka yang sudah memiliki keberbakatan alami dan bawaan sejak lahir yang masih membutuhkan asahan dan bimbingan dari orang tua serta pendidikan khusus dari guru.
Dengan demikian dapat di tarik kesimpulan bahwa pemahaman orang-orang yang tepat tentang anak berbakat sangat membantu perkembangannya. Karena ketika seorang anak berbakat tidak mendapatkan perhatian atau pendidikan yang tepat sesuai dengan bakat, anak justru akan menjadikan underachiever (Anak dengan prestasi rendah) dan lebih membahayakan lagi anak bisa bersikap keras juga tidak terkontrol dan mejadi pribadi yang membahayakan diri dan orang lain. Oleh karena itu lingkungan terutama keluarga harus bisa memberikan pelayanan atau pendidikan kepada anak berbakat dengan tepat. Sehingga keberbakatan anak dapat dikembangkan dengan baik pula.
Lebih baik lagi, jika kita semua juga dapat mengenal dan memahami siapa anak berbakat? Tentunya dengan identifikasi. Tapi sebelum masuk pada identifikasi kita perlu tahu pula jenisjenis kemampuan anak berbakat. Menurut Martison jenis atau macam-macam kemampuan anak berbakat adalah
1.Kemampuan intelektual umum, bahwa orang umum seperti juga pendidik selalu mendefinisikan ini berkenaan dengan skor tes inteligensi yang tinggi – yang biasanya di atas 2 standar deviasi. Orangtua dan guru sering mengenal siswa yang memiliki kemampuan intelektual umum di atas rata-rata yang diindikasikan dengan tingkat perbendahaan kata yang tinggi, ingatan, dan penguasaan kata-kata abstrak, dan pemikiran abstrak.
2.Bakat akademik khusus, bahwa siswa dengan bakat akademik khusus diidentifikasi dengan penampilan yang unggul pada tes prestasi atau tes bakat dalam satu atau lebih dari satu bidang, seperti: prestasi matematika, sains.
3.Kemampuan berpikir kreatif dan produktif, bahwa bakat ini merupakan kemampuan menghasilkan ide-ide baru dengan menyatukan elemen-elemen yang ada dan bakat untuk mengembangkan makna-maknabaru yang berarti bagi masyarakat.
4.Kemampuan kepemimpinan, bahwa kepemimpinan dapat diidentifikasisebagai kemampuan untuk mengarahkan individu atau kelompok untuk sampai kepada keputusan atau tindakan bersama.
5.Seni visual dan pertunjukan, bahwa siswa berbakat bidang seni menunjukkan keberbakatan khususnya bidang seni visual, musik, tari, drama atau bidang-bidang terkait lainnya.
6.Kemampuan psikomotorik,bahwa kemampuan ini mencakup kemampuan motorik kinestetik, seperti keterampilan praktik, spasial, mekanikal, dan fisikal. Kemampuan ini jarang digunakan sebagai suatu kriteria dalam program bagi anak berbakat.
Sedangkan menurut Howard Gardner (1983) juga menyarankan suatu konsepmultiple intelligences, bahwa ada beberapa cara untuk memandang dunia, yaitu : kecerdasan linguistik, logikal/matematik, spasial,musikal, kinestetik, interpersonal, dan intrapersonal. Belakangan ini dilengkapi dengan kecerdasan naturalistik. Dan menurut Joseph Renzulli (1986) menyatakan bahwa perilaku keberbakatan merefleksikan suatu interaksi antara tiga kluster dasar dari sifat-sifat manusia, yaitu kemampuan di atas rata, tingkat komitmen akan tugas yang tinggi, dan tingkat kreativitas yang tinggi.
Prosedur yang digunakan dalam prosesidentifikasibersifat nondiskriminatif dikaitkan dengan ras, latar belakang ekonomik, suku, dan kondisi kecacatan.Dalam rangka identifikasi ABA (Anak Berbakat Akademik), ada dua langkah penting, yaitu penjaringan (screening) dan assessmen.
1. Penjaringan (Screening)
a. Nominasi guru
Observasi guru memungkinkan evaluasi perkembangan sepanjang waktu. Guru dapat mempertimbangkan cara siswa memecahkan masalah, seperti juga mempertimbangkan jawabannya.
b. Nominasi orangtua
Orangtua dapat memungkinkanpemberian rekomendasiberdasarkan pengamatannya yang lama terhadap bakat yang dimiliki anak. Berkaitan dengan itu, orangtua dapat memperhatikan tingkat penguasaan anak dalam tugas intelektual dan minat dan keingintahuan yang bervariasi.
c. Nominasi teman sebaya (peer nomination)
Penunjukkan teman sebaya dapat memberikan informasi tentang keunggulan anak berbakat dalam sekolah, baik berkenaan dengan keunggulan bidang akademik maupun bidang non-akademik,
d.Prestasi akademik anak
Posisi anak pada saat diidentifikasi memiliki nilai informasi yang sangat penting, terutama berkenaan dengan kedudukan prestasi terakhir siswa, di samping sejarah prestasi akademiknya, maupun non akademiknya yang sangat terkait dengan keunggulan anak dalam kinerjanya.
e. Portofolio
Kemajuan sepanjang waktu, yang disertai dengan prestasi keseluruhannya, dapat dinilai oleh pemantau bahan-bahan yang tersimpan dalam portofolionya. Ini memungkinkan evaluasi dalam berbagai bidang,seperti belajar yang memiliki gaya tertentu dan penggunaan pengetahuan.
f. Produk kerja atau Kinerja yang bagus sekali
Selama dalam sejarah kehidupan anak, perlu terus ditelusuri produk-produk karya siswa berbakat, baik yang dihasilkan secara voluntir maupun hasil lomba, yang dibuktikan dengan piala atau piagam penghargaan.
g. Observasi
Pengamatan terhadap perilaku anak berbakat, baik dalam kelas, maupun di luar kelas, terutama berkenaan dengan perilaku-perilaku yang menunjukkan kinerja baik sebagai pribadi maupun anggota kelompok, keluarga, atau masyarakat. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh konselor atau wali kelas yang memang bertanggung jawab dalam mendampingi kehidupan anak di sekolah
h. Mereviu catatan siswa
Siswa biasanya memiliki catatan pribadi. Melalui cara ini, dapat dilihat bagaimana catatan pribadi siswa tentang kegiatan di luar sekolah, misalnya,keanggotaan dalam suatu drama club, peran dalam kegiatan keluarga, dan serta peran di masyarakat. Yang juga sangat penting adala. Bagaimana dengan konsistensi prestasi di sekolah.
i. Tes kelompok (group test).
Tes kelompok ini dilakukan untuk menambah informasi tentang anak, baik berkenaan dengan informasi inteligensi maupunbakat skolastik dan prestasi belajarnya. Untuk itu perlu dilakukan tesinteligensi, tes bakat skolastik, maupun tes prestasi belajar.
2. Assesment
Berdasarkan hasil screening, maka selanjutnya dilakukan assessmen baik terkait dengan kemampuan kecerdasan umum, bakat skolastik danbakat lainnya, maupun tingkatkreativitas dan komitmen akan tugas. Untuk melakukan assessmen tersebut, digunakan tes dan instrumen terstandar, di antaranya digunakan tes inteligensi, tes bakat skolastik, tes bakat, tes kreativitas, dan inventory komitmen akan tugas. Sebagian besar tes tersebut lebih bersifat individual.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI