Mohon tunggu...
Ashwin Pulungan
Ashwin Pulungan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Semoga negara Indonesia tetap dalam format NKRI menjadi negara makmur, adil dan rakyatnya sejahtera selaras dengan misi dan visi UUD 1945. Pendidikan dasar sampai tinggi yang berkualitas bagi semua warga negara menjadi tanggungan negara. Tidak ada dikhotomi antara anak miskin dan anak orang kaya semua warga negara Indonesia berkesempatan yang sama untuk berbakti kepada Bangsa dan Negara. Janganlah dijadikan alasan atas ketidakmampuan memberantas korupsi sektor pendidikan dikorbankan menjadi tak terjangkau oleh mayoritas rakyat, kedepan perlu se-banyak2nya tenaga ahli setingkat sarjana dan para sarjana ini bisa dan mampu mendapat peluang sebesarnya untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang produktif dan bisa eksport. Email : ashwinplgnbd@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

AFTA 2015 Kehancuran Ekonomi Indonesia

5 April 2014   21:21 Diperbarui: 4 April 2017   17:50 5005
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Penduduk Indonesia adalah ke-4 terbesar didunia, oleh karena itu Negara Indonesia akan selalu menjadi sasaran empuk target pasar dari berbagai produk Negara-negara dunia. Pada saat ini, karena daya beli masyarakat kita lemah, maka aneka jenis produk yang datang, adalah berbagai produk kualitas rendah (kw) yang berasal dari China dengan harga sangat murah. Bahkan jaring pemasarannya sudah sampai pada pedagang kaki lima diseluruh Indonesia. Akibatnya, semua produksi sejenis yang ada didalam negeri menjadi hancur terbukti banyaknya berbagai pabrik berbahan plastik dan tekstil serta alat-alat pertukangan, mainan anak-anak gulung tikar. Ini semua adalah dampak dari berlakunya  ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) sejak 2010. Semua para pengusaha korban gulung tikar mengatakan kita tidak bisa bersaing dengan harga produk kw China yang masuk ke Indonesia dengan harga yang sangat murah. Belum terjadinya AFTA (Asean Free Trade Area) 2015, para produsen di Indonesia sudah tidak mampu bersaing di pasar dalam negerinya sendiri menghadapi barang-barang impor dari China. Negara-negara China, Jepang, India, Thailand, Singapore, Malaysia, Vietnam telah melakukan serangan produksinya ke Indonesia jauh sebelum AFTA 2015.

Kalau kita perhatikan di berbagai pusat perbelanjaan perkotaan, kita bisa saksikan beraneka jenis jajanan cepat saji yang sudah berasal dari luar negeri (LN) dan anehnya pengunjungnya sangat banyak dari para konsumen warga Indonesia. Inilah pembuktian strategi marketing yang dilakukan pihak asing melalui iklan dan film lalu para konsumen kita menjadi korban iklan mereka. Bisakah pengusaha kita melakukan strategi seperti ini diberbagai Negara target pasar ? Mampukah film Indonesia bisa ditonton oleh banyak penduduk dunia dimana kita bisa berstrategi menempelkan berbagai komoditas produksi Nasional didalamnya sehingga menjadi trend konsumen dunia ?

Kebutuhan pangan seperti garam, gula, beras, terigu, bawang putih, serta buah-buahan, Indonesia masih tergantung kepada impor dari LN. Mungkinkah kita bisa bersaing ketat dengan Negara-negara Asean yang sudah mandiri dalam kebutuhan pangannya ? Untuk kebutuhan sandang, bahan baku produksi sandang kita masih sepenuhnya impor. Di Indonesia, belum ada industri besar produksi kimia dasar aneka unsur, sehingga produksi di Indonesia masih besar kandungan impornya. Akibatnya, tidak ada andalan produksi dari Indonesia yang permanen bisa memiliki daya saing kuat didunia. SDA yang kaya dimiliki Indonesia bisa ditingkatkan nilai tambahnya jika ada industri pendukung bahan baku kimia dasar yang mandiri. Realisasi AFTA 2015 yang tinggal hanya setahun lagi kedepan, membuat posisi industri Indonesia belum siap menghadapinya, yang sebenarnya sudah bisa dipersiapkan sejak akhir kepemimpinan Soeharto. Kita dapat menyaksikan era kepemimpinan Gusdur, Megawati sampai Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) adalah merupakan era kepemimpinan Nasional yang gagal dan hanya membuang waktu serta pencitraan saja bahkan untuk membangun infrastruktur yang lengap diberbagai daerah mereka gagal. Lucunya di era kepemimpinan Megawati, kita di dalam negeri (DN) kekurangan gas alam karena gas alam kita sudah dijual kontrak ke China (Gas Tangguh) oleh Megawati Soekarno Putri. Akibatnya banyak pabrik pupuk Nasional hampir bangkrut dan terpaksa menaikkan harga pupuk mereka karena gas alam sangat mahal malah diimpor. Inilah sebuah ketololan dan kedunguan yang pernah dilakukan pemimpin kita dimasa lalu dan tidak ada perencanaan yang matang. Ini merupakan dilematis yang sulit disolusi bagi semua pihak.

Apa yang akan terjadi ketika AFTA 2015 direalisasikan ? Karena Indonesia target pasar dunia nomor empat dunia, maka Negara-negara Asean akan dijadikan pintu masuk berbagai hasil aneka jenis produksi dunia yang harganya sangat bersaing. Terutama Singapore akan menjadi ajang agen distributor dunia untuk menjual barang produksi Negara-negara dunia ke Indonesia. Karena para pejabat di Indonesia sangat mudah di sumpal dengan uang, maka pengawasan yang sangat lemah terhadap kualitas produksi barang-barang impor akan dijadikan ajang pembuangan produksi gagal yang dampaknya membuat industri DN berkepanjangan semakin tidak berdaya. Apalagi jika manajemen pemerintahan 2014-2019 masih seperti gaya manajemen kepemimpinan SBY, kondisi kita akan lebih parah.

Negara-negara industri maju dunia sudah sangat tinggi efisiensinya karena berbagai produksi sudah dikerjakan dengan sistem robotisasi. Produksi Indonesia tidak akan bisa bersaing jika masih saja menggunakan sistem produksi padat karya. Dari sisi akurat, presisi, technologi dan kualitas serta pricing apalagi design, industri sistem robotisasi tidak akan bisa dilawan, kecuali dengan sistem yang sama.

SDM kita yang bisa memasuki bidang kreatifitas serta bidang produktifitas disemua Negara Asean, tetap saja tidak akan bisa menjadi andalan maksimal pendapatan devisa Nasional karena para SDM kita ini tidak bisa dijadikan sebagai mata rantai pemasaran produksi Nasional yang sepenuhnya komponen produksinya bersumber dari Indonesia. Mereka para SDM kita ini hanya bisa sebagai tenaga ahli atau tenaga professional dibidangnya kalaupun SDM ini bisa menjalankan bidang produksi, tentu akan menggunakan bahan baku dari Negara dimana  dia menetap berprofesi dan tidak ubahnya seperti TKI selama ini yang hanya mengandalkan pendapatan jasa. Mampukah SDM Indonesia bersaing dengan SDM China, India dan Pakistan ? Atau mampukah SDM Indonesia bersaing dinegara anggota Asean yang jumlah penduduknya sangat sedikit ? Jadi yang berkepentingan dalam AFTA 2015 ini adalah para Negara Asean sendiri yang ingin memanfaatkan pasar besar Indonesia disamping Negara-negara industri maju lainnya yang memanfaatkan nama Negara Asean untuk tujuan pasar Indonesia. Dengan berlaku penuhnya AFTA 2015 dan WTO 2020, akibat buruknya adalah UUD 1945 dan banyak UU yang sudah susah payah dibuat untuk perlindungan serta memajukan industri dalam negeri dan penciptaan lapangan pekerjaan menjadi sirna tak berlaku lagi sebagian besar. Sadarkah kita semua bahwa AFTA dan WTO merupakan grand strategi tinggi para kapitalis dunia untuk menghilangkan kedaulatan sebuah Negara ? (Ashwin Pulungan)


Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun