Mohon tunggu...
Lusia Gayatri Y
Lusia Gayatri Y Mohon Tunggu... -

pemerhati pendidikan anak. blog:lusiagayatriyosef.wordpress.com contact:ms.lusiagayatriyosef@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Beberapa Langkah Pendampingan Psikologis Untuk Belajar Huruf Kepada Siswa Kelas 1 Sekolah Dasar

20 September 2012   06:47 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:11 1491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Beberapa waktu yang lalu, saya berkunjung ke sebuah Sekolah Dasar, saya terlibat dialog dengan seorang siswa kelas 2 Sekolah Dasar, sebut saja Fani. Saat itu, saya bertanya kepada Fani apakah ia sudah hafal huruf alfabet. Fani memberikan jawaban pada ia sudah hafal huruf. Kemudian saya berkata “wah, berarti sudah lancar, dong!” Fanipun memberikan jawaban bahwa ia belum lancar, ia berkata bahwa ia kesulitan untuk membaca kalimat “Ibu dan Ayah pergi ke sebuah tempat yang terletak di…” Kemudian saya berkata “Oh, kesulitan membaca dikalimat panjang ya?” Fanipun mengangguk.

Berdasarkan pengalaman di atas, penulis memiliki pendapat bahwa beberapa anak sudah mampu mengenali kemampuan ia dalam membaca, namun masih perlu pendampingan dari guru/ pendidik/ pemerhati pendidikan/ orang tua/psikolog sekolah/konselor sekolah untuk menjelaskan secara spesifik keterampilan yang telah dikuasai dan belum dikuasai oleh anak. Misalnya: apakah anak kesulitan dalam membaca kalimat panjang, anak kesulitan dalam membunyikan huruf “J” dan “Y”. Hal tersebut untuk membantu menjelaskan kepada anak mengenai kesulitan yang tengah ia alami. Selain itu, respon positif dari orang dewasa di sekitar mengenai kesulitan membaca yang sedang dihadapi akan membuat anak merasa positif dan menjaga semangatnya untuk tetap belajar membaca.

Penulis memiliki pendapat bahwa sebelum anak mampu membaca kata hingga kalimat, maka anak perlu memiliki keterampilan dasar membaca yakni membunyikan huruf dengan tepat. Keterampilan tersebut melibatkan proses berpikir yang kompleks bagi anak. Karena anak perlu mengakses informasi visual bentuk huruf, kemudian anak perlu mengakses informasi mengenai bunyi huruf yang telah disimpan di dalam memori anak. Berdasarkan hal tersebut, penulis ingin membagi sebuah ide sederhana yang kiranya dapat digunakan oleh pendidik/guru/pemerhati pendidikan/ psikolog sekolah/ konselor sekolah dalam melakukan pendampingan psikologis belajar huruf pada siswa kelas 1 Sekolah Dasar.

Langkah-langkah pendampingan psikologis yang dapat dilakukan, sebagai berikut:


  1. Guru perlu melakukan pengukuran terhadap kemampuan anak dalam mengenal huruf. Pengukuran yang dapat dilakukan adalah:

a.Pertama, guru dapat memberikan huruf besar A sampai dengan Z, kemudian anak diminta menyebutkan huruf per huruf.

Cara analisis:

-Tulis huruf-huruf apasajakah yang berhasil diucapkan oleh anak dengan benar.

-Tulis dapat mencatat huruf-huruf yang sama sekali tidak diketahui anak dan huruf-huruf yang diucapkan anak dengan tidak tepat. Misalnya saat huruf B anak mengucapkan “D”; saat huruf “K” anak mengucapkan “tidak tahu”.

b.Kedua, guru dapat memberikan huruf kecil a sampai dengan z, kemudian anak diminta menyebutkan huruf per huruf.

Cara analisis:

-Tulis huruf-huruf apasajakah yang berhasil diucapkan oleh anak dengan benar.

-Tulis dapat mencatat huruf-huruf yang sama sekali tidak diketahui anak dan huruf-huruf yang diucapkan anak dengan tidak tepat. Misalnya saat huruf b anak mengucapkan “d”; saat huruf “j” anak mengucapkan “tidak tahu”.

c.Ketiga, guru dapat memberikan huruf besar A sampai dengan Z dan huruf kecil a sampai dengan z, kemudian anak diminta menyebutkan huruf per huruf.

Cara analisis:

-Tulis huruf-huruf yang berhasil diucapkan oleh anak dengan benar.

-Tulis huruf-huruf yang sama sekali tidak diketahui anak dan huruf-huruf yang diucapkan anak dengan tidak tepat. Misalnya saat huruf B anak mengucapkan “D”; saat huruf z anak mengucapkan “tidak tahu”.

Berdasarkan kegiatan 1a, 1b dan 1c, lakukan observasi dari hasil ucapan huruf anak, anak mengalami kesulitan saat mengucapkan huruf besar saja atau huruf kecil saja atau saat huruf besar dan huruf kecil diberikan secara bersamaan.


  1. Setelah guru melakukan pengukuran dengan semua murid dalam satu kelas, guru dapat melakukan pengelompokan siswa yang perlu diberi pendampingan membaca secara intensif atau siswa yang membutuhkan bimbingan dalam membaca secara individual. Artinya anak ini memang perlu bimbingan satu guru untuk satu siswa. Apabila anak diikutkan ke dalam kelompok, maka anak akan kesulitan dalam mengikuti instruksi pengajaran.

Guru dapat melakukan pengelompokan anak yang mampu mengikuti bimbingan baik dalam individual maupun kelompok. Anak mampu mengikuti bimbingan membaca dan menulis dalam bentuk individual. Apabila guru menemukan bahwa anak mampu diberikan pendampingan membaca dengan bentuk kelompok, maka perlu juga diperhatikan jumlah maksimal yang membuat anak merasa nyaman. Sebagai contoh: anak merasa nyaman atau mampu mengakses bimbingan dari pendidik/guru dalam kelompok yang terdiri dari 3 orang (maksimal).


  1. Guru dapat melakukan pengamatan bahwa setiap anak memiliki memiliki waktu yang beranekaragam dalam menyerap informasi proses belajar. Terdapat anak yang membutuhkan waktu lebih singkat dibanding teman sebaya, namun begitu juga sebaliknya. Terdapat anak yang membutuhkan waktu lebih lama dibanding teman sebaya.
  2. Saat mulai pendampingan belajar huruf dengan anak, guru dapat memberikan materi huruf yang dikuasasi oleh anak terlebih dahulu, kemudian huruf yang sulit untuk dipelajari oleh anak, selanjutnya huruf yang sangat sulit untuk dibunyikan oleh anak.
  3. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan tujuan pembelajaran huruf dengan anak.Tujuan ini kelak yang akan menjaga semangat anak dalam proses pembelajaran huruf. Berdasarkan Santrock (2009) terdapat dua jenis tujuan yang hendak dibentuk. Pertama, performansi sebagai tujuan. Yakni tujuan yang memusatkan perhatian kepada kemenangan atau keberhasilan. Sebagai contoh: anak berhasil membunyikan semua huruf dengan tepat. Kedua, keterampilan sebagai tujuan. Yakni tujuan yang berkaitan dengan strategi anak mencapai keberhasilan dan proses anak dalam mencapai keberhasilan. Sebagai contoh: anak tidak putus asa saat mempelajari bunyi huruf yang sulit baginya.
  4. Cara pemberian tanggapan terhadap pembelajaran anak dapat dilakukan dengan memusatkan perhatian pada keberhasilan tujuan di atas.

a.Pemberian tanggapan berdasarkan performansi sebagai tujuan. Sebagai contoh: hari pertama, anak mampu membunyikan 10 huruf. Selanjutnya, hari kedua, anak mampu membunyikan 17 huruf (performansi sebagai tujuan). Guru dapat memberikan pujian atas peningkatan yang dilakukan oleh anak dengan berkata “…kemarin Doni bisa membunyikan 10 huruf dengan tepat, kemudian saat ini Doni berhasil membunyikan 17 huruf dengan tepat. Huruf yang bisa dibaca Doni bertambah banyak, bagus!” Guru juga dapat menvisualisasikan peningkatan anak dengan grafik atau bentuk kreatifitas lainnya. Sehingga melalui visual anak dapat mengamati peningkatan diri.

b.Pemberian tanggapan berdasarkan keterampilan sebagai tujuan. Sebagai contoh hari pertama, anak rewel atau menangis atau menolak saat belajar 1 huruf saja. Selanjutnya, hari kedua, anak mau belajar hingga tanpa menangis. Guru dapat memberikan pujian atas peningkatan keterampilan yang dilakukan oleh anak dengan berkata “…kemarin Angga menangis saat mau belajar huruf, sekarang Angga tidak menangis. Bagus!”

Langkah-langkah pendampingan psikologis saat anak belajar huruf di atas merupakan bentuk dukungan untuk anak agar ia merasa nyaman dan tetap semangat saat ia belajar huruf. Terutama bagi anak-anak yang mengalami kesulitan dalam memproses informasi visual dan bunyi huruf. Sebagai contoh: anak yang memiliki orang tua buta huruf sehingga tidak ada pendampingan dalam mengenal huruf saat di rumah, anak yang membutuhkan waktu lebih lama dibanding teman-teman satu kelas atau teman sebaya, anak yang mengalami tidak naik kelas karena belum mengenal huruf dengan baik. Penulis juga ingin memberi catatan bahwa guru dapat melakukan modifikasi beberapa langkah di atas berdasarkan kondisi lapangan, kebutuhan siswa, serta pertimbangan lainnya.

Referensi:

Santrock, J. W. (2009). Educational Psychology (4th ed.). New York: Mc Graw Hill.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun