Mohon tunggu...
Totok Siswantara
Totok Siswantara Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan

Pembaca semangat zaman dan ikhlas memeluk takdir

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Investasi Valas dan Para Spekulan yang Menikmati Kekacauan

20 April 2024   13:36 Diperbarui: 30 April 2024   13:31 533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Rupiah Melemah (Sumber: TOTO SIHONO/KOMPAS.com)

Investasi valas yang penuh dengan spekulasi ibarat antara madu dan racun bagi suatu negara. Pelaku pasar valuta asing sangat beragam, mulai dari perorangan yang coba-coba berspekulasi dalam skala kecil hingga perbankan dan para investor valas berkelas global yang bergelut dalam perdagangan mata uang untuk berbagai tujuan, termasuk spekulasi, lindung nilai (hedging), dan perdagangan dunia.

Benarkah daya Tarik utama dari forex trading adalah fleksibilitasnya yang tinggi, memungkinkan investor untuk melakukan transaksi kapanpun selama jam perdagangan yang panjang. 

Apakah forex trading hanya membutuhkan modal awal yang relatif kecil dibandingkan dengan jenis investasi lainnya, seperti saham atau properti? Anggapan diatas terlalu bombastis dan kondisinya tidak semudah yang dibayangkan.

Para pelaku pasar valas banyak yang menjadi pengagum sekaligus pengikut fanatik George Soros. Namun, mantan Perdana Menteri Malaysia pernah menyatakan bahwa perusahaan hedge fund milik Soros telah membuat nilai tukar sejumlah mata uang di Asia terombang-ambing dan rontok tak berdaya. 

Mahathir menyatakan bahwa perdagangan mata uang itu sebenarnya hal yang tidak penting bagi suatu negara, tidak produktif, dan tidak bermoral.

Masih terngiang ucapan Rizal Ramli (RR), Begawan ekonomi Indonesia dalam suatu diskusi. RR menuding Soros sebagai pihak yang mesti bertanggung jawab terhadap krisis moneter yang parah beberapa tahun silam, berawal dari Thailand lalu menjalar hingga Indonesia dan menyebabkan krisis berdampak sistemik hingga ke Indonesia.

Saat itu mata Soros sangat jeli dalam melihat kondisi Thailand. Dilihatnya negara itu mengalami defisit transaksi berjalan yang semakin besar dan mata uangnya overvalued sampai 15 persen, lebih tinggi dari Indonesia. Melihat hal itu naluri Soros menjadi garang, di hajarlah mata uang Thailand, lalu krisis terjadi di negeri Gajah Putih tersebut.

Menurut RR, dosa Soros yang tidak bisa diampuni adalah semakin menjamurnya spekulan yang mengikuti jejaknya. Termasuk di Indonesia. 

Pengikut Soros tersebut semakin agresif tanpa melihat kepentingan bangsa. Mereka justru agresif memancing di air kerus jika terjadi pelemahan rupiah.

lustrasi nilai tukar rupiah melemah terhadap dollar AS.(shutterstock via Kompas.com)
lustrasi nilai tukar rupiah melemah terhadap dollar AS.(shutterstock via Kompas.com)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun