Konon, katanya perang terhebat antara kebaikan dan keburukan dalam dunia pewayangan terjadi bukanlah pada cerita Rama vs Rahwana, akan tetapi terjadi pada kisah antara Pandawa vs Kurawa. Intrik, perselisihan, pengkhianatan, balas dendam kesumat sedemikian hebatnya sehingga memunculkan episode Bharatayudha. Meskipun terkadang ada riak romantisme arjuna srikandi, ataupun kejenakaan dan guyonan, para punakawan yang terlihat bodoh, tapi memiliki jiwa patriot, yaitu gareng, petruk, cepot(sunda), dan sang penasehat, sang tokoh bijaksana mbah semar.
Perseteruan ini, klimaksnya ternyata tidak berakhir di lapangan bola. Usut punya usut soalnya dari tim Pendawa cuma 5 orang, pemainnya kurang!!, sedang tim kurawa berlimpah, maka berakhirlah konflik itu dilapangan kurusetra yang tidak memberikan kemenangan untuk kedua belah pihak yang bertikai. Masing-masing mendapatkan pilu dan penderitaan yang sangat hebat akibat kehilangan orang tua, anaknya, saudara, kerabat, teman bahkan sampai handai taulannya.
Nun jauh disana, diatas alam sadar dunia pewayangan, meskipun tidak sehebat perang bharatayudha, yang mengorbankan jiwa dan raga, di sebuah negara yang bernama Indonesia, setiap 5 tahun sekali seringlah terjadi pertarungan.
Saat ini mereka bertarung dalam rangka memperebutkan Kursi Eksekutif, Mahkota tertinggi sebagai jalan tol untuk menguasai kebijakan, dan peta perjalanan kebijakan pemerintahan selama 5 tahun masa kekuasaannya.
Sudah sangat banyak historical review, penelitian empiris, bahkan sampai analisa sederhana atas semua manuver, akrobatik, formula ajaib, konvensi leadership, racun tak kasat mata, jurus sakti mandraguna, teori-teori dengan argumentasi lihai, mantra ampuh, loby2 piawai, uang berlimpah, rumah mewah, mobil wah, keperawanan, bahkan sampai bumbu dapur yang dijadikn mereka sebagai senjatanya demi tercapainya kemenangan itu.
Namun sayangnya, sama seperti kisah Bharata yudha, nampaknya peperangan di NKRI di tahun 2014, sepertinya tidak jauh berbeda dgn 5-5 tahun sebelumnya, selalu tidak akan memberi kemenangan yang sejati, yang ada hanyalah fatamorgana kemenangan suara rakyat dalam mimpi, kenapa karena otak mereka masih tersekat dalam kamuflase politik, bunglon kebenaran, penipuan informasi. Selain itu, setiap pihak yang berlomba, selalu mengklaim pihaknya paling benar dan lawan politiknya adalah yang keliru.
Di sisi lain, sangat banyak tikus-tikus busuk yang bisa jadi kader, simpatisan, ataupun bayaran, dengan opini opini "cerdas" nya memutarbalikkan, mencampur adukkan, dan membelokkan apapun itu yang bisa dianggap mnguntungkan kelompoknya.
Sejatinya, siapapun yang menjadi pemenangnya, selama kepentingan kelompok yang diutamakan dan dibungkus dalam kebohongan sebagai alat dan tujuannya, bukan keberpihakan dan kepentingan kepada kejujuran dan keadilan, kemakmuran, dan kesejahteraan rakyatnya, maka indonesia sama saja seperti lapangan Kurusetra, peperangan elite semata, dan rakyatnya lah kemudian yang menderita.