Mohon tunggu...
Rahmat Sahid
Rahmat Sahid Mohon Tunggu... Penulis

Wong Kebumen, ceker nang Jakarta, kandang nang Bekasi, Penulis Buku Sisi Lain pak Taufiq & Bu Mega, Penulis Buku Ensiklopedia Keislaman Bung Karno

Selanjutnya

Tutup

Politik

Yakini Jokowi Orang yang Beramal Soleh

16 Mei 2014   04:13 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:29 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

PDP Perjuangan memberikan ruang secara resmi kepada dua mitra partai yang sudah bersepakat bekerjasama politik mengusung Joko Widodo yakni Partai NasDem dan Partai Kebangkitan Banagsa (PKB) untuk menyampaikan alasan dasar kenapa mereka mendukung Jokowi sebagai Presiden RI untuk periode 2014-2019. Ketiga partai yakni PDI Perjuangan, Partai NasDem, dan PKB saat deklarasi bersama, Rabu (14/5/2014) menyatakan siap memenangkan Pilpres 2014 untuk mengantarkan Jokowi sebagai presiden.
Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri yang didampingi Sekjen Tjahjo Kumolo, Ketua Bidang Politik Puan Maharani, dan capres Jokowi duduk berdampingan dengan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paluh dan Sekjen Patrice Rio Capella, serta Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar dan Sekjen Imam Nahrowi memberikan pidato secara bergantian dipandu oleh Tjahjo Kumolo.
Muhaimin diberikan kesempatan pertama menyampaikan pidatonya, lalu Surya Paloh, Jokowi, dan terakhir Megawati.
Sebelum memberikan kesempatan Muhaimin menyampaikan pidatonya, Tjahjo terlebih dahulu dalam pengantarnya menyatakan bahwa hal terpenting dari diberikannya mandat oleh Ketua Umum PDI Perjuangan kepada Jokowi untuk menjadi capres adalah untuk menegakkan daulat politik Trisakti, yang mana hal itu hanya akan dicapai jika kepemimpinan kuat. Kuat yang dimaksud Tjahjo bukan. Berarti dia bebas melakukan apapun yang dia mau, juga bukan bertindak sesuai keinginannya. "Pemimpin kuat adalah yang setia pada ideologi partai, dan memegang teguh perintah perjuangan menerapkan Trisakti yakni berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian di bidang budaya," ungkap Tjahjo.
Megawati, kata Tjahjo, telah memberikan mandat kepada Jokowi untuk mengemban kepempimpinan bangsa ke depan. Dan Jokowi diyakini sebagai sosok yang benar, tegar, sabar, pener, dan mampu mengemban mandat ini.
Tjahjo juga sedikit menceritakan bagaimana dinamika politik paska keluarnya mandat tersebut. Dia selaku sekjen partai berdiskusikan dengan Surya Paloh, yang mana kemudian Surya Paloh menyatakan bahwa implemenatsi trisakti cocok dengan gerakan restorasi NasDem.
"Maka langsung ketum nasdem menyatakan dukungan pada Jokowi," ujarnya.
Kemudian, lanjut Tjahjo, dari bebragai komunikasi polittik yang ditugaskan oleh Megawati, dirinya dan Puan Maharani juga berdiskusi dengan Muhaimin Iskandar yang dia sebut sebagai kyai dan Gus beserta segenap pengurus PKB. Dari pembicaraan itu, Muhaimin meminta waktu untuk merapat ke Dewna Syuro, dan punya niat hati memperkuat pemerintahan presidensial dengan mendukung Jokowi.
"Dan kemudian disepakati Ketum PKB akan menyampaikan mandat tersebut secara resmi hari ini," bebernya, seraya memberikan waktu kepada Muhaimin untuk menyampaikan pidato sambutannya.
Di awal sambutan setelah memberikan salam dan penghormatan, Muhaimin langsung berkelakar. Dia menyebut asal daerahnya yang dari Jombang yang diartikan sebagai simbol "Ijo dan Abang" (Ijo dan Merah)-merujuk warna partai PKB dan PDI Perjuangan-. Namun, saat ini Jombang juga bisa diartikan "Ijo, Mbiru, dan Abang"-Merujuk warna PKB,Nasdem, dan PDI Perjuangan-.
"Insya allah hijau biru dan merah bersatu dalam kesepakatan yang sama," ucapnya disambut tawa riuh hadirin.
Muhaimin mengungkapkan, PKB sudah berikhtiar, beristikharoh, dan berusah cermati berbagai capres yang ada, berkomunikasi dengan sahabat pimpinan parpol. Hasil komunikasi, pantauan, dialektika, dan istikharoh, PKB melihat pertanyaan mendasar adalah apa yang dibutuhkan bangsa kita.
"Kita berkesimpulan bangsa butuh pemimpin yang mampu menggerakkan partisipasi seluruh golongan masyarakat, meneruskan pembangunan dan upaya perjuangan bangsa," ungkapnya.
Cak Imin-demikian panggilan Muhaimin- mengungkapkan bahwa keberhasilan pemerintah saat ini butuh diteruskan, berbagai kekuarangan butuh diperbaiki. "Salah satu jawabannya ada di sini, yakni revolusi yang secara cepat, untuk mendorong partisipasi, butuh pemimpin egaliter dana tak berjarak, dan gue banget. Karena penampilan kesederhanaan dan komunikasi. Bangsa ini lebih cepat melaksanakan pembangunan bila dipimpin Jokowi," urainya.
Tak ketinggalan, Cak Imin juga memuji Megawati yang dengan penuh kesabaran membawa perubahan keadaan dengan tenang. Megawati disebut Muhaimin merupakan pengayom bagi sreuruh kekuatan parpol.
"Dari tempat inilah kita yakin tujuan sama. Nahdliyin paling dimarjinalkan. Bu Mega juga memperjuangkan marhaenis yang masih snagat marjinal, pendidikan dan kesejahteraan rendah," ujarnya.
Selain butuh pemimpin, lanjut dia, dalam kerjasama politik juga butuh cita-cita sama. Nah, Cak Imin melihat cita-cita PDI Perjuangan, PKB, dan Nasdem sama-sama ingin mendorong perbaikan nasib yang paling bawah. Pihaknya sadar itu tak bisa dilakuna cepat, butuh revolusi ke segala bidang.
"Ibu Megawati telah memimpin dengan baik keadaan ini,"
Cak Imim menambahkan, PKB punya 15 alasan dan 15 agenda politik yang sudah disampaikan ke Jokowi. Salah satunya agar bagaimana ekonomi ini makin membaik dan dirasakan rayat. APBN harus berubah policy sehingga anggaran bisa dinikmati rakyat. Bersama PDI Perjuangan, Nasdem, dan PKB, dia optimis bisa melahirkan pemimpin nasional yakni Jokowi, untuk melahirkan keadaan yang benar-benar diraskan dan dinikamati rakyat.
"Kita berjuang dengan semagat restorasi Indonesia, menuju Indonesia Hebat, Indonesia lahir bathin. Mari rapatkan barisan, kuatkan hati, perjuangan masih panjang," ungkapnya.
Sebelum mengakhiri pidatonya, Muhaimin menyinggung dinamikan politik saat ini dimana banyak orang yang menyerang Jokowi.
"Saya ingin sampaikan Nahdliyin dan umat Islam punya pikrian jernih bagi fitnah. Belum tentu anda yang mengaku soleh bisa beramal soleh, belum tentu anda mengaku paling Islam berperilaku Islami. Saya yakin Pak Jokowi adalah orang yang beramal soleh," pungkasnya.
Setelah Muhaimin, giliran Surya Paloh yang dipersilahkan menyampakan pidato sambutan. Surya Paloh secara tak sengaja sempat mengundang tawa hadirin, termasuk Mega, karena saat menyampaikan penghormatan Surya salah menyebut nama. Yang dimaksud Surya adalah Megawati, namun yang terucap justru "Ibu Rah...(seperti hendak menyebut Ibu Rahmawati-politikus Partai NasDem yang juga adik Megawati).
Dalam sambutannya, Surya mengatakan bahwa tiga partai telah mengarahkan sebuah catatan perjalanan sejarah bangsa. Telah disepakati tiga parpol yang baru menyelesaikan tugasnya bersama di Pileg 2014 untuk melanjutkan perjuangan di Pilpres 2014 Juli nanti secara bersama.
Dia juga menceritakan bagaimana awal mula terjalinnya kerjasama politik dengan PDI Perjuangan.
Selesai quick count, kata dia, Tjahjo Kumolo, mewakili PDI Perjuangan, atas restu Ibu Megawati, menemuinya dan dalam wkatu tak terlalu lama terjadi kesepakatan diantara PDI Perjuangan-Nasdem untuk melanjutkan tahapan perjuangan bersama untuk ajukan Jokowi capres.
"Nasdem menyatakan dukungannya taanpa syarat apapun. Apa ada keinginan cawapres, atau usulan apapun, sebagai ketum Nasdem saya menyatakan kita menaruh harapan besar bersama mengatasi permaslahan bangsa yang kompleks," kata Surya.
Diakuinya, memang dukungan diniatkan dan diikhlaskan secara sungguh-sungguh. Karena bagaimanapun semua mengetahui bagaimana kondisi rata-rata seluruh golongan rakyat sementara di satu sisi melihat para elite mabuk dengan kekuasaan. Seluruh dialektika dan romantika ternyata demi kekuasaan, tak ada ruang ideologi bahwa kehidupan kebangsaan jauh lebih penting dari dirinya pribadi dan partainya.
"Di tengah kuasa keringnya persepsi publik itu, ijinkan saya menyatakan Nasdem ingin perjuangkan ini kembali bersama PDI Perjuangan dan PKB," ungkapnya.
Surya yakin ketika menempatkan diri mengusung Jokowi, dalam satu keyakinan ingin sosok pemimpin bangsa yang tak menganut kepentingan pencitraan kulit luar, tapi niat baik tekad dan konsistensi.
"Dengan kesederhanaaan dan apa adanya, kami yakin di relung jokowi, kalau dia didampingi sahabat-sahabanya, akan bisa mmebnbngun kembali ideologi dan tanpa peduli matearialiesme," ucapnya.
Surya juga menyadari bukan hanya satu anak bangsa yang maju sebagai capres. Tentu ada anak bangsa lain yang punya pemikiran dan gagasan untuk membangun. Karenanya, pihaknya juga ingin mengajak anak bangsa lain yang punya itikad sama, untuk berkompetisi dalam semangat harmoni, bukan yang menyakitkan.
"Jaga etika, dan jaga fairness perkompetisian itu. Kita siap maju, siap menang, maka harus siap kalah," tandasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Surya juga mengingatkan pemegang otoritas kekuasaan untuk benar-benar dair dalam kompetisi ini. Menurut dia, sudah seharusnya kekuasaan itu demi menjaga fainress kompetisi.
"Kelangsungan keutuhan dan semangat solidaritas dan fairness adalah kewajiban rezim berkuasa," tandasnya.
Mengakhiri sambutan, Surya mengajak kepada seluruh masyarakat dan simpatisan Jokowi, untuk merapatkan barisan, singsingkan lengan baju, perjuangkan tekad dan semangat untuk memenangkan Jokowi di Pilpres.
"Inilah harapan kami. Terima kasih atas segala daya upaya dan pikiran, terutama pada Ibu Mega yang memberi kehormatan kepada Nasdme sebagai partai baru. Terimakasih Gus Min, adik saya Muhaimin Iskandar. Bukan tak mungkin ada saudara kami yang bergabung lagi," pungkasnya.
Lalu bagaimana Jokowi merespon dukungan itu, Gubernur DKI Jakarta nonaktif itu saat diberikan kesempatan menyampaikan sambutan menyatakan,
sebagai capres dirinya adalah orang yang berbahagia karena mendapatkan mitra kerja sama politik yang sama-sama punya kesepahaman untuk tidak berbicara jatah kursi.
"Kerja sama parpol tak bicara menterinya siapa dan cawapresnya siapa. Kemurnian ini yang akan terus kita kawal dan memperstaukan kita," katanya.
Mantan Walikota Solo ini mengungkapkan, sudah selayaknya dalam kerja sama politik yang dibicarakan agenda dan platform yang akan dikerjakan.
Dia lalu menceritakan bagaimana saat bertemu dengan Surya Paloh dan Muhaimin Iskandar.
"Saat ketemu Pak Surya Paloh, saya tanya apa bapak ajukan jadi wapres? Tidak. Menteri? Tidak. Saya hanya dukung jokowi. Begutu juga dengan PKB. Kita sampaikan langkah-langkah, PKB juga cocok. Lalu beliau minta waktu untuk berkonsultasi dengan kyai dan dewan syuro," ungkap Jokowi.
Ini, menurut Jokowi, adalah langkah yang menurut semua analisa dan pengamat tak mungkin. Tetapi, tegas dia, pihaknya bisa mempraktikkan kerja sama tanpa syarat kalau punya niat dan kemauan bahwa yang dikerjakan untuk bangsa, negara, dan rakyat Indonesia.
"Kita bahagia bisa bertemua di markas besar PDI Perjuangan," ujarnya.
Sementara itu, Megaawati yang terakhir meampaikan sambutan di acara deklarasi bersama tiga partai ittu menyatakan, di momentum pilpres ini dia sebagai tuan rumah menerima banyak tamu yang diantaranya dari elite partai untuk penjajakan kerjasama politik. Diantara tamu itu adalah Surya Paloh dan Muhaimin.
Namun ketika menyebut Muhaimin, Mega lantas menceritakan apa yang publik selama ini belum mengetahuinya.
"Dengan Cak Imin ini, jadinya sulit. Kalau saya panggil bapak, maka hilang lah persaudaraan," ujar Mega.
"Saya mau buka rahasia. Sebetulnya saya manggil dia Imin, artinya anak yang hilang"
Kenapa? Karena ketika itu Gus Dur bilang:
"mbak tolong ada dua ponakanku yang dirawat sama sampeyan"
Lah masih kecil?
"Enggak sudah besar,"
Siapa?
"Iku loh sing jenenge muhaimin karo syaifullah"
Lah saya kok diberati? Dua orang gede yang mestinya bisa mandiri.
"Lah kono yo ngerti lah, jenenge PDI Perjuangan dan NU itu sama. Yang satu partai yang satu ormas"
Dia (Gus Dur) bilang, sama karena suka salah.
"Ya begitu itu, suka menggebu-gebu belakanagn salah. Saya khawatir dua ponakan saya itu berlaku seperti itu. Makanya saya titipkan sama sampeyan"
"Itu rahasianya," ujar Mega mengulang dialognya dengan Gus Dur terkait dua ponakan yang dititipkan Gus Dur yakni Muhaimin dan Gus Ipul.
Mega juga menceritakan bahwa paska pileg sebenarnya dia terus menerus berada di garis belakang. Mega mengaku, Puan selalu bilang agar dirinya jangan mama ketemu partai lain kalau belum jelas maunya apa.
"Boleh dong, 10 tahun kita puasa. Saya jawab oke, saya manut saja. Katanya berdemokrasi dan gotong royong. Akhirnya ketemu Pak Surya Paloh. Saya bilang buat apa kita ketemu. Tapi ya sudahlah kita ketum harus formal," bebernya.
"Kalau saya jelas, tak bisa nego transaksional, itu bukan adat budaya PDI Perjuangan. Ya monggo, saya tuan rumah terima tamu. Jadi smapeyan memutuskan bukan saya," ujar Mega.
Setelah dengan Surya Paloh, lanjut Mega, Puan lalu menyampaikan bahwa Muhaimin juga ingin bertemu.
"Mbak Puan bilang, si Imin mau ketemu mama loh. Oh insyaf apa ya dia?," kata Mega disambut tawa.
"Ya ayo ketemu. Maka jadi lah ketemu. "Lalu saya tanya: Karepmu opo Min?"
Lalu disampaikan, dan Muhaimin kemudian izin ke para kyai sekaligus menyampaikan salam Mega.
"Apapun yang disampaikan nantinya, saya bukan suka memaksakan. Bukan yang merasa di atas angin mesti begini atau begitu. Karane ini demi bangsa dan negara indonesia yang kita cintai," jelasnya.
Mega dalam kesempatan itu juga menegaskan bagaimana konsistensinya dalam perjuangan selama ini. Untuk itu, dia tidak akan memberikan respek dan ekspektasi terhadap upaya politik yang transaksional.
"Kan ada juga malam ini teken deal, besok pagi ke tempat lain. Saya tak mau gitu loh. Kita puya adat. Iya ya iya, enggak ya enggak. Ada yang bilang nanti bisa ditinggal, saya bilang tak apa-apa. Karena ini amanat parpol saya, yang ada amanat parta. Makanya saya bilang ke Jokowi, anda petugas partai yang harus melaksanakan apa mandat PDI Perjuangan," ujarnya.
Presiden kelima RI ini juga mengingatkan mereka yang bermain di tikungan akan banyak sekali. Dan menurut Mega, itu bukan budaya dan adat bangsa Indonesia.
"Ini yang ingin saya perlihatkan, tercatat dalam sejarah Indonesia, ada parpol yang memiliki etika. Bukan hanya mengumpulkan sebanyak-banyaknya," tandasnya.
Berbicara kekuasaan, lanjut Mega, memang demokrasi yang diperjuangkan sejak reformasi 1998, seakan membuat bangsa kehilangan arah.
"Saya katakan ini kerja sama. Sebelum sistem presidensial ditiadakan, konsistensi saya mengatakan tak ada koalisi atau oposisi di wilayah itu," ucapnya.
Sebelum menutup sambutannya, Mega mengungkapkan barangkali masih ada yang berpikir mau bergabung dalam kerja sama politik bersama PDI Perjuan.
"Kalau ke kami, anda sudah tahu persyaratannya," ujarnya.
"Semoga semuanya bisa berpikir jernih dan demi negeri tercinta, Indonesia Raya," pungkasnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun