Mohon tunggu...
Viddy Daery
Viddy Daery Mohon Tunggu... -

Aku adalah Aku

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

MENELITI GAJAH MADA DAN MAJAPAHIT BERSAMA PAK SOFYAN AL-JAWI

13 Oktober 2014   23:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:10 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh : Viddy Ad Daery, novelis, penyair, budayawan.

Sewaktu menjadi Manager Sinetron Komedi di TPI ( Televisi Pendidikan Indonesia ) , ada satu mata acara yang saya asuh dan saya produksi bertajuk “Kentrung Humor” , dan karena para pemainnya kebanyakan para seniman asal Lamongan, Jawa Timur, daerah asal saya, maka saya sarankan agar mengambil ciri khas melakonkan folklor-folklor atau cerita rakyat dari Lamongan.

Salah satu judul yang disodorkan adalah “Gajah Mada” dimana dikisahkan bahwa Gajah Mada adalah kelahiran desa Mada ( Modo , Lamongan selatan ). Sayapun kaget, saya pada mulanya mengira hal itu cuma main-main sebab ini adalah lakon komedi, maka saya tanyakan kepada pimpinan Group “Kentrung Humor” mengenai hal itu, dan ternyata menurut Cak Bakat ( pimpinan group—dia adalah ayahanda dari penyanyi dangdut terkenal Erie Susan ) , memang ada cerita rakyat di Modo yang mengisahkan hal itu.

Maka sayapun tertarik, sebab selama ini soal masa kecil Gajah Mada masih misterius, bahkan sejarah nasional sampai saat ini secara resmi belum berani membahas mengenai hal itu. Maka, setelah saya pensiun dini dari TPI, sayapun meneliti mengenai Gajah Mada di Modo dan sekitarnya, dimana memang ada aura kuat, bahwa desa Modo adalah desa kuno, bahkan ada kuburan kuno yang konon menyimpan jasad keluarga Gajah Mada. Dekat dari situ, di Gunung Ratu, desa Cancing, Ngimbang, juga ada situs kuburan Ibunda Gajah Mada.

Sayapun merilis penemuan-penemuan itu di www.kompas.com. Suatu hari saya mendapat telpon dari seorang peminat sejarah bernama Sofyan Sunaryo atau nama penanya Sofyan Al-Jawi yang mengajak kerjasama mengintensifkan penelitian, karena Pak Sofyan merasa ada getaran panggilan di jiwanya, sebab dia ternyata mempunyai orang tua kelahiran Lamongan.

Akhirnya kampiun membuat tim peneliti, dan meneliti hampir 80 % situs kuno yang ada di Lamongan, sejak Lamongan selatan, sampai Lamongan utara yang selama ini, dianggap tidak masuk dalam peta situs kuno.

Hasil dari penelitian itu amat sangat luar biasa, yang bisa kita simpulkan sebagai berikut :

1. Lamongan adalah wilayah amat bersejarah, dan merupakan ibukota kuno Kerajaan-kerajaan besar seperti Medang, Kahuripan, Kediri, Singosari, sampai Majapahit. Banyak situs dan petilasan menguatkan kesimpulan itu, seperti pernah diungkap dalam buku “Airlangga” karya DR. Ninie Susanti dari UI.

2.Sejarah Indonesia ternyata ditulis berdasar asumsi para sejarawan Belanda, dan sampai sekarang para sarjana—bahkan 99 % sarjana—cuma mengutip pendapat sejarawan Belanda, tanpa pernah mengecek dan recek ke lapangan.

3.Para pejabat yang berwenang dalam hal arkeologi dan sejarah, ternyata jarang turun ke lapangan—kecuali ada unsur duitnya yang bisa dikantongi sebagai ceperan—sebab ketika saya berondong dengan temuan-temuan lapangan yang bisa mematahkan teori-teori sejarawan Belanda, mereka ternyata bingung.

Berdasar hal-hal tersebut, maka kampiun membagi tugas, saya menulis novel “Misteri Gajah Mada Islam” dan Pak Sofyan bertugas menulis buku non-fiksi berjudul “Misteri Keislaman Gajah Mada”….bukan bertujuan menyimpulkan bahwa tokoh besar Gajah Mada itu beragama Islam, tetapi judul itu sekadar untuk menarik perhatian….

Tetapi tujuan kami sebenarnya adalah, sejarah Indonesia harus ditulis ulang ! Sebab sangat banyak temuan di lapangan yang mencoret secara drastis naskah-naskah sejarah yang selama ini dipakemkan di buku-buku pelajaran sejarah di sekolah maupun di perguruan tinggi. Kenapa kita ngotot mempelajari kebohongan ? Kalau sudah ada fakta kebenaran di lapangan, kenapa tetap ngotot mempertahankan kebohongan sebagai ujaran dan ajaran ? Bertobatlah Indonesia !!! Bertobatlah , mumpung dunia belum kiamat !!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun