"Tubuhku terguncang
Dihempas batu jalanan
Hati tergetar menampak kering rerumputan
Banyak cerita yang mestinya Kau saksikan
Di tanah kering bebatuan..."
Mungkin sebagian besar dari kita sudah hafal dengan lirik lagu dari musisi kondang Ebiet G. Ade berjudul "Berita Kepada Kawan". Meski sudah terdengar sangat lama, tepatnya lagu ini keluar tahun 1979 ketika penyanyi yang vokal terhadap kehidupan ini menelurkan album kedua, Camelia. Lagu tersebut ekmbali populer tahun 2004 ketika ditayangkan beberapa stasiun televisi saat bencana tsunami menerpa Aceh dan Sumatera Utara.
Sebelumnya, masih di tahun yang sama, sepenggal lirik "Berita Kepada Kawan" sangat terkenal ketika menjadi musik latar sebuah iklan rokok. Itu terjadi pada Ramadan 1425 Hijriah, sepanjang September-Oktober 2004 Masehi. Bagi saya, iklan tersebut salah satu yang terbaik dan paling dikenang sejak pertama kali mengenal televisi era 1990-an.
Bercerita tentang kesabaran seorang pria yang sedang berpuasa dan berakhir dengan manis ketika saling memaafkan saat Idul Fitri alias tiada dendam dari sang tokoh utama. Dimulai dari perjalanan sang pria menuju suatu tempat, namun kecipratan air dari sebuah mobil yang melaju kencang. Mungkin, itulah godaan yang sebenarnya dari orang yang puasa, tidak hanya menahan lapar dan haus, tapi juga hawa nafsu (amarah).
Berlanjut saat pemuda itu berbuka, dan ketika Salat, kurma miliknya dimakan tanpa izin dari orang yang memberinya cipratan air. Setelah buka puasa, tentu perasaan marah, kesal, dan sebagainya tak tertahankan. Apalagi, itu merupakan makanan satu-satunya, sementara dalam iklan itu dikisahkan perjalanan masih panjang.
Puncaknya ketika Idul Fitri tiba, pemuda itu kembali bertemu dengan orang yang dua kali menguji kesabarannya di sebuah Masjid saat hendak menunaikan Salat Ied. Di fase itu, sang pemuda berhasil melewati ujian yang sesungguhnya dari puasa, yaitu ikhlas memaafkan orang yang sudah membuatnya kesal.
Betapa tidak, pemuda tersebut dengan rela membagi tempat sajadah dan mampu melupakan persoalan yang telah lewat. Persis seperti kalimat yang terdapat dalam iklan tersebut: Jernihkan Hati untuk Kembali Fitri. Kalau dianalogikan seperti tiga ungkapan dalam trilogi novel Ahmad Fuadi, "Man jadda wajada, Man shabara zhafira, dan Man saara ala darbi washala" yang berarti, siapa yang bersungguh-sungguh dia berhasil, siapa yang bersabar akan beruntung, dan siapa yang berjalan di jalannya akan sampai tujuan.
* Â Â Â * Â Â Â *
Saya sendiri baru bisa melihat iklan yang tayang sembilan tahun lalu itu ketika menyaksikan beberapa acara di televisi jelang sahur. Awalnya ketika sering menonton iklan bertema Ramadan dari produk mie, sirup, telekomunikasi, dan lainnya hingga tanpa sengaja teringat dengan iklan dari produk rokok tersebut. Berbekal beberapa kata kunci di mesin pencarian google, akhirnya saya menemukan iklan yang terus terang saja sampai membuat saya meleleh menontonnya.
Terlepas dari promosi sebuah produk rokok atau apapun, namun iklan tersebut secara tidak langsung sukses mengajarkan bahwa puasa itu melatih kesabaran. Ya, mampu menahan derasnya godaan untuk sebuah tujuan akhir yang membanggakan. Namun, selain iklan pemuda itu, saya juga sempat menemukan empat iklan lainnya yang saya anggap sangat menginspirasi. Alias pesan yang disampaikan sangat masuk akal dan bisa diterima berbagai kalangan.
1. Jernihkan Hati untuk Kembali Fitri