Berada di Museum Nasional atau yang juga akrab dikenal dengan sebutan Museum Gajah, Kamis (24/11) hari ini menjadi cerita tersendiri. Pasalnya di sini saya dapat menikmati hiburan kesenian bersama ratusan pelajar yang memadati gedung yang telah berdiri sejak 1862 tersebut. Istimewanya, lantaran para pelajar yang sehari-hari akrab dengan hal-hal modern disuguhi hiburan tradisional; wayang!
I Made Sidia yang berasal dari Bali, seorang dalang yang terkenal dengan kepiawaiannya mengawinkan wayang klasik dengan modern, tampil di depan para penonton yang memadati Gedung B Museum Nasional.
Seniman wayang itu sendiri selama ini memang tak asing sebagai dalang yang menarik perhatian hingga ke mancanegara  karena gagasannya yang dinilai beda. Ia mengawinkan unsur klasik dengan modern. Maka itu penyajian kesenian itu di tangannya tak lagi terasa sebagai kebudayaan yang hanya identik dengan etnik tertentu, namun lebih memiliki citarasa nasional.
Dalang Made sendiri masih tampil dengan gaya khasnya dalam menampilkan pagelaran wayang. Ia menggunakan lampu proyektor berikut berbagai macam gambar sehingga tampilan di layar terasa lebih bervariasi, beda jauh dengan wayang klasik.
Tampaknya latar belakang Made Sidia sebagai pengajar di Institut Seni Indonesia Denpasar (dulu, Akademi Seni Tari Indonesia), turut membawa dampak sehingga pagelaran wayang di tangannya mampu menjanjikan hiburan yang tidak membosankan, sekaligus menyenangkan.Â
Ekspresi para penonton pertunjukannya yang notabene kalangan remaja yang tampak sangat serius menikmati cerita demi ceritanya bersama gambar ditampilkannya di layar, cukup menjadi bukti, pertunjukan Made mampu membius penontonnya.
Tampaknya BCA yang melibatkan unsur corporate social social yang mereka miliki menyimpan harapan agar aktivitas sosial perusahaannya lebih membawa dampak jangka panjang kepada para pelajar. Dan, itu memang diakui oleh Inge Setiawati, yang juga hadir dan membaur bersama para pelajar di Gedung B Museum Nasional.Â
Menurut Inge, upaya pengenalan wayang ini memang sudah menjadi komitmen pihaknya; agar pelajar akrab dengan budaya sendiri, juga untuk menunjukkan wayang itu bukanlah sesuatu yang kuno dan ketinggalan zaman.
"Para pelajar itu adalah generasi muda yang kelak akan sangat menentukan keberadaan kesenian wayang, sebuah kesenian yang juga menjadi kekayaan budaya negerinya sendiri, Indonesia," ucap Inge, yang merupakan General Manager CSR BCA.
Maka itu, tajuk kegiatan itu sendiri identik dengan pelajar, sehingga dilabeli "Wayang for Student" yang menurut Inge tak hanya dilakukan di Jakarta, melainkan juga pernah diadakan di beberapa daerah lainnya.