Mohon tunggu...
Adolf Sinaga
Adolf Sinaga Mohon Tunggu... wiraswasta -

Katanya sih ADHD dan INTP.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Bakso. Bakpao. Bakmi. Bakwan. Bakero?

21 September 2012   06:43 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:05 8521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Mari kita sebentar keluar dari hiruk pikur dan euforia Pilgub DKI yang kata-katanya (perhitungan cepat) akan dimenangi oleh pasangan kotak-kotak.

Begitu banyak makanan dan jajanan di Indonesia yang diawali dengan suku kata “bak”. Bakpao, Bakso, Bakwan, Bakpia, Bakmi, dan mungkin masih ada lagi yang lain. Ironisnya, banyak di antara kita yang tidak mengerti arti sebetulnya atau asal kata dari makanan-makanan di atas. Bahkan, penjualnya sendiri tidak tahu.

Silabel bak diambil dari bahasa Hokkian yang artinya daging. Namun, seiring dengan kebiasaan orang Tiongkok yang lebih senang makan daging Babi daripada daging merah yang lainnya maka kata bak pun mengalami spesialisasi. Yaitu pergeseran makna dari umum ke khusus.

Jadi, pada awalnya, arti dari Bakpao adalah daging babi yang dibungkus, karena pao berarti bungkusan. Sedangkan Bakso dan Bakmi mempunyai arti daging babi giling dan mi babi. Lalu Bakpia berarti kue berisi daging babi. Ketika makanan-makanan ini mulai berkembang di Indonesia yang mayoritas muslim dan mengharamkan konsumsi daging babi dan lalu mengganti isi dari makanan-makanan tersebut, mungkin sekali orang-orang Tionghoa merasa geli jika melihat ada plang Bakso Ayam, Bakso daging, atau Bakmi Ayam. Saat itu hal ini merupakan sebuah misnomer (penamaan yang salah). Mungkin yang lebih tepat saat itu adalah So Daging Sapi, Pao Kacang Hijau, Mie Ayam dan seterusnya.

Mereka mungkin lebih geli lagi ketika mendengar Bakwan Jagung dan mungkin bisa terbahak-bahak ketika melihat wujudnya yang gepeng dan agak timbul-timbul. Sangat jauh sekali dari akar kata Bakwan sesungguhnya yang berarti daging babi bulat (wan berarti bundar atau bulat). Penggunaan kata bakwan yang mendekati aslinya bisa kita lihat di Surabaya-Malang dan Bangka Belitung. Beberapa sumber bahkan mengatakan, termasuk Oma saya, bahwa bakso dan bakwan adalah makanan yang sama persis. Bakpia yang sesungguhnya juga lebih banyak kita jumpai di Surabaya bukan di Jogjakarta seperti anggapan orang selama ini.

Inilah fenomena bahasa. Dia luwes mengikuti perkembangan sosio-kultur di mana dia diadopsi dan dikembangkan. Toh, rasa-rasanya tidak ada etnis Tionghoa yang menyatakan keberatan karena pergeseran makna ini.

Selagi menulis ini, saya melihat-lihat KBBI cetakan ke-tiga. Tercantum kata bakero yang sudah saya kenal ketika masih senang membaca-baca komik Jepang. Artinya dalam KBBI sama persis dengan kata Jepang aslinya, yaitu bodoh. Tidak paham saya bagaimana sejarahnya kata ini bisa masuk dalam khazanah Bahasa Indonesia. Lalu, bagaimana dengan kata “bakau”? Saya harap kata ini tidak mengalami pergeseran makna dari nama tumbuhan pokok yang tumbuh di pantai menjadi kata bernadakan ejekan yaitu…..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun