Apakah anak anda senang bermain air ??? Anak usia sekitar 2 tahun keatas sangat senang bermain air.  Mereka senang bermain di wastafel, mencelupkan di bak mandi, atau memasukkan berbagai mainan miliknya ke dalam ember. Apapun yang dilakukan oleh anak, air menangkap imajinasi anak. Anak dengan usia lebih dari 2 tahun akan membuat dunia yang lebih kompleks, yang penuh dengan kapal-kapalan kecil, bebek-bebekkan, kincir angin, dan aneka mainan lain miliknya. Bermain air dapat dilakukan dengan berbagai cara. Yaitu : 1. Bermain air di wastafel Bermain di wastafel dapat dilakukan dengan cara memutar kran setengah saja, sehingga air keluar sedikit demi sedikit, tetapi mengalir terus menerus. Biarkan si kecil mengisi cangkir dan jerigen. Kemudian, ia boleh menuangkan sesuka hatinya. Nah,,,,,,, sebagai gantinya bermain di wastafel, Anak bisa melakukan kegiatan di atas dengan menggunakan satu ember air penuh. Namun, anak harus mencelupkan cangkir-cangkir tersebut untuk mengisinya. Tidak lagi menadahkan cangkir kecilnya di bawah kran seperti saat ia bermain di wastafel. Dari sini anak dapat mempelajari bahwa ada beberapa bahan-bahan yang dapat menyerap air dan bahan yang tidak dapat menyerap air. Anak juga mempelajari bahwa ada benda-benda tertentu mengapung, dan benda lain tenggelam. Pengalaman sains yang didaptkan anak dari bermain air dapat lebih melekat di memory anak jika dibandingkan kita harus memberitahukan anak secara lisan saja. Inilah yang kemudian disebut dengan "Belajar Bermakna". 2. Bermain di air di bak mandi atau di kolam plastik Selain pengalaman sains, dengan bermain air juga dapat mendorong anak untuk berimajinasi atau bermain khayalan. Misal :
- Anak berkhayal jika bebeknya sedang berenang di pinggir kolam dan ia sedang memberinya makanan.
3. Bermain air di pancuran air Tidak kalah serunya,,, bermain air di pancuran juga dapat menstimulasi kognitif anak dalam mendeteksi/mengenali jenis suara yang ditimbulkan dari cipratan air yang mengenai payung kecil atau topi  lebar yang dibungkus plastik. Ia akan tersenyum gembira dan merasa penasaran dengan suara menarik yang ditimbulkan dari payung kecil atau topi lebar yang dibungkus plastik, yang dikenakan di bawah pancuran air. Kita dapat menstimulasinya dengan memberikan berbagai media untuk mengganti payung kecil dan topi lebar yang dibungkus plastik agar dapat menghasilkan suara yang berbeda-beda. Dari sini, anak dapat belajar mengenali suara yang dihasilkan dari pancuran air akan berbeda-beda sesuai dengan benda yang menjadi tumpuannya. 4. Bermain air dengan cara menyiram tanaman Dengan cara bermain ini, anak dapat belajar matematika. Biarkan anak berbicara dengan tanaman saat menyiram tanaman. Misalnya dengan menanyakan berapa banyak air yang diinginkan oleh bunga mawar hari ini ??? Selain belajar metematika, anak juga dapat mengembangkan kemampuan imajinasinya. Wah,,, ternyata  air  bukan hanya sekedar  air  yang  selama  ini  kita  pahami  dari  fungsi  fisiknya  saja ya ??? Dimana air memiliki banyak manfaat yang tersembunyi guna menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini. Nah.... Buat orang tua, masihkah kita menjadi "over protective" dengan melarang anak kita bermain air ???? lantas bagaimana dengan hak anak untuk bermain & berkeksplorasi yang selalu kita batasi ??? percaya atau tidak, terkadang sikap kita sebagai orang tua yang terlalu membatasi anak dalam berkreativitas  justru  mematikan  semangat  ingin  tahu anak  dalam  segala hal, yang akhirnya melahirkan  generasi  konsumtif,  generasi tidak percaya diri, generasi minder, generasi malu-malu tapi justru malu-maluin. Bukan generasi yang intelek, bukan generasi yang produktif, karena sikap kita yang terlanjur mengkotak-kotakkan segala ingin anak di usia emasnya. So,,, the conclusion is..... Biarkan anak mengenal, menjelajah, mencipta dan berkarya sesuai dengan inginnya. Dan sebagai orang tua, kita berkewajiban untuk memfasilitasi, mendidik, membimbing, dan juga mengarahkan. Bukan melarang, mencegah, mematikan imajinasi dan kreativitasnya ;-) Seperti teori  "Tabula Rasa"-nya John Locke dimana seorang anak dilahirkan ibarat selembar kertas kosong.  "Apa yang menjadi isinya adalah bagaimana lingkungan membentuknya". Atau dengan kata lain, "Seluruh sumber pengetahuan diperoleh sedikit demi sedikit melalui pengalaman dan persepsi alat inderanya terhadap dunia di luar dirinya. Dan pengalaman-lah yang berpengaruh terhadap kepribadian, perilaku sosial-emosional, serta kecerdasan. ( Disarikan dari Permainan Cerdas Untuk Anak Usia Dini 2-6 tahun, Erlangga For Kids ) Be a Super Parent's to Our Children. Coz Children Learn What They Live (Dorothy Low Nottle) Good Luck,,!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H