Berawal dari Surat Keputusan penempatan yang tidak bisa ditolak, makna kutipan pepatah di bawah ini menjadi pedoman saya menjalaninya.
“ Dimana Bumi Dipijak, Disitu Langit Dijunjung"
Ini tentu tantangan baru dalam hidup saya. Bagaimana tidak. Saya dituntut harus cepat beradaptasi dan tentu yang paling penting bisa memberikan pelayanan terbaik sesuai titel profesi yang saya miliki. Kurang lebih saya memaknainya seperti “providing the best service, as the beginning of success”.
Terlahir dengan nama lengkap Ragil Wigas Wicaksana, anak bungsu dari tiga bersaudara, saya tak punya pilihan lain selain menerima keputusan dari perusahaan dengan mandat untuk menerangi pulau terluar, terselatan, terpencil, dan tertinggal. Yang tak lain adalah Pulau Rote Ndao.
Sebagian orang mungkin masih awam dan sulit membayangkan kehidupan di pulau itu. Apalagi teman-teman dan keluarga saya kebanyakan tinggal di Pulau Jawa. Apa boleh buat kalau mereka akhirya menyebut saya “terasing”.
Kalau berdasarkan susunan organisasi PLN, Rayon Rote Ndao merupakan unit terkecil dari area Kupang, induk dari Wilayah Nusa Tengara Timur. Saya akan coba menjelaskan seperti apa kehidupan di Pulau Rote Ndao dan menjadi “penerang” di sana.
PEMBUKTIAN “TAK KENAL MAKA TAK SAYANG”
Secara Geografis, Pulau Rote Ndao berada di bagian selatan Republik Indonesia berbatasan langsung dengan Samudera Hindia dan merupakan pulau paling dekat dengan teritorial Australia Barat. Dengan luas wilayah 1280,10 kilometer persegi, Pulau Rote Ndao memiliki 96 pulau kecil dan hanya 6 pulau yang berpenghuni. Luar biasa luas bukan wilayah Indonesia ini? Nah, di 6 pulau itulah tanggung jawab saya memberikan pelayanan listrik untuk kehidupan yang lebih baik.
Perjuangan ini saya mulai dengan keberangkatan dari Surabaya menuju Kupang. Kurang lebih saya terbang 1 jam dengan perbedaan WIB ke WIT. Kemudian perjalanan dilanjutkan dari Kupang menuju Rote dengan transportasi laut yang memakan waktu kurang lebih 2 jam. Cukup menguras tenaga.
Ini semacam jadi pembuktian bagi saya soal pepatah “Tak Kenal Maka Tak Sayang”. Seminggu di awal penempatan, saya mencoba memahami kondisi Pulau Rote Ndao, terutama pasokan listriknya. Berdasarkan data pengusahaan listrik desa, Rote Ndao memiliki 84 desa. 56 diantaranya sudah mendapatkan energi listrik selama 24 jam, 5 desa baru memperoleh listrik 12 jam, sementara 23 desa lainnya masih menggunakan perangkat SEHEN atau panel surya dengan lampu khusus dari PLN yang dipasang di setiap rumah.
Kepanjangan dari SEHEN adalah Super Ekstra Hemat Energi. Tujuan adanya perangkat ini yaitu untuk meningkatkan nilai rasio elektrifikasi yang sasarannya di daerah terpencil yang belum terjangkau jaringan energi listrik.
Nah, permasalahan juga muncul di desa-desa yang sudah mendapat energy listrik. Dari 56 desa yang mendapat listrik selama 24 jam, ternyata bebannya sudah mencapai 3.3 Mega Watt. Padahal pasokan yang tersedia sebanyak 3.4 Mega Watt dengan satu sistem pemasok yaitu pembangkit listrik tenaga disel (PLTD). Nah, ini tantangannya, karena jumlah pasokan sangat mepet dengan kebutuhan warga. Jika ada salah satu mesin yang rusak, otomatis terjadi pemadaman bergilir. Di sinilah insan pejuang listrik harus rela tidak tidur untuk penormalan kembali dan melayani masyarakat.
Sementara untuk 5 desa yang memperoleh listrik selama 12 jam, yakni dari pukul 17:00-05:00 WIT, dialami sub rayon Rote khususnya di Pulau Ndao yang tak lain adalah pulau paling terluar dan berdekatan dengan zona Australia.
LISTRIK UNTUK KEHIDUPAN LEBIH BAIK
Berbekal dari peradaban energi listrik Rote Ndao yang kondisinya begitu miris, Program Indonesia Terang (PIT) semoga saja bisa jadi solusinya. Program ini menjadi bagian target pemerintah menyediakan akses penerangan bagi masyarakat Indonesia secara merata, melalui pembangunan pembangkit 35 Giga Watt dimana sasaran lokasi lebih diprioritaskan ke daerah tertinggal, termasuk Pulau Rote Ndao. Karena itu, program ini disambut oleh pemerintah daerah setempat dan dukungan masyarakat untuk saling bahu-membahu merealisasikan PIT ini. Berkat dukungan perizinan pembebasan lahan, 2 unit Pembangkit Pusat Listrik Tenaga Mesin Gas atau PLTMG 2x5 Mega Watt sudah siap untuk direalisasikan. Tentu, ini menjadi jawaban untuk memberikan warna baru bagi peradaban Pulau Rote Ndao dari berbagai sektor. Sesuai dengan motto PLN “Listrik Untuk Kehidupan Lebih Baik”.
PERJUANGAN LISTRIK MASUK DESA
Awal tahun 2016 , secara resmi energi listrik untuk 5 desa di Pulau Ndao sudah bisa dinikmati. Usaha para pejuang energi listrik tidaklah mudah, karena untuk pergi ke sana kami harus menyewa kapal kecil dan menempuh perjalanan selama 4 jam. Ya, bisa dibayangkan, betapa susahnya bertahan hidup di pulau yang terpencil dan serba kekurangan itu.
Kebanyakan orang menganggap kalau lampu padam, tandanya sedang kena jebakan orang PLN. Terkadang memang kita sebagai pengguna listrik tidak sadar, dibalik pancaran cahaya bola lampu ada begitu banyak tetesan keringat para pejuang listrik untuk selalu memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat karena listrik adalah salah satu penemuan terpenting dalam sejarah peradaban manusia.
Ya boleh dibilang gangguan jaringan distribusi di tengah malam sudah jadi “makanan” kami yang mau tidak mau harus dinikmati, demi masyarakat.
Dari pengabdian ini, saya menyadari apa itu yang namanya transmigrasi. Proses kehidupanlah yang menggerakkan saya untuk meninggalkan keluarga hanya beberapa waktu, sehingga dari sinilah saya menyimpulkan bahwa arti kehidupan hadir untuk membuat manusia bersifat lebih dewasa.
Tempat baru akan mendatangkan keluarga baru pula, sesuai rumus rantai kehidupan. Dari Pulau Rote inilah kami anak muda perantau asal Pulau Jawa dari berbagai profesi hadir untuk menjalankan tugas negara, dan akhirnya kita dipertemukan dan membentuk keluarga baru, demi menjadikan masyarakat Pulau Rote Ndao memiliki kehidupan jauh lebih baik.
Jauh dari keluarga, penat dalam mengerjakan aktivitas kerja. Akhir pekan menjadi solusinya untuk eksplorasi tempat-tempat yang bisa jadi tujuan wisata. Selama di sana, saya juga menikmati dan mengenal lebih dekat anuggrah keindahan alam, seni, dan budaya yang benar-benar hal baru bagi saya.
Selamat Hari Listrik Nasional Ke-71!
Informasi pendukung :
https://www.facebook.com/ragilwigas
https://twitter.com/RagilWigas
https://plus.google.com/u/0/102800406178197585415
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H