Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Guru yang masih belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pintu Gerbang sebagai Garis Pertahanan Disiplin Siswa

25 April 2024   14:10 Diperbarui: 25 April 2024   14:12 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di era modern ini, pendidikan bukan hanya sekedar transfer ilmu akademis, tetapi juga pembentukan karakter dan kedisiplinan peserta didik. Sekolah berperan sebagai lembaga yang mempersiapkan generasi muda untuk menghadapi tantangan dunia nyata yang penuh dengan tuntutan kedisiplinan. Salah satu upaya konkret untuk menanamkan disiplin adalah dengan menegakkan ketepatan waktu kehadiran siswa di lingkungan sekolah.

Keterlambatan siswa merupakan permasalahan klasik yang kerap kali dianggap remeh oleh banyak pihak. Padahal, jika dibiarkan berlarut-larut, hal ini dapat menjadi preseden buruk yang dapat mempengaruhi etika dan budaya kerja siswa di masa depan. Terlebih lagi, keterlambatan mencerminkan kurangnya rasa tanggung jawab dan menghargai waktu, yang merupakan nilai-nilai penting dalam kehidupan bermasyarakat.

Oleh karena itu, upaya tegas untuk mencegah dan mendisiplinkan siswa yang terlambat patut diapresiasi. Sebagaimana yang dilakukan oleh SMK Negeri 1 Kelapa Kampit, pintu gerbang sekolah dijadikan sebagai garis pertahanan pertama dalam menegakkan disiplin. Dengan melibatkan petugas keamanan untuk mencegat siswa yang terlambat masuk setelah pukul 07.00 pagi, sekolah memberikan peringatan dini bahwa kedisiplinan merupakan hal yang tidak dapat ditawar-tawar.

Langkah ini bukan semata-mata sebagai tindakan represif, melainkan sebagai upaya preventif dan edukatif. Siswa yang terlambat tidak serta merta diusir atau dibiarkan begitu saja, melainkan ditindaklanjuti dengan pembinaan dan pemberian hukuman yang mendidik oleh wakil kepala sekolah bidang kesiswaan. Dengan demikian, mereka memahami bahwa setiap pelanggaran memiliki konsekuensi, sekaligus diberi arahan agar dapat memperbaiki diri.

Pembinaan ini dapat dilakukan dengan memberikan konseling dan pengarahan kepada siswa yang bersangkutan. Guru bimbingan konseling dapat membantu mengidentifikasi faktor-faktor penyebab keterlambatan, seperti masalah keluarga, lingkungan tempat tinggal, atau bahkan permasalahan psikologis. Dengan mengatasi akar permasalahan, diharapkan siswa dapat menyadari pentingnya kedisiplinan dan termotivasi untuk berubah.

Sedangkan pemberian hukuman yang mendidik dapat berupa tugas-tugas positif yang bermanfaat bagi pembentukan karakter, seperti membersihkan lingkungan sekolah, mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tertentu, atau bahkan melakukan pelayanan masyarakat. Hukuman ini bukan semata-mata untuk memberikan efek jera, melainkan untuk memberi pembelajaran bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensi, sekaligus mengembangkan rasa tanggung jawab dan empati pada diri siswa.

Disiplin bukanlah sekadar kepatuhan buta, melainkan kesadaran diri untuk menghargai waktu dan komitmen. Seorang siswa yang disiplin akan memiliki etos kerja yang baik, rasa tanggung jawab yang tinggi, serta kemampuan untuk mengelola waktu dengan efektif. Ini merupakan bekal penting bagi mereka untuk dapat bersaing dan sukses di dunia kerja yang kompetitif kelak. Dengan menanamkan disiplin sejak dini, sekolah mempersiapkan siswa untuk menjadi calon pemimpin dan profesional yang handal di masa depan.

Selain itu, upaya pendisiplinan ini juga memberikan pembelajaran berharga kepada seluruh siswa bahwa sekolah merupakan miniatur masyarakat yang memiliki aturan dan norma yang harus dipatuhi. Dengan menegakkan disiplin sejak dini, sekolah mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara yang baik, yang taat pada hukum dan menghargai kepentingan bersama. Ini merupakan fondasi penting bagi terwujudnya masyarakat yang tertib dan harmonis.

Tentu saja, pendisiplinan siswa tidak dapat dilakukan secara sepihak oleh pihak sekolah semata. Diperlukan kerjasama yang erat antara sekolah, orang tua, dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pembentukan karakter disiplin pada diri siswa. Orang tua harus berperan aktif dalam mendukung upaya sekolah, seperti memastikan anak bangun pagi, memberikan pengarahan, dan bahkan memberikan hukuman yang mendidik jika diperlukan. Sementara itu, masyarakat perlu memberikan keteladanan yang baik dengan mematuhi aturan dan norma yang berlaku.

Selain itu, pemerintah juga dapat berperan dengan membuat kebijakan yang mendukung penerapan disiplin di lingkungan sekolah. Misalnya, dengan menyediakan fasilitas transportasi sekolah yang memadai, memberikan insentif bagi sekolah yang berhasil meningkatkan tingkat kedisiplinan siswa, atau bahkan menerapkan sanksi yang tegas bagi sekolah yang abai terhadap masalah keterlambatan siswa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun