Ini hanya sebuah koreksi dari penulis, dan berniat untuk saling mengingatkan. Di beberapa group WA (WhatsApp), masih banyak yang tidak fokus dalam suatu pembahasan tema yang ditayangkan. Selalu ada anggota WA yang menyisipkan secara tiba-tiba beberapa tulisan yang sebenarnya sangat tidak nyambung dengan sebuah tema tulisan yang lagi dibahas oleh beberapa teman anggota group WA. Mungkin ini sebuah kelemahan group WA atau ketidak perdulian dimana beberapa anggotanya tidak memperhatikan ada sekelompok anggota lain yang sedang asik membahas sebuah tema tulisan. Jika ada teman lain yang menyisipkan sebuah tulisan yang sangat tidak nyambung, terlihat secara psikologis, SI-PENYISIP sangat tidak suka dengan tema yang sedang didiskusikan oleh beberapa teman WA lainnya atau mungkin ketidak mengertiannya dalam beradab dan berkomunikasi pada sebuah komunitas WA. Akibat dari sisipan tulisan yang sangat tidak nyambung itu, apalagi tulisan copasnya sangat panjang, membuat diskusi menjadi buyar dan bahkan bisa bubar, karena tulisan diskusi akan senjang dan berjarak sangat jauh dari atas kebawah. Bisa saja kita menggunakan fasilitas “delete (lambang tong sampah)” secara bersama sama sebagai hukuman rasional secara langsung.
Dalam sebuah diskusi tertulis di WA yang cukup menarik, bisa kita jadikan masukan yang sangat inspiratif yang bisa didapat dari berbagai pengalaman berbeda para rekan kita. Malah kumpulan diskusi tertulis itu bisa menjadi sebuah rangkaian kalimat tulisan yang sangat menarik dan inspiratif. Adalah sangat mempermudah kita, untuk mengcopy keseluruhan diskusi tertulis jika diskusinya runtun, sehingga bisa menjadi bahan tulisan atau bahan masukan bagi semua pihak yang berkepentingan.
Jadi sebuah group WA seharusnya ada admin yang perlu membuat kriteria berdiskusi secara tertulis, atau mengingatkan, sehingga dalam setiap diskusi tertulis, ada tata krama atau adab untuk menayangkan sebuah tulisan yang di copy paste atau yang ditulis sendiri yang isi tulisan itu sangat tidak nyambung untuk disisipkan, kecuali tulisan itu ada korelasinya dengan tema yang sedang didiskusikan sehingga diskusi tertulis semakin berkembang.
Setelah beberapa waktu lamanya katakan 10 menit, tidak ada lagi yang membahas dan berdiskusi tertulis tentang sebuah tema bahasan, barulah teman lainnya yang mau menyisipkan beberapa tulisan dan copasnya atau memenya atau videonya bisa menayangkannya di alamat group WA-nya. Bisa saja tayangan foto, meme atau videonya menjadi ajang diskusi baru atau pebahasan baru jika beberapa teman WA memiliki waktu luang.
Penulis percaya, umumnya para peserta WA adalah orang orang yang terdidik yang berkomunitas pada group nama sebuah WA, minimal tingkat pendidikannya SMA. Sebaiknya, setiap group WA membuat kriterianya sendiri sendiri sehingga memiliki nuansa budaya berpendapat dan berdiskusi yang menarik perhatian semua dan group WA itu memiliki adab unik tersendiri yang tertib dan berdisiplin. Mohon dimaklumi saran penulis ini, demi kebaikan mekanisme berdiskusi secara tertulis disetiap group WA atau LINE dan sebagainya. (Ashwin Pulungan)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H