Saya pernah dapat pertanyaan yang membabi buta dari seorang teman lama, “Buat apa sih melestarikan binatang atau pohon yang nggak berguna, apa deh tuh namanya? Konservasi ya?”. “Ya biar nggak punah,” jawab saya cepat. “Ah, kayak orang kurang kerjaan aja. Coba lihat pohon singkong, dari dulu nggak ada pelestarian singkong, toh singkong nggak punah juga?”
Masih kurang puas, dia nyerocos lagi. “Buat apa juga melindungi hutan yang luasnya puluhan ribu bahkan ratusan ribu hektar? Itu kan lahan nganggur?, Coba kalau dijadikan lahan pertanian, perkebunan, atau industri, pasti menghasilkan banyak devisa dan menyerap banyak tenaga kerja!”. Berondongan pertanyaan itu sempat membuat saya terdiam beberapa saat sebelum menjawabnya.
Begini bos, dulu banyak orang mengira bahwa konservasi itu berarti nggak boleh dibeginikan atau dibegitukan. Pokonya semua berisi larangan, semua harus dilindungi. Itu kan baru kulitnya konservasi. Itu pikiran dan asumsi yang jadul banget…Menyitir bahasa politik sekarang ini, "itu kan hanya klaim pihak sebelah..."
Konservasi modern justru bertujuan agar makhluk hidup dapat dimanfaatkan.Dikalangan praktisi konservasi, dikenal konsep trilogy save it, study it, use it atau lindungi, pelajari, dan manfaatkan. Pengen tahu lebih lanjut? Begini ceritanya bos…
Pada dasarnya, segala yang ada dimuka bumi ini dapat dimanfaatkan oleh manusia. Namun pengetahuan manusia yang terbatas menyebabkan baru sedikit saja yang dapat diolah dan dimanfaatkan. Logikanya, segala sesuatu yang sudah dan sedang dimanfaatkan, otomatis akan dijaga agar tetap ada. Misalnya, ayam kampung akan terus ada meskipun jumlahnya kalah banyak dengan ayam broiler (baca: ayam negeri). Kenapa? Karena harga ayam dan telurnya relatif lebih mahal, dan dipercaya lebih sehat dan enak daripada ayam negeri. Tanpa upaya konservasi pun, ayam kampung akan tetap ada sepanjang masih mempunyai manfaat.
Begitu juga dengan hewan atau tumbuhan liar yang ada di hutan belantara atau di lautan. Ada yang langsung berguna buat kita, misalnya rotan, kayu, ikan, babi hutan, jamur, daun obat-obatan, dan lain-lain. Ada pula yang berguna secara tidak langsung, misalnya kehadiran serangga yang membantu penyerbukan, atau ular yang memakan hama tikus. Tetapi lebih banyak lagi yang belum kita ketahui gunanya.
Agar dapat mengetahui manfaatnya, maka diperlukan penelitian terhadap hewan atau tumbuhan liar di habitat asal mereka. Dulu, buah merah dari sejenis pandan asal Papua tidaklah sepopuler sekarang. Itu adalah hasil dari penelitian. Kini kita dapat membeli ekstraknya di apotik dalam kemasan botol.
Setelah diketahui manfaatnya, diteliti lagi bagaimana caranya mengelola agar hewan/tumbuhan itu dapat dimanfaatkan dalam jangka panjang dan berkelanjutan. Bersamaan dengan itu, dicari cara untuk membudidayakan hewan/tumbuhan liar itu melalui berbagai metoda penelitian. Tanpa ada budidaya, niscaya suplai buah merah juga akan berkurang di habitatnya, semakin langka, harganya semakin mahal diluar jangkauan masyarakat lalu ditinggalkan.
Lalu bagaimana kita dapat melakukan penelitian agar dapat memanfaatkan hewan/ tumbuhan liar itu jika habitat mereka dilenyapkan? Oleh karena itu, kita perlu mempertahankan berbagai habitat alami mereka dalam bentuk kawasan-kawasan konservasi dan perlindungan. Dengan demikian, hewan/tumbuhan liar yang belum diketahui manfaatnya atau belum diketahui cara membudidayakannya, dapat dipelajari dengan optimal. Hasilnya, tentu kembali untuk manusia.
Konsep lindungi, pelajari, dan manfaatkan juga dapat terbalik urutannya. Misalnya kita telah mengetahui manfaat suatu jenis hewan/tumbuhan, maka kita pelajari bagaimana cara membudidayakannya, cara pengambilan yang berkelanjutan agar hewan/tumbuhan itu tetap dapat berkembang biak. Sebelum kita menemukan metoda yang tepat, maka cara paling jitu untuk tetap dapat memanfaatkannya adalah dengan melindungi mereka pada habitat aslinya
Jika kita tidak melindungi kawasan hutan yang di dalamnya terdapat berbagai habitat yang dihuni berbagai makhluk hidup, maka hewan/tumbuhan itu akan punah karena habitat mereka telah hancur. Akibat berikutnya, hilanglah kesempatan kita untuk meneliti dan memanfaatkannya di masa kini dan masa mendatang. Masbuloh gak?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI