Mohon tunggu...
Mohamad Sofiyudin
Mohamad Sofiyudin Mohon Tunggu... Penulis - Warga Biasa

Karyawan Swasta. Bercita cita menjadi Suami dan Ayah yang baik. Suami dari seorang Istri dan Ayah dari seorang putri. Menggemari olahraga bulutangkis. Beralamat di mh.sofiyudin@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Solo Wayang Carnival: Menegaskan Solo Sebagai Kota Budaya

18 Februari 2012   13:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:29 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Kuncara Haruming Bangsa Dumunung Haneng Leluhuring Budaya” (Pakubuwono X).

Kira-kira kutipan di atas bermakna, kemasyhuran dan keharuman suatu bangsa terletak pada keluhuran budayanya. Karena budaya menunjukan suatu bangsa. Bangsa ini sangat kaya akan beragam budaya warisan leluhur, konsistensi dan komitmen untuk “nguri-nguri” budaya adalah tanggung jawab generasi saat ini.


Keinginan untuk “nguri-nguri”budaya, (paling tidak) terlihat dari acara Solo Wayang Carnival (SWC) yang diadakan sore ini (18 February 2012) di sepanjang jalan Slamet Riyadi Solo. Solo Wayang Carnival adalah rentetan acara yang diselenggarakan untuk menyambut hari ulang tahun kota Solo yang ke 267. Walaupun gerimis melanda Solo tidak menjadikan ribuan pengunjung beranjak dariacara SWC.


Dalam acara SWC, yang baru diselenggarakan untuk pertama kalinya, berbagai karakter pewayangan dimunculkan. Pak Jokowi dan Pak Rudy (Walikota dan Wakil Walikota Solo), para pejabat Pemkot Surakarta juga tak ketinggalan menjadi peserta karnaval, dengan memakai kostum pewayangan, seperti Puntadewa,Baladewa, Krisna, Hanomon, Semar Petruk dsb. Tidak hanya para pejabat di lingkungan Pemkot dan DPRD Solo, SWC ini juga diikuti prajurit keraton Surakarta, puluhan sanggar seni yang berada di Solo dan sekitarnya. Tak tertinggal acara ini juga menyertakan ESEMKA, mobil yang di harapkan mampu menjadikan “pintu masuk” bangkitnya mobnas.


Kehadiran ESEMKA cukup menarik, karena masyarakat selama ini hanya melihat ESEMKA dari layar televisi atau melihat dari koran, kehadiran ESEMKA jenis SUV dan Pick up Esemka di SWC mengobati penasaran warga akan bentuk Esemka. Beberapa pengunjung terlihat berucap, akan kebanggaan pada ESEMKA, ya..ESEMKA bisa menjadi Mobnas kalo didukung komitmen yang kuat dari pemerintah pusat. Jokowi sudah memulai, Jokowi sudah menangkap momentum, tinggal bagaimana “orang pusat” mensupportnya agar Esemka bisa benar-benar menjadi Mobnas yang di prosuksi secara masal.


Konon dikirabnya mobil Esemka dalam acara SWC adalah dalam rangka “meminta” restu pada warga Solo, karena Esemka pada bulan ini rencananya akan berangkan ke Jakarta untuk melakukan uji emisi. Kita semua berharap proses uji emisi berjalan mulus, semangat Pak Jokowi dan Pak Rudy (dan juga tentunya pihak Kiat Motor, SMK Solo) dalam menyiapkan Esemka semoga terbayar dan ber happy ending. Dan Esemka bisa berkeliaran di jalan-jalan raya menyaingi mobil merk Jepang.


Kehadiran peserta carnaval berkostum wayang dan Esemka dalam acara Solo Wayang Carnival, adalah ibarat ingin menghadirkan pesan, jangan lupakan nilai luhur, namun juga semangat untuk berdiri dan melahirkan karya yang membanggakan juga jangan ditinggalkan. Kita mungkin sudah lupa atau melupakan pitutur baik dalam setiap dialog pewayangan, pitutur baik dalam wayang sesungguhnya bukan sekedar kebetulan, tapi sebuah pesan yang dirancang oleh nenek moyang kita untuk menjadi pedoman bagi generasi setelahnya dalam mengarungi kehidupan. Dan Esemka adalah sebuah semangat, semangat untuk bangkit dan mencipta, lepas dari ketergantungan orang lain.


Dan akhirnya, menjadikan Kota Solo sebagai kota budaya juga bukan merupakan kebetulan, tapi merupakan upaya yang terus menerus dan kerja keras dari semua pihak yang ada di Kota Solo. Dan upaya itu kini terus dilakukan dengan baik. Kita berharap Solo sebagai kota budaya bukan sekedar terlihat dari bangunan-bangunan kuno atau tinggalan pusaka tempo dulu, tapi juga didukung oleh prilaku “berbudaya” yang di praktekan warganya dalam keseharian. Maju terus Solo, Solo Nyaman, Solo Berkesan..!

*mh.sofiyudin,"pewarta independen".

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun