Media konvergensi
Apa itu konvergensi??, Briggs dan Bourke (2002: 267), seperti dikutip Dwyer di Media Convergence: Issues in Cultural and Media Studies (2010, bab 1), mengatakan bahwa istilah “konvergensi” diaplikasikan pada perkembangan teknologi digital yang paling sering terjadi, yaitu integrasi teks, angka, gambar, dan suara—atau digitalisasi. Walaupun begitu, itu hanyalah ‘secuil’ dari perubahan di media saat ini. Satu perkembangan teknologi yang dilihat benar-benar mengubah bagaimana konten diproduksi, didistribusikan, dan dikonsumsi adalah Internet. Namun ini tidak untuk disalahkaprahkan, karena konvergensi media bukanlah persoalan internetisasi dan digitalisasi saja, melainkan ada implikasi pada newsroom, pada bagaimana konsumen mengkonsumsi konten (dan memproduksinya), dan pada media lama yang dikatakan terancam 'punah'.
Seperti bisa dilihat saat ini, berbagai media konvensional, terutama surat kabar dan televisi, sudah menggunakan teknologi Internet sebagai ‘perpanjangan’ dari apa yang mereka sudah miliki. Terlihat simpel, tapi bila ditelaah, Internet sebenarnya merupakan ‘entitas’ yang berbeda—ia bisa melakukan apa yang media konvensional lakukan, sekaligus menjadi platform bagi individu berkomunikasi antar satu sama lain. Seperti diungkapkan Dwyer (2010), Internet merupakan medium point-to-point tapi juga sekaligus point-to-multipoint (mass). Segala konten yang tersebar di Internet, baik itu video-video di Youtube, blog, profil Facebook, musik di MySpace, online game, hingga VoIP, mengubah bagaimana media diciptakan, disebar, dan dinikmati.
Untuk mengerti ini, Dailey, Demo, dan Spillman (2005) menjabarkan 5 aktivitas konvergensi news organizations, yaitu: cross-promotion, cloning, “coopetition,” content sharing, dan full convergence. Yang pertama adalah yang paling sederhana—memberikan awareness akan mitra masing-masing. Yang kedua adalah menjiplak konten dari media lain. Yang ketiga merupakan usaha media untuk saling bekerjasama namun juga berkompetisi. Yang keempat adalah saling membagikan paket konten dan kadang anggaran. Dan yang terakhir, full convergence, media saling berbagi dalam mencari dan menyebarkan berita, dengan tujuan mengoptimalisasi kelebihan masing-masing media untuk menyampaikan berita.
Dalam organisasi berita, bentuk konvergensi di lapangan bisa bervariasi dan pada bermacam-macam tingkat. Ada yang hanya menaruh link, ada juga yang sampai tahap di mana jurnalis surat kabar tampil on-air di televisi—sebaliknya, staf di TV juga menyumbangkan berita pada surat kabar. Hal ini memberikan akibatnya tersendiri. Jurnalis dituntut untuk bisa multitasking serta memiliki banyak kemampuan berkaitan dengannews-gathering. Bila dulu jurnalis hanya tinggal membawa notes dan pulpen, sekarang ada istilah “backpack journalism”, di mana satu jurnalis juga membawa kamera dan peralatan lainnya karena dituntut untuk bisa mendapatkan berita yang bisa diaplikasikan pada beragam platform.
Pada tahun 1990, Bill Gates pernah meramalkan, 10 tahun lagi (tahun 2000) suratkabar cetak akan mati digantikan oleh teknologi suratkabar baru yang berbasis teks elektronik. Setelah sepuluh tahun berselang, pendiri Microsoft tersebut, merevisi prediksinya, yakni sekitar 50 tahun lagi ke depan, ramalannya baru akan terwujud.
Prediksi yang dikemukakan Gates memang tidak terbukti tepat waktu, namun terlepas dari perdebatan apakah benar saat ini suratkabar elektronik akan mematikan suratkabar cetak, sekadar menggantikan, atau bahkan menyempurnakannya, teknologi selalu menjadi bagian terpenting dari perkembangan suatu jenis media massa. Kenyataan tersebut sejalan dengan teori konvergensi media yang menyatakan bahwa berbagai perkembangan bentuk media massa terus terjadi sejak awal penemuannya. Setiap model media terbaru cenderung menjadi perpanjangan atau evolusi dari model-model pendahulunya. Hukum teknologi berkembang berdasarkan deret ukur, melampaui deret hitung. Jika media konvensional tidak melakukan penyesuaian, akan tertinggal jauh. Demikianlah sifat perubahan dan penetrasi teknologi komunikasi terhadap media massa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H