Matahari sedang bersinar dengan teriknya ketika di alun-alun kerajaan Astina nampak terparkir sebuah kereta yang indah.Â
Di dalamnya seorang lelaki kelihatan duduk dengan santainya sambil tiduran.
Matanya yang sedikit terpejam seolah menikmati semilirnya angin di bawah pohon cemara yang banyak berjajar di tepi alun-alun Astina ini.
Dialah Raden Setyaki, seorang ksatriya utama yang kini sedang bertugas mengantar Wong Agung Dawarawati menjadi Duta para Pandawa.
Dan sekarang saat Prabu Kresna sedang berembug di dalam dengan para petinggi Astina, maka saatnyalah Setyaki berusaha untuk bisa beristirahat di dalam kereta.
Tiba-tiba tanpa diketahui sebelumnya, suara kentongan terdengar riuh ditabuh seseorang di samping kereta.
Tentu saja Setyaki yang sedang tiduran di dalam kereta itupun menjadi kaget. Setengah gelalapan ia berusaha mencari tahu apa yang sedang terjadi.
Bukan main kagetnya saat nampak olehnya seorang lelaki berambut panjang dan berkumis sangat tebal tertawa-tawa riang di samping keteta.
"Hua.. ha..ha..! Kau terkejut anak manis. Aku, ini aku Burisrawa adik ipar raja Astina yang datang."
"Ma'af, kau mengagetkan aku kakang Burisrawa."
"Ya. Mengemban perintah paman Patih Sengkuni, kau tidak boleh parkir di sini hai anak tak tahu diri."