SUTARNO. Salah satu kendala yang terjadi saat ini dalam mempelajari masalah gunung berapi adalah menggunakan cara penginderaan jauh. Karena berbenturan dengan kekuatan alam yang dahsyat, tidak memungkinkan seseorang akan mendekati gunung yang sedang meletus tersebut.Mungkin ada benarnya jika Koes Plus mengatakan “Tongkat dan kayu bisa menjadi tanaman”, untuk menggambarkan kesuburan dan kekayaan alam Indonesia. Sebenarnya alam Indonesiapun menyediakan media bagi seseorang untuk mempelajari gunung berapi tanpa takut akan bahaya-bahaya yang ditimbulkannya. Hal ini mungkin hanya satu-satunya yang ada di Indonesia atau bahkan di dunia, yaitu BLEDUG KUWU. Bledug Kuwu merupakan sebuah area yang luasnya sekitar 30 Ha. Di area inilah muncul suatu letusan layaknya gunung berapi yang terjadi setiap menit atau bahkan setiap detik dan sepanjang tahun. Letusan yang dikeluarkan adalah lahar minus batuan. Lahar yang dikeluarkan pun berupa lumpur padat dengan sedikit air (airnya dimanfaatkan untuk membuat garam masyarakat sekitar). Karena keunikannya tersebut, maka oleh pemerintah daerah Kabupaten Purwodadi Grobogan Jateng, wilayah ini dijadikan obyek wisata. Untuk menjangkau wilayah ini relative lebih mudah, karena posisinya berada di pinggir jalan raya. Jika kita berasal dari luar kota, misal Semarang, kita bisa naik angkutan Semarang – Purwodadi (60 Km / Rp. 25.000,-), Purwodadi – Sulursari turun Bledug Kuwu (25 Km / Rp. 10.000,-). Jika kita dari arah Yogyakarta ambil Jurusan Solo (60 Km / Rp. 20.000,-), Solo – Purwodadi (60 Km / Rp. 20.000,-), Purwodadi – Sulursari turun Bledug Kuwu (25 Km / Rp. 10.000,-). Jika kita menggunakan kendaraan pribadipun jalurnya sama, karena untuk menuju lokasi ini hanya ada satu jalur. Tiket masuknya pun relative lebih murah, karena hanya Rp. 2.000,- per orang. Area parkir yang disediakannya pun sangat luas, kita tidak perlu khawatir dan yang jelas sangat aman. [caption id="attachment_198313" align="aligncenter" width="680" caption="Area Bleduk Kuwu Layaknya Padang Pasir | dok. Pribadi"]
[/caption] Begitu memasuki pintu gerbang menuju obyek wisata, yang dapat kita lihat pertama kali adalah padang luas tanpa sehelaipun rumput / tumbuhan. Seperti layaknya padang pasir yang luas dan tiupan angina yang lumayan kencang. Hal ini sekaligus suatu pemandangan yang menarik buat pengunjung. [caption id="attachment_198314" align="aligncenter" width="680" caption="Agar Tidak Kepanasan Sebaikknya Membawa Payung | dok. Pribadi"]
[/caption] Untuk persiapan, sebaiknya apabila kita merencanakan ke tempat wisata ini, kita sedia payung dari rumah. Karena area wilayah ini seperti halnya padang pasir. Tidak ada tumbuhan satupun yang tumbuh di area wilayah ini. Hal ini mungkin disebabkan karena wilayah ini kadar garamnya sangat tinggi sehingga tumbuhan tidak dapat tumbuh, bahkan rumputpun tidak tumbuh di area ini. Walaupun sebenarnya pengelola menyewakan payung bagi yang memerlukannya. Untuk menuju pusat letusan, kita cukup berjalan karena tidak terlalu jauh dari pintu gerbang. Kita bisa mendekati pusat letusan tersebut dengan aman, asalkan kita jang menginjakkan kaki aliran lahar atau di lelehan lahar yang belum kering. Biasanya jarak antara pengunjung dan pusat letusan sekitar 100 m. Hal ini dikarenakan lelehan lahar meluber menjauh dari pusat semburan tersebut. Dari lelehan lahar yang keluar dari kawah Bledug Kuwu inilah petani garam setiap hari memperoleh air garam untuk dijemur. Seperti halnya gunung berapi, lahar yang keluar dari kawah Bledug Kuwu ini berupa lumpur panas. Dari lumpur inilah petani mengalirkan air dari sekitar kawah. Proses mengalirkan air lumpur inipun membutuhkan suatu perjuangan yang tidak ringan. Karena berhulu dari kawah, jika salah sedikit saja bisa jadi yang bersangkutan akan tenggelam ke dalam kawah panas tersebut [
Sutarno]. [caption id="attachment_198321" align="aligncenter" width="680" caption="Lelehan Lahar yang Membentuk Lapisan-lapisan | dok. Pribadi"]
[/caption] Seperti inilah lelehan lahar yang telah mengeras tersebut. Lelehan lahar tersebut jika telah mengering akan membentuk lapisan-lapisan. [caption id="attachment_198319" align="aligncenter" width="680" caption="Endapan Lahar Dingin yang Membentuk Lempengan | dok. Pribadi"]
[/caption] Lelehan lahar ini akan meleleh mengelilingi pusat semburan. Besar - kecilnya diameter lelehan ini tergantung besar kecilnya yamburan yang ditimbulkan. Biasanya jika musim penghujan letusan akan bertambah besar, sehingga diameter lelehan lahar juga semakin besar. [caption id="attachment_198317" align="aligncenter" width="680" caption="Walaupun Kelihatan Keras, Tetapi Struktur Tanah Sangat Labil | dok. Pribadi"]
[/caption] Hal yang perlu kita waspadai adalah kondisi tanah. Terkadang walaupun lelehan lahar tersebut terlihat keras di bagian luarnya, ternyata masih sangat labil. Seperti halnya gambar di atas, walaupun terlihat keras, tetapi jika diinjak tanah tersebut masih labil. [caption id="attachment_198320" align="aligncenter" width="680" caption="Tanah di Bleduk Kuwu | dok. Pribadi"]
[/caption] Karena kadar air yang sangat minim, tanah di area ini biasanya jika musim kering akan sangat kering dan pecah-pecah, seperti terlihat pada gambar di atas. [caption id="attachment_198434" align="aligncenter" width="544" caption="Rumput Bledug Kuwu | dok. Pribadi / Sutarno"]
[/caption] Karena mungkin kondisi air yang sangat minim dan struktur tanah yang bergaram, kondisi rumput yang tumbuh di pinggir area Bledug Kuwu sangat berbeda dengan rumput-rumput di daerah lain. Kondisi rumput yng tumbuh seperti halnya kaktus, tidak mempunyai daun secara detail. Tetapi hanya berwujud seperti ranting yang hijau dan kaku seperti duri. Apakah saudara tertarik untuk mengunjunginya ? Bledug Kuwu selain menjadi tujuan wisata juga menjadi tempat kunjungan pelajar-pelajar dari daerah sekitar untuk melihat dan belajar masalah gunung berapi. Hal inilah yang menjadikan Bledug Kuwu selalu ramai oleh pengunjung. [caption id="attachment_198443" align="aligncenter" width="476" caption="Kompasiana-Opera Travel Blog Competition | Opera.com"]
[/caption]
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Salam | Blog Pribadi | Facebook | Twitter -----------------------------------------------------------------------------------------------------------------Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya