Mohon tunggu...
Sebas
Sebas Mohon Tunggu... Lainnya - D

I,m humble person

Selanjutnya

Tutup

Nature

EBT (Energi Baru Terbarukan)

14 Oktober 2013   20:41 Diperbarui: 4 April 2017   16:37 4072
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

EBT (ENERGI BARU TERBARUKAN)

Pertamina merupakan sebuah perusahaan energi nasional bergerak dalam bidang energi yang meliputi minyak, gas dan energi yang terbarukan. Sebagai perusahaan energi Pertamina harus mengembangkan energi baru terbarukan karena sesuai rencana bahwa di tahun 2025 porsi energi terbarukan harus mencapai 25%. Bahkan untuk mencapai target tersebut, Pertamina dalam pertemuan kerja sama APEC yang baru-baru ini diselenggarakan telah mengajak investor untuk berinvestasi di bidang energi terbarukan

Sebenarnya apa yang dimaksud energi terbarukan? Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), energi berarti kemampuan untuk melakukan kerja atau daya (kekuatan) yang dapat digunakan untuk melakukan berbagai proses kegiatan. Energi Terbarukan adalah energi yang pada umumnya merupakan sumber daya non fosil yang dapat diperbaharui dan apabila dikelola dengan baik maka sumber dayanya tidak akan habis. Energi baru terbarukan perlu dikembangkan demi ketahanan energi nasional. Saat ini jumlah konsumsi BBM mencapai 1,4 juta barrel padahal produksi minyak nasional mencapai 840 ribu barrel. Untuk mencukupi kebutuhan ini, pemerintah harus mengimpor minyak dari luar. Oleh karena itu alternative-alternatif lain perlu dikembangkan. Peningkatan produksi minyak dalam negeri memang sudah digenjot dengan menggunakan Teknik-teknik peningkatan produksi seperti enhanced oil recovey namun nilai konsumsi minyak juga terus meningkat apalagi sumur-sumur minyak juga mengalami decline/penurunan.

Ada berbagai jenis energi terbarukan

1. Energi bahan bakar nabati

Baru-baru ini Pertamina melakukan tender pengadaan Fatty acid Methyl Ester (FAME) sebanyak 6.6 juta kilo liter yang merupakan aditif untuk biosolar. Langkah ini dilakukan untuk mengurangi porsi impor BBM dengan memanfaatkan bahan bakar nabati. Pada tahun 2015 jumlah bahan bakar nabati yang digunakan biosolar direncakan 10%. Penggunaan bahan bakar nabati sekarang sekitar 7.5%. Bahan Bakar Nabati (BBN) adalah bahan bakar dari sumber hayati. Beberapa bahan bakar nabati ini diantaranya adalah biodiesel (substitusi solar), bioethanol (substitusi bensin) dan minyak nabati murni- Pure Plant Oil/PPO (substitusi BBM pada pembangkit listrik berbasis bahan bakar minyak-PLTD).

2. Geothermal

Posisi Indonesia yang terletak di cincin api dengan banyaknya gunung api mengakibatkan Indonesia memiliki potensi yang sangat besar di bidang panas bumi. Hampir 40 persen potensi geothermal di dunia ada di Indonesia. Potensi yang bisa diambil dari panas bumi mencapai 29 GMW sedangkan pemanfaatan energi geothermal ini baru sekitar 4%. Salah satu anak perusahaan pertamina yang bergerak dalam bidang geothermal adalah Pertamina Geothermal Energy.

3. Energi dari angin, Surya, Air

Pembangkit listrik tenaga surya sudah banyak digunakan. Solar cell mulai banyak bermunculan. Memang untuk solar cell memang masih memiliki kelemahan. Di antaranya adalah butuh lokasi yang luas dan biaya investasi yang cukup tinggi.

13817579591933830976
13817579591933830976

Salah satu contoh pemanfaatan solar cell

Pembangkit listrik tenaga air sudah banyak digunakan. Dan sekarang berkembang pembangkit listrik tenaga mikrohidro dimana pembangkit ini berkerja untuk menghasilkan energi dengan kapasitas relative lebih kecil karena energi potensial yang didapatkan dari mikrohidro biasanya lebih kecil.

4. Energi dari arus laut

Potensi energi dari arus laut memang belum terpetakan dengan jelas tetapi di kawasan timur seperti NTB, NTT dan papua memiliki potensi yang cukup besar apalagi didukung bahwa Indonesia merupakan negara maritim. Energi arus laut ini didapatkan dari energi akibat arus pasang surut serta pergerakan massa air. Energi ini sudah mulai dikembangkan oleh BPPT namun masih memiliki efisiensi yang cukup rendah.

5. Energi dari sampah

Pada tahun 2010, penulis pernah membuat tugas akhir kuliah dengan judul Prarancangan Pabrik Biomethane dari Sampah Kota Kapasitas Bahan Baku 90000 ton/tahun”. Sampah organik memiliki potensi energi dimana konsepnya adalah mengambil biogas kemudian biogas ini diolah menjadi biomethane dengan menggunakan berbagai teknologi bisa berupa absorber, adsrober, dll untuk menghilangkan beberapa kontaminan seperti H2S, CO2 sehingga bisa didapatkan biomethane. Pada tahun 2013 ini ternyata Pertamina telah mengembangkan energi listrik dari sampah dengan bekerja sama dengan PT Godang Tua Jaya di TPST Bantar gebang. Dengan memanfaatkan 2000 ton sampah maka memiliki kapasitas 120 MW. Pembangkit listrik tenaga sampah memang telah banyak dikembangkan di luar negeri terutama di negara swedia. Salah satunya bisa dilihat TPA Kawatanu di Palu dimana pemerintah Palu bekerja sama dengan pemerintah swedia untuk menghasilkan PLTS ini. Selain untuk menghasilkan energi terbarukan maka dengan adanya pembangkit listrik tenaga sampah juga akan mengurai permasalahan yang disebabkan oleh adanya sampah terutama di ibukota.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun