[caption id="attachment_215721" align="aligncenter" width="393" caption="Peringatan Hari Ibu (dok. pribadi)"][/caption] Setiap tanggal 22 Desember, di Indonesia selalu diperingati sebagai hari Ibu, sebagaimana dunia internasional menetapkannya pada 8 Maret. Meski dalam pandangan umum, hari Ibu tidak perlu diperingati pada tanggal tertentu, karena justru berlangsung setiap hari dan sepanjang tahun, layaknya pengorbanan beliau kepada anak, suami serta keluarga. Namun, untuk sebagian masyarakat, banyak yang menganggap tanggal 22 Desember adalah momen yang tepat untuk menghormati sosok yang telah mengandung selama sembilan bulan. Toh, tidak ada salahnya memberi ucapan khusus kepada sang Ibu, yang telah melahirkan, merawat, dan membesarkan. Termasuk menggantikan peran keseharian sang Ibu, seperti mencuci piring, memasak, mencuci baju, menyetrika, dan sebagainya, khusus pada tanggal 22 Desember. Menilik sejarahnya, penetapan hari Ibu di Indonesia, hanya terpaut dua bulan dengan kongres Sumpah Pemuda, pada 28 Oktober 1928. Berawal dari berkumpulnya perwakilan perempuan di seluruh nusantara, pada 22-25 Desember, yang menjadi cikal bakal hari Ibu. Saat itu, dilakukannya pertemuan tersebut, Â supaya bangsa Indonesia yang masih dijajah Belanda, agar tidak melupakan peran dari pejuang perempuan, seperti Cut Nyak Dien, R. A. Kartini, Dewi Sartika, dan sebagainya. 84 tahun kemudian, hari Ibu masih diperingati dengan sakral. Tidak hanya kaum perempuan saja yang berpartisipasi, melainkan segenap keluarga, mulai dari Ayah, Suami, Anak, hingga Cucu. Termasuk saat ini, ketika zaman telah canggih dibanding delapan dekade lalu, peran Ibu menjadi filter untuk perkembangan anak. Itu terdapat dalam seminar "Peran Ibu di Era Digital", saat dua kementrian memperingati hari Ibu bersama komunitas IDKita, Rabu (19/12). Sebagai pribadi, setiap tanggal 22 Desember yang akan jatuh esok hari, saya kerap memutar beberapa lagu bertema Ibu. Mulai dari yang dinyanyikan anak-anak hingga dewasa, dari musik nasyid yang pelan sampai rock sekalipun, Jamrud.
* Â Â * Â Â *
1. Kasih Ibu Kasih Ibu kepada beta Tak terhingga sepanjang masa Hanya memberi, tak harap kembali Bagai sang surya menyinari dunia Lagu ini merupakan salah satu lagu wajib yang diputar setiap tanggal 22 Desember, terutama saat masih belajar di bangku sekolah dasar. Lirik yang sederhana namun penuh makna, begitu menyentuh yang mendengarnya. Lagu ciptaan Mochtar Embut ini, sangat menggugah bagi anak, suami, dan keluarga, terutam dalam bait kedua. Ya, kasih sayang Ibu kepada sang anak (kita) mutlak sepanjang hayatnya. Meski, kasih sayang seorang anak itu sendiri, (adakalanya) hanya sampai sepanjang galah...
* Â Â * Â Â *
2. Ibu (Iwan Fals) Ribuan kilo jalan yang kau tempuh Lewati rintang untuk aku anakmu Ibuku sayang masih terus berjalan Walau tapak kaki, penuh darah, penuh nanah Ingin kudekat dan menangis di pangkuanmu Sampai aku tertidur, bagai masa kecil dulu Lalu do'a-do'a, baluri sekujur tubuh Tak mampu ku membalas, Ibu... Selain piawai membawakan lagu berlirik sosial dan mengkritik pemerintahan, Iwan Fals juga dikenal menulis lagu yang sangat menyentuh, Ibu. Dimuat dalam album 1910, lagu Ibu ciptaan musisi yang dikenal vokal ini, merupakan salah satu masterpiece-nya. Setiap kali menyanyikan lagu yang dirilis pada 1987 ini, Iwan Fals selalu berkaca-kaca. Pria berusia 51 tahun itu, tentu menyadari peran yang sangat besar dari sang Bunda dalam karir bermusiknya. Maka, lagu Ibu, menjadi persembahan yang tepat melalui kejujurannya dalam sebaris lirik yang sangat menyayat bagi yang dengar.
* Â Â * Â Â *
3. Ummi (Haddad Alwi & Sulis) 12 tahun lalu, duet Haddad Alwi - Sulis, memikat penggemar musik Indonesia, melalui lagu-lagu bernuansa rohani. Apalagi, saat merilis album kedua, Cinta Rasul II, meledak di pasaran hingga terjual ratusan ribu kopi. Lagu Ummi, yang dinyanyikan dalam bahasa Arab, mampu diterima masyarkat luas, terutam di berbagai pengajian atau sekolah religius. Lirik lagunya sendiri mengisahkan betapa menyesalnya sang anak (Haddad Alwi) ketika merasa tidak mampu membahagiakan orang tuanya, khususnya Ibu. Dipadukan suara khas Sulis yang saat itu masih berusia 10 tahun, serta koor dari beberapa anak kecil membuat lagu ini masih dikenang hingga kini.
* Â Â * Â Â *
4. Surga di Telapak Kaki Ibu (Sakha) Air wudhu selalu membasahimu Ayat suci selalu dikumandangkan Suara penuh keluh dan kesah Berdoa untuk putra-putrinya Oh Ibuku, engkaulah wanita Yang kucinta selama hidupku Maafkan anakmu, bila ada salah Pengorbananmu tanpa balas jasa Sepenggal lirik berjudul Surga di Telapak Kaki Ibu, adalah lagu yang dinyanyikan Siti Novita Rizki, salah satu personel trio Sakha, yang beranggotakan Marshanda. Sekitar tahun 2003, lagu ini menjadi sangat populer ketika dijadikan soundtrack sebuah sinetron religius berjudul sama, yang diperankan Desy Ratnasari, Onky Alexander, dan Alya Rohali.
* Â Â * Â Â *
5. Bunda (Melly Goeslaw) Kata mereka diriku selalu dimanja Kata mereka diriku selalu ditimang Nada-nada yang indah Selalu terurai darinya Tangisan nakal dari bibirku Takkan jadi deritanya Oh bunda ada dan tiada Dirimu kan selalu ada di dalam hatiku... Sebelumnya, saya tidak menyangka bila lagu yang "sangat dalam" ini hasil karya Melly Goeslaw. Musisi nyentrik yang serba bisa ini, ternyata menciptakan lagu Bunda, dari album keduanya bersama band Potret, Potret 2. Lagu Bunda, kian menegaskan Melly Goeslaw, tidak hanya hebat dalam lagu bertema cinta, seperti Jika, Ada Apa Dengan Cinta, maupun Mak Comblang. Namun, istri dari penata musik Anto Head ini, membuktikan bahwa dirinya merupakan musisi serba bisa. Itu terlihat dari lirik Bunda yang dirilis 1997, yang penuh penghayatan.