Mohon tunggu...
Vidia Hamenda
Vidia Hamenda Mohon Tunggu... Ahli Gizi - pegawai

suka nulis dan jalan jalan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Saling Memaafkan dan Bergandengan Membangun Negeri

14 April 2017   08:07 Diperbarui: 14 April 2017   17:00 1624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bergandengan Tangan - berbagi.kampoenggroups.com

Kemarin, debat pilkada putaran kedua baru saja digelar. Ada yang menarik di penghujung debat kemarin. Yaitu kedua pasangan calon saling meminta maaf, jika ada kesalaham selama masa kampanye. Yang dilakukan kedua pasangan calon tersebut, seharusnya menjadi pembelajaran buat kita semua. Bahwa kita masyarakat Indonesia mempunyai tradisi untuk saling memaafkan. Sebagai negara yang mengakui keberagaman, semua agama juga mengajarkan untuk saling meminta maaf jika melakukan kesalahan.

Tidak dipungkiri, selama masa pilkada di Jakarta, dinamika politik yang terus memanas telah membuat masyarakat menjadi mudah terprovokasi. Meski tidak ada pihak yang bertanggungjawab, faktanya ujaran kebencian terhadap pasangan calon terus bermunculan. Mulai dari selebaran, spanduk, hingga dalam forum-forum diskusi hingga pengajian, ujaran kebencian ini sempat menguat. Publik tentu berharap, hal semacam ini tidak lagi terjadi. Begitu juga setelah hari pencoblosan pada 19 April 2017 mendatang, siapapun yang menang, tidak disikapi dengan kemarahan.

Ingat, Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar d dunia. Sudah semestinya, masyarakat muslim di Indonesia tetap menjunjung tinggi Islam Nusantara. Yaitu menjunjung tinggi nilai-nilai Islam dengan memadukan kearifan lokal. Mengingatkan kembali mengenai Islam Nusantara ini, menjadi penting, karena akhir-akhir ini kita telah terlena dalam provokasi agama dan politik. Akibatnya banyak masyarakat yang seringkali mudah marah, dan terlibat dalam berbagai aksi kekerasan di berbagai daerah. Ironisnya, pertikaian itu tidak bisa dilepaskan dari perhelatan pilkada.

Sebentar lagi, Jakarta akan mempunyai pemimpin. Sebentar lagi, kasus penodaan agama yang menyeret Basuki Tjahaja Purnama, juga akan memasuki masa akhir. Kasus pemeriksaan terhadap Sandi Uno, juga masih terus berjalan. Semuanya itu akan memasuki masa akhir setelah pilkada putaran kedua. Lalu, bagaimana sikap kita nanti? Masihkah kita akan diprovokasi seperti masa kampanye kemarin? Masyarakat diharapkan belajar dari pengalaman sebelumnya. Mari saling membekali diri dengan kemampuan literasi media. Bekali diri kita dengan informasi yang valid, banyak baca, dan sering melakukan cek ricek ketika mendapatkan informasi. Hal ini penting karena berita palsu juga sering muncul, dan membuat masyarakat penuh dengan kebingungan.

Mari kita sudahi perseturan dan kebencian yang sempat muncul. Kebencian yang berlebihan jelas tidak ada manfaatnya. Sebaliknya, kebencian akan mendekatkan diri kita pada perilaku intoleran. Jika kita membiarkan intoleransi melekat pada diri, hal ini bisa berpotensi menyuburkan paham radikalisme dan terorisme. Karena akar sdari semua itu adalah intoleransi. Karena itulah, stop kebencian pada sesama. Stop perilaku intoleran dalam keseharian. Ingat, bukankah kita mempunyai nilai kearifan lokal seperti gotong royong? Kenapa kita tidak menerapkan hal itu dalam keseharian kita? Jika kita bisa menghilangkan kebencian dan intoleransi, tidak hanya kedamaian dan kerukunan umat beragama yang bisa kita dapatkan, tapi juga bisa mencegah masuknya radikalisme di generasi penerus kita. Karena itu, mari kita bergandengan tangan untuk memupuk persaudaraan, agar paham kekerasan tidak terus menyebar di negeri yang penuh dengan keberagaman ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun