Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Surat untuk Kaum Terdidik (Catatan Hari Pendidikan Nasional)

2 Mei 2024   06:01 Diperbarui: 2 Mei 2024   06:01 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini sebuah catatan di Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei. Tentang surat untuk kaun terdidik.

Mungkin kita sepakat, pendidikan itu tidak identik dengan kepintaran. Pendidikan bukan pula pengganti kecerdasan. Tapi pendidikan adalah kepekaan, sebuah kepedulian. Maka pendidikan seharusnya berbasis pada karakter, pada moral yang bisa menjadikan siapaun yang terdidik menjadi lebih baik. Sangat keliru, bila pendidikan dipandang sebagai alat untuk menggapai kehormatan. Apalagi pangkat dan jabatan. Hingga akhirnya, banyak orang pintar hanya mempertontonkan arogansi, egoisme. Lalu, memandang dunia seperti miliknya sendiri. Kaum terdidik yang dibayangi nafsu. Segala sesuatu "dikorbankan" asal keinginannya terpenuhi.

Lebih baik kita memiliki seribu kepekaan walau tanpa pendidikan. Punya kepedulian dan kesalehan sosial tanpa pendidikan. Daripada berpendidikan tapi tidak peka sama sekali. Pendidikannya tinggi tanpa kepedulian. Untuk apa?

Sekarang ini, banyak kaum terdidik yang pergi makan ke mana-mana, nongkrong pakai laptop di mana-mana? Ngopi di tempat keren sambil diskusi tentang negara dan kekuasaan. Tapi sayang, cuma sampah doang saja buangnya sembarangan. Coba deh pergi ke gunung, ke laut. Berapa banyak sampah yang dibuang kaum terdidik. Ada banyak kaum terdidik yang kemping, melatih "bertahan hidup" di alam. Tapi sayang, gunung dan jalur pendakian seketika malah makin kotor sepulang mereka. Kaum terdidik sering membersihkan mukanya dengan tissue. Tapi sesudah itu, tissue bekas dibuang seenaknya. Apa begitu, contoh yang diberikan kaum terdidik?

Kepada yang terhormat kaum terdidik. Di hari pendidikan nasional ini. Mari kita renungkan bersama. Bahwa kita memang boleh bangga, pendidikan di negeri ini maju sekali. Hingga menjadi simbol martabat bangsa katanya. Pendidikan sangat mudah diakses masyarakat. Belum ideal tapi sudah sesuai harapan dunia pendidikan. Aspek pedagogi dan andragogi sudah berlangsung seiring sejalan. Guru semakin bertanggung jawab atas apa yang diajarkan. Siswa pun kian mandiri. Teori pendidikan terus lahir dari orang-orang pintar. Walau praktiknya masih "jauh panggang dari api".

Kepada yang terhormat kaum terdidik. Kenapa sih korupsi masih tetap merajalela di negeri ini? Mengapa sih nafsu berkuasa semakin menggila di bangsa ini? Hingga negeri ini dinobatkan sebagai salah satu negara terkorup di dunia. Dinasti kekuasaan makin dipertahankan. Katanya, korupsi itu tindakan kejahatan. Katanya, dinasti kekuasaan itu awal mula dari kolusi dan nepotisme. Tapi kenapa kaum terdidik membiarkan semua itu terjadi?

Kaum terdidik pasti tahu dong.  Sulit dibantah orang-orang pintar di negeri kita melimpah ruah. Tapi kenapa orang-orang pintar lebih suka mencari-cari kesalahan orang lain? Ada masalah bukannya diperbaiki malah dieksplorasi. Orang pintar kadang lucu, ingin tinggi tapi caranya menjatuhkan. Ingin baik tapi menjelekkan. Terkadang kita bingung, dulu orang-orang pintar itu sekolah di mana? Apa sih mata pelajaran yang dipahaminya, agama atau PPkn? Kok sekarang, malah makin banyak orang-orang pintar yang gaduh dan berisik. Sementara orang-orang yang dianggap bodoh hanya bisa diam dan berharap hidupnya lebih baik. Jadi, apa yang salah dengan pendidikan kita?

Mohon maaf ya kaum terdidik. Saya memang bukan orang pintar. Tapi saya masih terus belaar dan mencari jawaban dari banyak sekali pertanyaan. Dan akhirnyam saya menyimpulkan bahwa hasil tertinggi dari pendidikan itu adalah memahami realitas. Punya toleransi, punya kepedulian kepada sesama. Karena prinsip penting pendidikan adalah semakin paham perbedaan, harusnya makin paham arti kebersamaan. Itulah pendidikan yang literat, bukan pendidikan yang Merdeka!

Sejatinya, pendidikan bukan mencari-cari kesalahan orang lain. Apalagi bersikap arogan dan egois atas nama kecerdasan dan pendidikan. Tapi pendidikan seharusnya lebih berdaya  untuk menemukan cara dalam memperbaiki kesalahan, mengatasi kekuarangan yang ada.

Kepada yang terhormat kaum terdidik. Saya sangat menyadari pendidikan itu kompleks. Sekalipun pendidikan penting tapi bukan berarti tidak boleh dikoreksi. Negeri ini sudah penuh sesak oleh orang-orang pintar. Sudaj padat oleh orang-orang terbaik dengan kualitas pendidikan yang tinggi. Tapi sayangnya, tidak sedikit dari mereka yang "gagal" memaknai nilai-nilai sakral dalam pendidikan. Bahwa pendidikan lebih bertumpu pada value oriented, bukan knowledge oriented. Karena bukan gelar atau pangkat yang menjadikan kita terdidik. Melainkan manfaat dan amaliah dari ilmu yang dimiliki. Pendidikan yang sungguh-sungguh berkontribusi terhadap realitas kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun