Mohon tunggu...
Rusdianto Samawa Tarano Sagarino
Rusdianto Samawa Tarano Sagarino Mohon Tunggu... Dosen -

Membaca dan Menulis adalah Mutiara Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bonus Demografi Hadapi MEA 2015

8 Oktober 2015   15:26 Diperbarui: 8 Oktober 2015   15:51 814
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Istilah dinamika kependudukan menjadi hot issuedi Indonesia sebagai negara berkembang, yakni bonus demografi (demographic opportunity). Istilah ini menjadi menarik seiring membincangkan masa depan pembangunan Indonesia.

Bonus demografi merupakan gambaranmengenai jumlah penduduk produktif sebagai aset Indonesia untuk menjadi negara maju secara ekonomi (15/04/2012). Dari tahun 2010 berbagai kalangan membicarakan, apalagi Indonesia diperkirakan mendapat peluangtinggi tenaga produktif sekitar tahun 2020-2030 akan datang yang tentunya menguntungkan pembangunan disegala aspek. Fenomena prediksi jumlah penduduk usia produktif yang dianggap besar dan usia muda semakin kecil maupun lansia menurun.

Data yang diperoleh Badan Pusat Statistik (2010) menunjukkan komposisi penduduk Indonesia didominasi oleh penduduk usiaanak-anak 0-9 tahun sekitar 45,93 juta.Sedangkan anak usia 10-19 tahun berjumlah 43,55 juta jiwa. Sehingga dari sini dapat diproyeksikan pada rentang tahun 2020-2030 Indonesia akan dipenuhi dengan usia produktif, inilah yang disebut peluang demografi. Berbagai spekulasi pun muncul dari para ahli kependudukan dan ekonom terkait masa depan Indonesia saat mengalami bonus demografi kelak.

Di Indonesia fenomena ini terjadi karena proses transisi penduduk yang berkembang sejak beberapa tahun lalu yang dipercepat oleh keberhasilan menurunkan tingkat fertilitas, meningkatkan kualitas kesehatan dan suksesnya program pembangunan pendidikan.

Saat ini jumlah usia produktif Indonesia mencapai sekitar 180 juta, nonproduktif sekitar 60 juta. Proporsi tersebut, usia produktif menanggung beban nonproduktif sangat rendah, yakni 44 per 100 penduduk produktif pada 2020-2030. Jumlah usia angkatan kerja (15-64 tahun) pada 2020-2030 akan mencapai 70 persen, sedangkan nonproduktifberkisar 30 persen.

Namun, meskipun Indonesia diprediksi mendapat bonus demografi tidak akan tercapai jika tidak disertai peningkatan pendidikan, pelayanan kesehatan dan peningkatan gizi. Jumlah penduduk Indonesia saat ini mencapai sekitar 271,4 juta jiwa. Maka, hal ini harus disiapkan untuk hadapi peluang demografi sehingga tidak menimbulkan banyak masalah, terutama maksimalisasi pembangunan jangka panjang dan mencegah meningkatnya angka pengangguran agar tidak terjadi pembebanan terhadap negara.

Mengukur tingkat penyerapan peluang demografi, terlebih dahulu mengetahui beberapa indikator, yakni pertama, indikator asumsi peluang demografi. Kedua, indikator jumlah angka ketergantungan kebutuhan penduduk kategori muda dan tua. Ketiga, indikator metode identifikasi faktor produktif dan nonproduktif.Keempat, indikator implikasi peluang demografi. Kelima, prediksi porsentase lansia atas tingkat keberhasilan pembangunan dan penggunaan kesempatan bonus demografi. Keenam, indikator antisipasi ancaman menjadi peluang pembangunan ekonomi.

Ketujuh, indikator pembasisan pemberdayaan sosial. Kedelapan, indikator pemerintah membuka dan responsif terhadap perkembangan teknologi dan komunikasi. Kesembilan, indikator keberpihakan kebijakan politik (political will) dalam menopang regulasi hadapi peluang demografi. Kesepuluh, indikator kepentingan nasional melalui negosiasi dan diplomasi ekonomi, politik, budaya, dan penegakan hukum konstitusi dalam melindungi kepentingan masyarakat.

Peluang demografi sangat menarik dianggap dapat meningkatkan perekonomian suatu negara berkembang karena adanya pergeseran penduduk. Indonesia harus bisa membaca peluang, apakah sebagai peluang atau ancaman ataukah sebaliknya ancaman menjadi peluang.

Ancaman

Ancaman terbesar peluang demografi lebih ketidaktepatan pemerintah merespon peluang demografi, adalah pertama, masih besarnya kesenjangan pembangunan. Kedua,tingkat pengangguran di usia muda sangat tinggi. Ketiga, belum terbuka arus industrialisasi kerja dalam aspek sumberdaya manusia, ekonomi, budaya dan politik. Keempat,masyarakat masih memiliki rasa malas dan kurang motivasi kerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun