Mohon tunggu...
Robert Strong
Robert Strong Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Westeros

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik Wayang dan Jokowi Si Boneka

21 Maret 2014   04:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:41 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Suka tidak suka, mau tidak mau iklim perpolitikan kita sangat didominasi oleh budaya atau kultur Jawa, dan salah satu kultur Jawa yang mempengaruhi Indonesia dari awal kemerdekaan sampai hari ini adalah politik berdasarkan perwayangan atau saya singkat politik wayang.
Apa itu politik wayang? secara singkat politik wayang mengemulasi dunia perwayangan, yang mana penonton hanya melihat lakon boneka wayang yang dimainkan oleh dalang dalam bentuk bayangan dan kelebatan dalang yang memainkan wayang akan tetapi penonton tidak melihat dengan pasti siapa yang menjadi dalang.

Secara singkat politik wayang berarti rakyat biasa hanya dapat melihat atau merasakan kelebatan bayangan dari permainan politik yang sedang dimainkan dalang akan tetapi kita tidak akan mengetahui siapa sosok dalang itu sebenarnya.

Salah satu contoh permainan politik wayang yang pernah terjadi di negeri adalah kerusuhan Malari, di mana sampai sekarang rakyat tidak pernah tahu mengapa, bagaimana bisa terjadi kerusuhan Malari, dan yang lebih penting lagi siapa dalangnya. Sudah menjadi rahasia umum bahwa penggerak kerusuhan Malari adalah Ali Moertopo untuk menggusur Jenderal Soemitro tetapi hal ini tidak pernah dapat dibuktikan.
Contoh lain permainan politik wayang yang pernah terjadi di negeri adalah kerusuhan Mei 1998. Sekali lagi, bagaimana dan apa penyebab kerusuhan Mei 1998 itu? Apakah pelakunya Prabowo? Wiranto? CSIS? PRD? Benny Moerdani? Sampai sekarang tidak dapat diketahui selain fakta-fakta yang bersumber dari sekelebatan bayangan tangan sang dalang yang terlihat sekilas.

Alasan politik wayang begitu digemari di Indonesia adalah karena ada beberapa orang yang lebih suka bergerak di belakang layar dan menguasai orang yang berkuasa daripada berkuasa sendiri. Mereka lebih suka mengendalikan pihak yang berkuasa karena merasa ada keasikan tersendiri dalam melakukannya. Ali Moertopo dan Benny Moerdani adalah contoh orang yang tidak memiliki ambisi untuk memegang kekuasaan sebab mereka lebih senang bergerak di belakang layar menggerakan orang yang berkuasa.

Menentukan siapa dalang dan siapa wayang kadang kala cukup sulit, misalnya Ali Moertopo, Benny Moerdani dan CSIS merasa bahwa mereka mengendalikan Pak Harto dan orde baru; akan tetapi bagi Pak Harto, CSIS dan orang-orang di dalamnya ada di bawah kendali Pak Harto dan harus melakukan apa yang diinstruksikan Pak Harto, terbukti ketika CSIS mulai bertingkah mereka akhirnya diusir Pak Harto. Pengusiran CSIS yang menganggap diri mereka adalah pihak yang mengangkat dan mengarsiteki orde baru adalah awal tragedi Mei 1998 sebab sejak saat itu CSIS menjadi dalang dari gerakan oposisi untuk menurunkan Pak Harto.

Tentu saja Megawati Soekarnoputri dan PDIP juga sangat menyukai politik wayang, sebagaimana terbukti dia dan Benny Moerdani merancang kerusuhan tahun 1996 di depan kantor PDI sebagai bagian siasat klik CSIS menciptakan pemimpin oposisi bagi Presiden Soeharto waktu itu. Kendati demikian selain kontak antara Benny Moerdani dan Mega saat kerusuhan, tidak ada bukti lagi bahwa kerusuhan PDI adalah pekerjaan orang dalam.

AM Hendropriyono, Kepala BIN era Megawati adalah orang kepercayaan Megawati sejak dia membantu Megawati dalam kerusuhan 1996; dan konon pada masa pemerintahan Gus Dur dia adalah yang merekayasa kerusuhan-kerusuhan di Indonesia untuk mendestabilisasi pemerintahan Gus Dur agar Megawati bisa naik menggantikannya. Setelah Mega naik, adalah klik CSIS yang menjadi dalang dari kebijakan-kebijakannya. Itulah alasan Mega menolak menyelidiki kerusuhan 1996, siapa mau mengkriminalisasi diri sendiri?; CSIS juga berada di belakang penjualan BUMN; penjualan gas dengan harga murah keluar negeri; memberi pengampunan pada kreditor BLBI; dan lain-lain.

Oleh karena sekarang bisa dibilang Megawati sedang menerima karma atas perbuatan masa lalunya ketika dia menjadi wayang yang dimainkan oleh para dalang yang berada di belakang Jokowi. Megawati dapat melihat bahwa Jokowi, masyarakat yang mendorong pencapresan Jokowi dan PDIP Pro Jokowi adalah sekedar wayang; tetapi Megawati tidak dapat mengetahui siapa dalang di belakang Jokowi.

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, selama jadi walikota Solo secara mikro dapat dikatakan bahwa Jokowi adalah wayang dari FX Hadi yang membutuhkan topeng untuk memerintah Solo. Pada saat yang bersamaan Jokowi juga merasa bahwa dia adalah dalang yang mengendalikan FX Hadi supaya bisa memenuhi ambisinya menjabat sebagai walikota dalam tempo sesingkat-singkatnya.

Ketika JK, Djan Faridz, dan Prabowo membujuk Megawati untuk mencalonkan Jokowi menjadi gubernur Jakarta tidak pelak lagi mereka bermaksud menjadi dalang yang mengendalikan Jokowi. Akan tetapi mereka meremehkan ambisi besar Jokowi untuk memperoleh jabatan tertinggi negeri ini, sehingga ketika Jokowi didekati oleh orang-orang yang memiliki kekayaan lebih besar dari ketiga dalang di atas yang sekarang dikenal sebagai para cukong Jokowi, maka tanpa ragu Jokowi segera menukar kesetiaannya kepada para cukong.

Sekarang ini para cukong itulah yang menjadi dalang yang menggerakan wayang bernama Jokowi. Para dalang ini akan terus bergerak di belakang layar sampai Jokowi jadi presiden dan akhirnya mereka akan menggendalikan presiden boneka. Bagaimana bila setelah jadi presiden Jokowi melepaskan diri? Dapat dipastikan tragedi Pak Harto yang dijatuhkan CSIS melalui suatu peristiwa berdarah akan terjadi; baik Jokowi dijatuhkan melalui kerusuhan, atau Jokowi dijatuhkan dengan tuduhan korupsi, namun akhir Jokowi pasti akan buruk sekali bila dia berani melawan sang dalang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun