Mohon tunggu...
Tarjum Sahmad
Tarjum Sahmad Mohon Tunggu... Administrasi - Sambil bekerja, menekuni dunia marketing dan jalani hoby menulis.

Suka sekali menulis di blog dan media online. Blog pribadi: Curhatkita.com Blog Kesehatan: Sentradetox.com. Akun Facebook: Tarjum Sahmad. WA: 0896-3661-3462 - Call/SMS: 0823-2066-8173. Menulis buku psikologi, bisnis & novel.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Sumber Air Bersih di Desa Kami Semakin Berkurang

20 Desember 2014   04:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:54 886
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_342119" align="aligncenter" width="608" caption="Sumur sawah, sumber air bersih warga desa (dok. pri)"][/caption]

Ketersediaan air bersih di rumah sebagai lingkungan terkecil dari sebuah masyarakat adalah keniscayaan. Air bersih adalah kebutuhan vital bagi warga di kota dan di desa. Pertanyaannya, apakah air yang kita pakai untuk minum, memasak, mandi dan mencuci sudah bersih dan sehat? Apakah persedian air bersih di lingkungan kita masih mencukupi untuk jangka waktu lama?

Berikut, saya akan cerita soal dua sumber air bersih yang digunakan warga desa kami.

Dulu warga desa tak pernah berpikir tentang ketersediaan air bersih, karena sumber air bersih melimpah. Ada dua sumber air bersih yang bisa digunakan warga desa, yaitu sumur sawah dan sumur timba.

Sebagian warga desa sudah terbiasa mandi dan mencuci di sumur sawah yang terbuka. Sebagian lagi menggali sumur timba atau sumur gali di belakang atau samping rumah dengan kedalaman antara 10 – 15 meter dan diameter 1 – 1.5 meter.

Sumur Sawah yang Nyaris Punah

Pertama, saya akan membahas tentang sumur sawah sebagai sumber air bersih untuk warga desa. Sebelum mengenal mesin pompa air seperti sekarang, warga desa terbiasa menggunakan air sumur timba dan sumur sawah untuk keperluan minum, mandi dan mencuci.

[caption id="attachment_342120" align="aligncenter" width="608" caption="Sumur sawar yang berair jernih sudah sangat jarang (dok. pri)"]

14189965991312259009
14189965991312259009
[/caption]

Dulu ketika saya masih kecil, sebelum ada kamar mandi dan toilet di dalam rumah, warga desa biasa mandi di sumur sawah yang terbuka di pesawahan pinggir desa. Bukan hanya orang tua dan anak-anak, remaja putra dan putri pun biasa mandi dan mencuci pakaian di sumur sawah. Bahkan laki-laki dan perempuan, tua dan muda, biasa mandi bareng tanpa rasa canggung. Waktu itu warga desa tak menganggap hal itu sebagai sesuatu yang tak sopan atau vulgar. Perlu anda ketahui, saat itu di desa kami pesawat televisi mungkin baru ada satu-dua orang saja yang punya.

Ketika sudah duduk di bangku SMP, saya masih suka mandi dan mencuci di sumur sawah bareng dengan para remaja puteri. Biasa saja, gak ada rasa risi atau canggung apalagi pikiran-pikiran negatif. Mungkin karena waktu itu kami belum mengenal film biru dan film-film yang mengumbar kemolekan tubuh seperti sekarang. Jadi otak orang-orang desa belum terkontaminasi pengaruh buruk pornografi dan pornoaksi dari media masa cetak, elektronik dan gadget seperti sekarang.

Sekarang tradisi warga desa mandi di sumur sawah sudah hampir punah. Yang masih suka mandi di sumur hanya bapak dan ibu petani yang sudah tua-tua, itu pun sudah jarang. Jadi sekarang jangan berharap bisa melihat gadis cantik mandi di sumur sawah di desa kami, kecuali di film dan sinetron. Karena seiring kemajuan jaman, orang-orang desa sekarang sudah memiliki kamar mandi dan toilet sendiri di setiap rumah.

[caption id="attachment_342125" align="aligncenter" width="608" caption="Sumber air selokan ini dari mata air sawah (dok. pri)"]

14189973661207151243
14189973661207151243
[/caption]

Saat ini, setiap hari libur (Sabtu dan Minggu), saya suka turun ke sawah menjadi petani, membantu menggarap beberapa petak sawah milik orang tua. Sore hari sehabis berjibaku dengan lumpur sawah, mau tak mau saya harus mandi di sumur sawah. Masak sih mau pulang dengan baju dan tubuh kotor penuh lumpur. Awalnya saya risi juga, maklum sudah lama sekali tak pernah mandi di tempat terbuka. Bisanya saya lihat-lihat dulu, kalau di sekitar sumur sudah tak ada orang atau kalaupun ada jauh di sebelah sana, baru saya berani mandi di sumur sawah. Malu juga rasanya mandi di tempat terbuka.

Tapi, ada sensasi tersendiri saat saya mandi di sumur sawah. Air sumur yang jernih, segar dan alami terasa beda saat mengguyur tubuh, seperti ada perpaduan dingin dan hangat, bau airnya juga khas. Pikiran saya teringat kembali ke masa-masa kecil dulu, ingat suasana kehidupan di pedesaan tempo doeloe.

Selesai mandi, ketika mau pakai celana dan baju, saya celingak-celinguk dulu, khawatir ada ibu-ibu petani atau gadis cantik yang lewat di sekitar sumur. Lha, gimana gak khawatir, kalau mau pake celana berarti aku harus berdiri telanjang, hehehe.

Saya perhatikan kondisi sumur sawah sekarang tak seperti dulu yang airnya sangat jernih dan melimpah. Mungkin karana jarang digunakan, sumber airnya tertutup lumpur atau lumut. Walaupun airnya masih cukup jernih, tapi debit airnya sudah berkurang. Kondisi sumur juga kurang terawat. Hanya ada beberapa sumur yang airnya masih jernih dan bisa digunakan untuk mandi dan air minum. Beberapa sumur yang masih ada sudah jarang digunakan, karena airnya keruh dan berbau. Bahkan sebagian besar sumur sudah hilang.

Sumur Timba yang Semakin Dalam

Sumber air kedua biasa digunakan warga desa yaitu sumur timba atau sumur gali. Disebut sumur ‘timba’ karena untuk mengambil air dari dasar sumur harus “ditimba” menggunakan kerekan yang ditarik dengan tali karet yang di ujungnya diikatkan ember kecil.

[caption id="attachment_342121" align="aligncenter" width="300" caption="Kerekan dan tali sumur timba (foto: petisikotbah.worpress.com)"]

14189968081286209853
14189968081286209853
[/caption]

Sumur timba disebut juga sumur pantek, menjadi sumber air bersih utama bagi warga desa untuk keperluan minum, memasak, mencuci dan mandi. Untuk menjaga kebersihan air, sumur timba biasanya dikuras atau dikeruk lumpurnya sekali atau dua kali dalam setahun.

Sepuluh tahun lalu sumur timba dengan kedalaman 10 meter, airnya hampir tak pernah kering walau musim kemarau. Karena dulu masih banyak pepohonan besar (mangga, rambutan dan durian dan sejenisnya) di sekitar pemukiman warga. Namun, beberapa tahun belakangan, debit air sumur timba sudah mulai surut, sampai kedalaman 15 meter lebih, debit air sumurnya tidak terlalu banyak. Saat puncak musim kemarau, air sumur timba biasanya sudah kering.

[caption id="attachment_342130" align="aligncenter" width="604" caption="Sumur timba, sumber air warga desa (foto: berbagiceritafun.blogspot.com)"]

14189979281323105414
14189979281323105414
[/caption]

Bahkan ada satu dusun di desa kami, ketika puncak musim kemarau semua sumur timba di dusun tersebut kering dan harus mengambil air di dusun lain bahkan ke desa tetangga untuk persediaan air minum, mandi dan cuci.

Setelah listrik masuk desa dan warga mengenal mesin pompa air, kerekan dan ember timba diganti dengan pompa air dan pipa paralon yang mengalirkan air ke kamar mandi. Sekarang hampir tak ada lagi warga desa yang menggunakan kerekan untuk mengambil air di sumur timba. Setelah menggunakan pompa air, sudah jarang warga desa yang terlihat mandi di belakang rumah atau di sumur sawah. Yang masih menggunakan sumur sawah hanya para petani yang sehari-hari bekerja di sawah.

Kualitas Air Sumur Timba

Bagaimana dengan kualitas air sumur timba ini? Apa saja kriterianya bahwa air sumur timba itu bersih, sehat dan aman untuk dikonsumsi?

Menurut sebuah penelitian, air tanah sering mengandung zat besi (Fe) dan Mangan (Mn) cukup besar. Adanya kandungan Fe dan Mn dalam air menyebabkan warna air tersebut berubah menjadi kuning-coklat setelah beberapa saat kontak dengan udara. Di samping dapat mengganggu kesehatan juga menimbulkan bau yang kurang enak serta menyebabkan warna kuning pada diding bak serta bercak-bercak kuning pada pakaian. Oleh karena itu menurut PP (Peraturan Pemerintah) No.20 Tahun 1990, kadar zat besi dalam air minum, maksimum yang dibolehkan adalah 0,3 mg/lt, dan kadar Mangan dalam air minum yang dibolehkan adalah 0,1 mg/lt.

Bagaimana dengan kualitas air sumur timba di desa kami? Setahu saya sangat baik. Buktinya sejak dulu sampai sekarang, belum pernah terdengar ada warga desa yang keracunan atau terjangkit sejenis penyakit yang disebabkan air yang tidak bersih dan higienis. Lagi pula, warga desa selalu memasak air sebelum di minum.

Seorang warga desa yang tergolong kaya, sebut saja namanya H. Muhidin, pernah mencoba mengetes kualitas air sumur timbanya ke laboratorium di Jakarta. Hasilnya, kualitas air sumur timba di rumahnya sangat bagus, bahkan lebih bagus dibanding air minum dalam kemasan bermerek ternama. Sejak saat itu, keluarga H. Muhidin kalau bepergian ke luar kota atau ke mana pun selalu membawa bekal air dari rumah, tidak lagi membeli air minum kemasan.

Lalu bagaimana caranya agar kualitas air sumur timba tetap terjaga kebersihan dan kualitas airnya?

[caption id="attachment_342131" align="aligncenter" width="600" caption="Sumur timba yang bersih dan sehat (foto: lifestyle.kompasiana.com/Gugun 7)"]

14189980572128457886
14189980572128457886
[/caption]

Esa Karimatuz Zahara, seorang pemerhati sanitasi dan kesehatan lingkungan menjelaskan, agar air sumur gali tetap bersih dan tidak tercemar oleh kotoran di sekitarnya, perlu adanya syarat-syarat sebagai berikut: (1) Harus ada bibir sumur agar bila musim hujan tiba, air tanah tidak akan masuk ke dalamnya. (2) Pada bagian atas kurang lebih 3 meter dari permukaan tanah harus ditembok, agar air dari atas tidak dapat mengotori air sumur. (4) Perlu diberi lapisan kerikil di bagian bawah sumur untuk mengurangi kekeruhan. Sebagai pengganti kerikil, ke dalam sumur ini dapat dimasukkan suatu zat yang dapat membentuk endapan, misalnya aluminium sulfat (tawas).

Demikian, penjelasan tentang 2 sumber air bersih yang digunakan warga desa kami.

Kebun dan Sawah Tergusur Pabrik, Sumber Air Berkurang

Sekarang untuk mendapatkan air tanah, warga tak bisa lagi mengandalkan sumur timba tapi harus mengebor dengan kedalaman 20 – 30 meter. Mengapa air tanah semakin surut? Karena sumber serapan airnya semakin berkurang. Pepohonan besar yang dulu banyak di sekitar pemukiman warga, sekarang sudah ditebang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun