Siapa tak kenal Mading atau Majalah Dinding. Kumpulan tulisan, gambar, foto, coretan, puisi, cerpen atau sekedar titip salam yang selalu nempel di dinding sekolah. Juga di dinding kelas. Jangan-jangan, para kompasioner dulunya juga aktifis mading  sekolah. Boleh jadi,  Mading atau Majalah Dinding adalah media pertama yang menampung segala hasil karya kita?
[caption id="attachment_238179" align="aligncenter" width="500" caption="Mading 3 Dimensi : Bharatayudha. Pertikaian Pendawa Kurawa, KPK Vs POLRI (dok. pribadi) "][/caption]
Mading, ada juga yang menyebutnya Mabok -Majalah Tembok, merupakan media efektif untuk pembelajaran menulis di sekolah. Tidak sekedar menulis. Siswa juga diajak untuk kreatif.  Mencari ide. Berburu berita atau hunting seperti wartawan. Bahkan, Mading juga memberi ruang yang luas bagi yang gemar seni. Seni rupa, seni lukis atau seni yang lain. Setelah semua bahan terkumpul, tim mading pun mulai diskusi. Semacam rapat redaksi. Memilih dan memilah materi yang layak tampil. Lalu, me-layout dan menempel. Tidak boleh memaksakan kehendak. Pendeknya, sebuah karya mading merupakan hasil kolaborasi berbagai unsur kecerdasan siswa di sekolah.
[caption id="attachment_238180" align="aligncenter" width="500" caption="Mading 2 Dimensi (dok pribadi)"]
Di banding pembuatan Majalah Sekolah atau Newspaper Design/Â koran sekolah, biaya pembuatan mading jelas lebih murah. Meriah lagi. Â Jadi keberadaan Mading, adalah sebuah keharusan di sekolah yang sangat menjunjung kekebasan berekspresi.
[caption id="attachment_238181" align="aligncenter" width="500" caption="Mading Aborigin, penduduk Australaia yang dipinggirikan (dok pribadi)"]
Jika awalnya Mading tampil biasa, 2 dimensi, apa adanya, ternyata beberapa tahun terakhir Mading bisa tampil luar biasa. Tidak sekedar  tempel menempel. Di era tahun 2000-an, Mading sudah berbentuk 3 dimensi. Ukurannya bisa kecil.  Ada pula yang gede. Mencapai hampir 2 meter x 2 meter x 2 meter. Kalau mading 2 dimensi membuatnya cukup 2-3 jam, Mading 3 dimensi perlu waktu mingguan bahkan bisa sebulan lebih!
Tak hanya ukuran. Tema Mading modern juga tampil beda dan berani. Banyak isu-isu aktual yang menjadi tema sebuah mading. Bahkan kadang-kadang kita tidak habis pikir bagaimana, anak-anak muda ini menemukan ide. Contoh tema Mading: Bhinneka Tinggal Nama, Indonesia Need Hero, Bharatayudha, adalah contoh tema-tema "berat"  yang pernah diusung di ajang lomba mading. Tema lain tidak kalah keren. Misal Metrosexual yang mengkritisi gaya hidup anak muda di kota besar. Ada pula judul mading Mbah Marijan, menceritakan sosok juru kunci Gunung Merapi yang hidup sederhana secara detil.
[caption id="attachment_238183" align="aligncenter" width="500" caption="Mading Metrosexual (dok pribadi)"]
Revolusi mading tidak hanya di tema dan ukuran.  Visual dan performa mading juga mengalami  perubahan luar biasa. Kalau Mading jadul hanya diam, nempel di dinding. Mading free style ini penuh tumpahan ide. Warnanya ngejreng. Lampunya berkelap-kelip. Bisa bergerak. Berputar. Mengeluarkan bunyi. Dilengkapi LCD. Bahkan ada yang digerakkan robot.