[caption id="attachment_199347" align="aligncenter" width="491" caption="Aksi panggung Steven Jam di HUT TVRI (Dok. Pribadi)"][/caption] Dalam dua tahun terakhir, industri musim Indonesia kembali menggeliat setelah sempat vakum sejak beberapa tahun belakangan ini. Menghilangnya Peterpan akibat kasus yang mengenai sang vokalis, Ariel, membuat blantika musik lokal terasa stagnan. Apalagi hagemoni band-band yang membawakan musik melayu-pop tidak begitu menyeruak. Meski sempat melejit seperti yang digawangi Kangen Band dan ST 12, namun seiring waktu nama keduanya memudar. Band bergenre pop-slow itu perlahan redup seperti halnya era Limp Bizkit dan Korn, dalam percaturan musik dunia. Begitu juga dengan kehadiran boy band atau musisi grup pria/ perempuan serta pengusung aliran Korean Pop (K-Pop). Yang tergerus oleh zaman karena, pendengar musik cenderung mencari sesuatu yang beda. Selain itu, hal serupa dialami beberapa band papan atas Indonesia, yang lesu dalam hal penjualan album maupun gebrakan terbarunya. Slank, Dewa, Padi, Sheila on 7, Gigi, Jamrud dan Boomerang, Â ketujuh band yang albumnya terjual diatas satu juta keping, kini namanya hanya sebagai pemanis saat tampil di layar televisi. Banyak penyebab dari meredupnya band multi platinum itu. Ada yang mengalami perpecahan internal, layaknya Guns N' Roses. Juga ada yang ditinggal sang frontmant, hingga mirip Queen dan Led Zeppelin, yang bisa dikatakan tidak pecah namun personilnya jalan sendiri-sendiri. Atau bisa juga akibat tekanan industri musik yang saat ini menginginkan variasi baru dalam genre musikalitasnya, seperti Rage Against The Machine, yang harus bubar -mendirikan Audioslave dengan Soundgarden- serta reuni kembali.
* Â Â Â * Â Â Â *
Ditengah lesunya industri musik Indonesia, sembari menunggu -dan harap-harap cemas- untuk memastikan kebangkitan kembali Noah, saat ini muncul kehadiran beberapa musisi atau band beraliran reggae. Kendati kemunculan band atau solois dari genre musik yang asalnya dari Jamaika ini, di Indonesia sudah beredar sejak pertengahan dekade 1990-an, oleh Tony Q Rastafara. Tetapi baru pada akhir milenium baru, atau tepanya di tahun 2005-2009, musik reggae mulai menggeliat saat dibawakan almarhum Mbah Surip. Musisi yang mempopulerkan lagu Tak Gendong, diakui sebagai salah satu tokoh yang memperkenalkan musik reggae masyarakat Indonesia, yang awalnya tidak ngeh akibat terlalu sering mendengarkan lirik musik pop. Hanya, pria yang mengidolai Bob Marley itu, belum sempat menyaksikan aliran reggea berkibar kencang di Indonesia dan bersaing dengan genre lainnya, seperti pop, rock, metal dan lainnya. Sebab, Mbah Surip keburu tutup mata pada 4 Agustus 2009, akibat penyakit jantung di usia 52 tahun.
* Â Â Â * Â Â Â *
Cinta yang sebenarnya indah sekali yeah Kadang menipu dan bikin sakit hati yeah eh... Tapi lihatlah burung tetap bernyanyi yeah Terlalu indah untuk ditangisi yeah.. Nyanyi lagu pantai Nyanyi lagu santai yeah... Nyanyi lagu pantai Mari kita santai yeah... Cantik, mengejar sesuatu yang belum pasti Kadang kau gagal lalu frustasi Tapi hidup yang indah cuma sekali yeahh Terlalu singkat untuk ditangisi... - Lagu Santai (Steven & Coconut Treez) "Reggae itu ga hanya musik, tapi gaya hidup apa adanya untuk kita semua," ujar Steven Jam ketika jeda konsernya dibalik panggung. Vokalis Steven & Coconut Treez itu, sangat antusias melihat ribuan massa yang asyik berjoget bersama saat tampil di gedung Auditorium TVRI. Kebetulan TVRI, mengadakan perayaan HUT ke-50 tahun berdirinya stasiun televisi pertama di Indonesia, sekaligus dalam rangka peluncuran siaran langsung Seri A - Liga Italia, Minggu (2/9) malam. "Gila, animo penonton rame banget. Biar konser indoor ga kalah sama di panggung terbuka," kata vokalis berambut gimbal yang kerap dipanggil Tepeng itu. Acara yang juga dihadiri ribuan anggota Juventus Club Indonesia (JCI), diselenggarakan TVRI serentak di 28 provinsi se-Indonesia saat menyiarkan siaran langsung pertandingan Seri A, antara Udinese versus Juventus, dua pekan silam. Tepeng yang tampil atraktif  sebagai band pengisi acara,  mampu membius ratusan penggemarnya dan juga penggila sepak bola Liga Italia, untuk larut dalam alunan lagu-lagu bergenre reggae sebelum menyaksikan duel kedua klub papan atas Italia. "Steve Jam itu, musisi reggae paling top di Indonesia, sama seperti Tony Q, Mbah Surip, dan Souljah. Mereka adalah pionir untuk mengenalkan reggae sama kita-kita yang masih awam," ucap seorang Juventini, yang baru menggemari musik reggae setelah sering mendengar lagu-lagu dari Steven & Coconut Treez di televisi dan radio lokal.
* Â Â Â * Â Â Â *
Namun, apakahkedepannya musik reggae bisa benar-benar meroket? Tentu tidak mudah untuk menjawabnya. Sebab, tidak sedikit juga yang menyangsikan penampilan ala Steven Jam, mampu mendominasi atau setidaknya bersaing dengan band papan atas yang mengusung aliran Rock atau Pop. Banyak contoh yang terjadi, yakni ketika booming lagu Ska di era 1990-an, Hipmetal di awal 2000-an, dan genre minor lainnya di Indonesia, yang sempat berkibar di awal, namun perlahan meredup hingga akhirnya padam dengan sendirinya. Tetapi, jika musisi-musisi pengusung reggae tetap konsisten dan aktif menyapa penggemarnya, bukan tidak mungkin satu atau dua tahun kedepan, aliran musik minoritas ini berkibar kencang di blantika musik Indonesia. Sebab, saat ini masyarakat dan pasar, tentunya sudah jenuh dengan warna musik yang itu-itu saja, dan tidak ada yang menawarkan hal baru...
* Â Â Â * Â Â Â *
[caption id="attachment_199348" align="aligncenter" width="491" caption="Tampil sebagai band pembuka peluncuran program TVRI Seri A - Liga Italia"]
* Â Â Â * Â Â Â *
[caption id="attachment_199349" align="aligncenter" width="491" caption="Menghipnotis penggemarnya untuk merangsek ke bibir panggung"]