Mohon tunggu...
Muhammad Fardiansyah
Muhammad Fardiansyah Mohon Tunggu... -

Saat ini mengelola sebagai Creative Content di portal www.salamgowes.com. Hobi bersepeda, fotografi, musik, design dan menulis .

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ki Ledjar Subroto, Wayang Kancil Terbang Melintasi Benua

17 Juli 2012   09:46 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:52 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rambut yang telah memutih tidak memudarkan jiwa Ki Ledjar Subroto yang dipanggil akrab Mbah Ledjar untuk melestarikan dan terus berinovasi bersama si wayang kancil berlomba dengan perubahan jaman. Sentuhan tangan dinginnya memunculkan tokoh-tokoh baru ciptaannya untuk mengisi cerita wayang kancil. Banyak tokoh telah beliau jadikan karakter wayang, Bung Karno, Barrack Obama, dan Sultan Agung Hanyokrokusumo. Tidak ketinggalan, penyanyi kelas dunia Bjork pun ikut memesan untuk dibuatkan karakter wayang oleh Ki Ledjar Subroto.

Kemampuan mendalang dan membuat wayang kancil Mbah Ledjar tidak terlepas dari pengalaman beliau menjadi Srati dari Dalang ternama Ki Narto Sabdo. Pemilik nama asli Djariman kelahiran Sepuran, Wonosobo, 75 tahun yang lalu ini, menceritakan awal perkenalan Mbah Ledjar dengan dunia wayang ketika bergabung dengan kelompok wayang Ngesthi Pandhowo di kota Semarang.

“Saya selalu berada dekat dengan Ki Narto Sabdo, baik secara pribadi maupun dalam pekerjaan. Setiap Beliau pentas mendalang saya selalu berada di belakang Ki Narto Sabdo,” cerita Mbah Ledjar seraya memainkan wayang kancil karakter Bjork.

Ketika menerima kunjungan dari tim redaksi www.kotajogja.com di studio mini Mbah Ledjar yang membawa beliau berkesenian hingga saat ini sampai tingkat mancanegara dengan sabar menjawab pertanyaan dari kami tim redaksi www.kotajogja.com. Nama Ledjar didapatnya dari Ki Narto Sabdo, disesuaikan dengan kepribadiannya yang selalu bersemangat dan tak pernah berkeluh-kesah.

1342517083244576958
1342517083244576958
Latar belakang pemilihan hewan kancil sebagai lakon utama wayang yang beliau jadikan ciri khas dalam berkesenian, merupakan bentuk penyadaran kepada masyarakat bahwasanya hewan kancil tidak hanya pada penggambaran hewan yang licik dan penuh tipu daya. Padahal pada kenyataannya cerita Kancil itu sendiri banyak memuat pesan moral tentang kejujuran, kepandaian dan nilai-nilai kebersamaan. Inilah yang kemudian menjadi perhatian Mbah Ledjar, beliau mengenalkan cerita kancil itu asal muasalnya dari Serat Kancil ciptaan para pujangga sebagai salah satu ajaran moral turun termurun kepada generasi setelahnya.

Kemudian sembari memainkan wayang karakter Jan Pieterszoon Coen. Mbah Ledjar menceritakan pengalaman 25 tahun yang lalu ketika mendapatkan pesanan wayang untuk memperingati 200 tahun berdirinya VOC. Tidak terbatas hanya membuat wayang saja, tahun 2008 Mbah Ledjar Subroto bersama cucunya Anang mendapatkan undangan untuk mendalang di Belanda. "Saya sangat bangga sekali karena cerita wayang sejarah mengenai kolonial versi Bangsa Indonesia diterima dan diapresiasi terbuka oleh orang-orang Belanda,” ucap Mbah Ledjar.

Mbah Ledjar memperlihatkan beberapa artikel beliau ketika di undang dalam sebuah pementasan wayang kancil di acara Pasar Malam Tong Tong di kota Den Haag Belanda. Bermula dari acara tersebut, wayang kancil buatan Mbah Ledjar dikenal luas tidak hanya di negeri Kincir Angin bahkan sampai ke Jerman juga Perancis.

1342518267546459157
1342518267546459157
Banyak cerita yang dikisahkan Mbah Ledjar kepada kami tim redaksi www.kotajogja.com, diantaranya yaitu pesanan dari Pemerintah Belanda kepada Mbah Ledjar untuk membuatkan karakter wayang William van Oranje, founding fathers Negeri Kincir Angin tersebut. Selain membuat desain karakter tokoh William van Oranje, Ki Ledjar juga mendesain beberapa wayang berupa artefak peninggalan sejarah yang berada di Kota Delft seperti Gereja atau disebut dengan Nieuwe Kerk tempat Pangeran Willem dan para raja Belanda dimakamkan.

Walaupun aktivitas seni Mbah Ledjar sudah dikenal luas bahkan hingga lintas benua, tidak membuat beliau serta merta bisa tersenyum lepas dan bersantai-santai, masih ada ganjalan di hati beliau.  “Kenapa bukan bangsa kita sendiri memanfaatkan media wayang untuk penanaman kesadaran akan sejarah bangsanya secara efektif. Beda dengan negara-negara Eropa yang sudah Saya singgahi. Mereka mampu membuat wayang sebagai wahana interaktif dan mampu membuat seseorang merasa mendapatkan manfaat dari wayang tersebut,” ucap Mbah Ledjar memegang gunungan wayang kancil hasil hasta karyanya. (contents: aan ardian/www.kotajogja.com)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun