Mohon tunggu...
Siwi Sang
Siwi Sang Mohon Tunggu... Jurnalis - Pegiat Literasi Desa

Pengelola TBM Umahbukumayuhmaca, penulis buku tafsir sejarah GIRINDRA Pararaja Tumapel Majapahit, dan Pegiat Literasi Desa.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jayakatwang Sang Penakluk

25 Agustus 2013   21:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:49 1661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam prasasti Mula Malurung, Maharaja Tumapel Seminingrat menyebut Sri Jayakatwang sebagai menantu sekaligus kemenakannya. Sebagai menantu karena Sri Jayakatwang berpermaisuri putri Seminingrat bernama Nararya Turukbali, rajamuda Gelang-Gelang sejak 1255M. Sebagai kemenakan karena ibu Sri Jayakatwang adalah adik Seminingrat.

Kiranya hubungan kekeluargaan Seminingrat dengan Jayakatwang atau hubungan uwa dengan keponakan lebih berasal dari garis perempuan bukan dari garis lelaki dan lebih berasal dari garis adik kandung perempuan ketimbang adik tiri perempuan. Meski tidak tertutup kemungkinan ibu Jayakatwang adik tiri Seminingrat, tetapi lebih besar kemungkinan adik kandung.

Ketegasan Seminingrat menyebutan kemenakan kepada Jayakatwang dalam Prasasti Mula Malurung cenderung mengartikan bahwaJayakatwang putra kandung dari adik kandung perempuan SeminingratatauIbu kandung Jayakatwang adalah adik kandung Seminingratatau putri kandung Sang Anusapati sehingga sangat layak disebut dengan tegas dalam prasasti Mula Malurung yang dikeluarkan Seminingrat pada 1255M. Karena merupakan putra dari adik kandung perempuannya, maka kelak Seminingrat tidak ragu menjodohkan Jayakatwang dengan putri bungsunya Nararya Turukbali, yuwaraja Gelang-Gelang. Sekali lagi ibu kandung Jayakatwang adalah adik kandung Maharaja Seminingrat.

Menjadi kewajaran ketika seorang raja mengikat tali keluarga dengan menjodohkan keturunannya dengan keturunan saudara kandungnya sendiri. Hal itu dilakukan supaya darah keturunan raja tidak pergi kemana-mana, masih tetap dalam satu keluarga atau setidaknya garis keturunan seorang raja tetap utuh menurun sampai bawah.

Ini pula yang kemudian dilakukan Maharaja Seminingrat ketika menduduki tahta Tumapel yang kemudian berbesanan dengan dengan adik kandung perempuannya. Terjadi pernikahan sesama cucu Sang Anusapati. Putri Seminingrat bernama Nararya Turukbali menikah dengan Jayakatwang, putra adik kandung perempuan Seminingrat. Nararya Turukbali dan Jayakatwang saudara sepupu juga.

Pernikahan seperti itu pernah pula dilakukan moyangnya Erlangga yang menikah dengan kakak sepupunya atau dengan Dewi Laksmi, putri kedua Dharmawangsa, raja Medang Watan.

Pernikahan antar saudara sepupu juga dilakukan Seminingrat sendiri. Seminingrat menikah dengan adik sepupunya bernama Waning Hyun, putri sulung Mahisa Wonga Teleng. Mahisa Wonga Teleng adalah paman Seminingrat. Dapat dikatakan Seminingrat mengikuti langkah yang ditempuh ayahnya Sang Anusapati yang berbesanan dengan adik seibunya Mahisa Wonga Teleng. Jika ayahnya berbesanan dengan adik sepupu seibu beda ayah, Seminingrat berbesanan dengan adik kandung sendiri, menjodohkan putrinya Nararya Turukbali dengan kemenakannya Sri Jayakatwang. Tetapi bagaimanapun juga semua perkawinan antar saudara itu bertujuan untuk menjaga keaslian darah keluarga raja.

Sangat pantas pula ketika mengeluarkan piagam kerajaan pemganugerahan desa Mula Malurung kepada Sang Pranaraja pada tahun 1255M, Maharaja Tumapel Seminingrat menyebut dengan tegas bahwa Sri Jayakatwang adalah menantu sekaligus kemenakannya. Menegaskan kembali bahwa Nararya Turukbali dan Sri Jayakatwang adalah sama-sama cucu sang Anusapati, ayahanda Seminingrat, yang sepantasnya mendapat kedudukan bagus di dalam keluarga raja. Sampai disini diketahui Jayakatwang adalah adik sepupu Nararya Turukbali dan Kertanagara, keponakan langsung Seminingrat, cucu Sang Anusapati, dan keturunan ketiga pasangan Tunggul Ametung dan Kendedes.

Lalu siapa ayah Jayakatwang? Mpu Prapanca dalam kakawin decawarnnana menulis bahwa setelah pada tahun 1222M berhasil menjongkeng Raja Kertajaya dari istana Daha,  Ranggah Rajasa alias Kenarok mengangkat putra Kertajaya bernama Jayasabha sebagai raja di daerah Kadiri atau Panjalu yang beribukota di Daha. Pada tahun 1258M Jayasabha digantikan putranya bernama Sastrajaya. Pada tahun 1271M Sastrajaya digantikan putranya bernama Jayakatwang. Jika yang dikatakan Mpu Prapanca benar adanya maka dapat diketahui bahwa ayah Jayakatwang adalah Sastrajaya yang berkuasa di daerah Kadiri mulai tahun 1258 sampai tahun 1271M. Sastrajaya adalah putra kandung Jayasabha atau pula cucu langsung Raja Kertajaya.

Berdasarkan keterangan dalam kakawin Decawarnnana dapat diketahui bahwa Jayakatwang adalah putra Raja Sastrajaya, cucu Jayasabha dan buyut Raja Kertajaya. Jika ditarik ke atas, Jayakatwang keturunan Erlangga yang membangun kerajaan Panjalu Daha. Panjalu Daha menganut agama Wisnu. Dari garis ayah, Jayakatwang berdarah Panjalu atau keturunan Kertajaya, pengatut agama Wisnu. Panjalu sejak mula memang merupakan kerajaan yang menganut agama Wisnu. Haluan kerajaan itu ditancapkan raja Erlangga ketika membangun kerajaan Panjalu di Daha dan menyerahkannya kepada salah satu putra kandungnya bernama Samarawijaya, raja Panjalu kedua setelah Erlangga.

*     *     *


http://siwisangnusantara.blogspot.com/2013/03/garis-keturunan-jayakatwang.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun