Mohon tunggu...
Yeni Lathifah
Yeni Lathifah Mohon Tunggu... -

Ingin belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Keluarga dan Pengaruhnya Terhadap Kepribadian Anak

10 April 2014   01:24 Diperbarui: 4 April 2017   16:43 5440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Secara etimologis, kepribadian atau personality berasal dari bahasa Latin “person” (kedok) dan “personare” (menembus). Persona biasanya dipakai oleh para pemain sandiwara pada zaman kuno untuk memerankan satu bentuk tingkah laku dan karakter pribadi tertentu. Sedangkan personare adalah bahwa para pemain sandiwara itu dengan melalui kedoknya berusaha menembus keluar untuk mengekspresikan satu bentuk gambaran manusia tertentu. Misalnya; seorang pemurung, pendiam, periang, peramah, pemarah, dan sebagainya. Jadi persona itu bukan pribadi pemain itu sendiri, tetapi gmabaran pribadi dari tipe manusia tertentu dengan melalui kedok yang dipakainya (Syamsu Yusuf: 2006). Sedangkan menurut Roucek dan Warren, kepribadian adalah organisasi faktor-faktor biologis, psikologis, dan sosiologis yang mendasari perilaku seseorang. Kepribadian dapat juga diartikan sebagai “Kualitas perilaku individu yang tampak dalam melakukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan secara unik” (Abin Syamsuddin Makmun, 1996).

Kepribadian seseorang terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu; faktor fisik, inteligensi, keluarga, teman sebaya (peer group), dan kebudayaan. Pada kesempatan kali ini, saya hanyaakan membahas faktor keluarga yang mempengaruhi kepribadian seseorang.

F.J. Brown berpendapat bahwa ditinjau dari sudut pandang sosiologis, keluarga dapat diartikan dua macam, yaitu a) dalam arti luas, keluarga meliputi semua pihak yang ada hubungan darahatau keturunan yang dapat dibandingkan dengan “clan” atau marga; b) dalam arti sempit keluarga meliputi orangtua dan anak (Syamsu Yusuf: 2006).

Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan kepribadian anak, terutama kedua orangtuanya. Bayi yang baru lahir sangat tergantung dari lingkungan terdekatnya, khususnya orangtua ayah dan ibunya. Hal ini didukung oleh teori diferensial yang menyatakanbahwa “Anak dianggap relatif mempunyai kelekatan dengan ibunya sampai kurang lebih 6 tahun; baru sesudahnya anak akan mengadakan ikatan dengan orang-orang dewasa yang lain”.

Ketergantungan tersebut hendaknya dimanfaatkan oleh orangtua untuk menciptakan lingkungan keluarga sebagai lingkungan sosial pertama bagi anak. Melalui pengamatan oleh anak terhadap berbagai perilaku yang ditampilkan secara berulang-ulang dalam keluarga, interaksi antara ayah-ibu, kakak, dan orang dewasa lainnya, anak akan belajar dan mencoba meniru perilaku-perilaku tersebut dan kemudian akan menjadi sebuah kebiasaan atau kepribadiannya.

Sejak lahir seorang anak telah memiliki kebutuhan yang harus terpenuhi. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan fisiologis seperti; makan, minum, kebutuhan rasa aman, kebutuhan kasih sayang, kebutuhan dihargai dalam suasana hubungan yang stabil dan menyenangkan. Memberikan pujian dan penghargaan begitu penting saat anak melakukan perbuatan baik. Hal tersebut menumbuhkan rasa percaya diri kepada anak akan kemampuan dirinya.

Kebutuhan-kebutuhan tersebut seyogyanya dapat dipenuhi anak di lingkungan yang merangsang perkembangan anak. Sehingga sesibuk apapun orangtua akibat pekerjaan, organisasi, ataupun kegiatan lainnya harus tetap memberikan perhatian kepada anaknya. Untuk itu yang perlu diperhatikan ketika mendidik anak adalah pentingnya memperlakukan anak sebagai pribadi yang aktif yang perlu dirangsang untuk menghadapi dan mengatasi sebuah masalah.

Mengasuh, membina, dan mendidik anak di rumah merupakan kewajiban kedua orangtuauntuk membentuk kepribadian anak. Suasana atau iklim keluarga sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak. Seoaranganak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang harmonis dan agamis, dalam arti orangtua memberikan curahan kasih sayang, perhatian serta bimbingan dalam kehidupan keluarga, maka perkembangan kepribadian anak tersebut akan cenderung positif. Adapun anak yang dikembangkan dalam lingkungan keluarga broken home, kurang harmonis, orang tua bersikap keras terhadap anak atau tidak memperhatikan nilai-nilai agama dalam keluarga, maka perkembangan kepribadiannya cenderung akan mengalamai distorsi atau mengalami kelainan dalam penyesuaian dirinya (maladjustment) (dalam Syamsu Yusuf: 2006).

Pola pengasuhan orang tua juga akan mempengaruhi bagaimana kepribadian anak di masa akan datang. Ada tiga jenis sikap orang tua dalam keluarga, yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, yaitu sikap otoriter, sikap liberal, dan demokratis (dalam Diana Mutiah, 2010).

Pertama, orang tua yang bersikap otoriter cenderung akan memaksakan kehendaknya sehingga anak tidak diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya, cita-cita keinginannya kurang mendapat perhatian dari kedua orang tuanya. Akibatnya rasa sosial, kreativitas, dan keberanian anak kurang berkembang dengan baik. Selain itu anak menjadi pemalu/penakut, terkadang keras kepala sehingga menyebabkan dia suka menyendiri. Kedua, orang tua yang bersikap liberal memiliki pandangan bahwa anak dianggap sebagai orang dewasa yang dapat mengambil keputusan dan atau tindakan tanpa bimbingan. Adapun akibatnya anak kurang memiliki rasa tanggung jawab dan cenderung bertindak sesuka hatinya. Ketiga, orang tua yang memiliki karakteristik pengasuhan demokratis akan memperhatikan anak sesuai dengan tahapan perkembangan usianya dan mempertimbangkan setiap keinginan anaknya. Menurut Diana Mutiah (2010) anak dalam pengasuhan orang demokratis akan menunjukkan sikap atau perilaku tanggung jawab yang besar, dapat menerima perintah dan dapat diperintah dengan wajar, dapat menerima kritik secara terbuka, memiliki keberanian untuk berinisiatif dan kreatif, memiliki emosi yang stabil, dapat menghargai pekerjaan atau jerih payah orang lain, mudah beradaptasi, lebih toleran, mau menerima, dan memberi. Memiliki rasa sosial yang besar, konsep dirinya yang positif, dapt bekerja sama, dan kontrol diri yang besar.

Dalam mengasuh, membina, dan mendidik anak orang tua hendaknya memilih dan memilah pola pengasuhan dengan disesuaikan oleh keadaan dan situasinya. [ ]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun